Pemilihan Parlemen Singapura pada 11 September 2015 mendatang akan menjadi ajang ujian pertama sesungguhnya bagi Partai Aksi Rakyat (PAP) bersama Nahkoda barunya Perdana Menteri Singapura saat ini Lee Hsien Long, pasca kematian Lee Kuan Yew yang merupakan Tokoh Senoir PAP yang sekaligus Bapak Singapura pada Maret 2015 lalu, untuk coba mendapatkan mandat penuh dari rakyat untuk melanjutkan pemerintah yang telah 59 tahun terakhir ini mereka dominasi serta memulihkan kembali kepopuleran PAP ditengah masalah perlambatan ekonomi yang dialami Negara tersebut .
Partai tersebut pada pemilihan parlemen 2011 lalu hanya berhasil meraih 60.1% suara lebih rendah dari perolehan suara tahun 2006 yang mencapai 67% suara . Perolehan pemilu 2011 lalu merupakan angka terendah sepanjang sejarah perolehan suara PAP, dalam pemilu parlemen. Meskipun jumlah itu menyiratkan popularitas besar PAP, partai ini dibantu oleh sistem pemilu di mana beberapa konstituen yang diwakili oleh satu kelompok yang terdiri dari empat sampai enam anggota parlemen, dan meningkatkan angka partai yang menang itu. Sehingga partai ini berhasil meraih 81 dari 87 kursi yang tersedia di parlemen
Penurunan hasil popularitas tersebut tumbuh dari kebencian akibat pembatasan politik, banyaknya pekerja asing, mahalnya biaya rumah dan biaya hidup yang tinggi serta penurunan pelayanan fasilitas transportasi di Singapura
PM Lee Hsien Long,untuk mendongkrak kembali popularitas PAP menawarkan berbagai program baru pada rakyat Singapura diantaranya memberikan subsidi lebih bagi perumahan rakyat, memberikan tunjangan kesehatan bagi kaum manula, serta membatasi masuknya pekerja asing dan memperketat permintaan menjadi warga negara Singapura serta memberikan intensif dan kelonggaran bagi keluarga agar memiliki lebih banyak anak untuk mengatasi populasi manula akan berlipat ganda dari 440 ribu saat ini menjadi 900 ribu dalam 15 tahun mendatang. Pemerintah Singapura mulai tahun ini juga miulai berinvestasi miliaran dollar pada sektor layanan transportasi publicnya untuk meningkatkan kenyamanan warganya.
Pemilihan Parlemen yang diadakan setiap empat tahun sekali ini akan memperebutkan memperebutkan 16 daerah di Singapura yang akan diperebutkan dalam kelompok, sementara 13 daerah lainnya akan diperebutkan secara individual dengan jumlah total 89 kursi parlemen.
Total ada 181 kandidat dari PAP, 8 partai oposisi dan non-partai ikut serta dalam pemilu kali ini, 70 kandidat di antaranya merupakan kandidat yang pertama kali berpartisipasi dalam pemilu. Yang tertua berusia 74 tahun dan yang paling muda berusia 23 tahun.
Pemilu kali ini akan memperebutkan suara dari sekitar 2,46 juta suara pemilih, angka ini naik dibandingkan pada pemilu 2011 lalu yang hanya terdapat 2,35 juta pemilih. Pemilih pada pemilu tahun ini didominasi oleh generasi muda yang lahir setelah kemerdekaan 1965. Ini mungkin akan menguntungkan partai oposisi untuk merebut hati kaum muda yang cenderung memilih pembaharuan untuk menuntut perluasan tentang hak-hak untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi yang saat ini sangat dibatasi oleh pemerintah. Selain Isu utama tentang pembaharuan dan perluasan hak berpendapat, isu kampanye lain yang digunakan oleh oposisi adalah tentang pembatasan pembatasan pekerja asing yang mengancam lahan pekerjaan penduduk local serta isu tentang biaya hidup yang tinggi
Menurut Eugene Tan, guru besar ilmu hukum Universitas Management Singapura. “Bagi PAP, pemilu ini akan merupakan memperlambat kemajuan oposisi yang dicapai pada 2011,” dalam rangka “Upaya mendapatkan mandat yang lebih kuat sangatlah besar.”
Pemilu ini adalah upaya mengembalikan popularitas PAP untuk mengokohkan kembali kekuasaan PM Lee Hsien Lonng, ditengah badai perlambatan ekonomi karena menurut jadwal seharusnya pemilu baru digelar pada Januari 2017 namun Lee mempercepatnya pada tahun ini untuk mendapat mandat penuh dari rakyat Singapura agar dapat menjalankan program-progranya bagi Singapura 50 tahun mendatang pasca ulang tahun 9 Agustus lalu ,untuk meneruskan perjuangan ayahandanya yang telah berhasil melalui perjalanan berat dan sangat panjang selama 50 tahun pasca kemerdekaan untuk mengubah perkampungan nelayan yang kumuh dan kotor menjadi kota pelabuhan yang bersih, kaya serta penting bagi perekonomian dunia
Michael Barr, peneliti politik Singapura dari Universitas Flinders di Australia, mengatakan bahwa PAP tidak akan ragu untuk kembali menang. ”Tapi mereka (PAP) khawatir mereka akan kehilangan lebih banyak kursi. Itu akan menjadi prestasi bagi oposisi,” paparnya, dikutip AFP.
Untuk mengetahui kepuasan rakyat pada kinerja PAP pada Juli lalu firma penelitian lokal Blackbox merilis data bahwa, pemerintah menikmati ”indeks kepuasan” sebesar 76,4% pada bulan Juli, setelah puncaknya dengan 80% pada April lalu, setelah kematian Lee Kuan Yew. Namun, tingkat kepuasan biaya hidup pada Juli lalu hanya 42%, kepemilikan rumah dengan 53%, transportasi publik sebesar 57%, dan manajemen populasi pada 61%. Angka ini memperlihatkan kepuasan masyarakat pada kinerja pemerintah masih sangat baik sehingga banyak analis memperkirakan PAP akan lolos ujian pertama pemilu kali ini pasca ditinggal Lee Kuan Yew dengan tetap menguasai mayoritas parlemen karena Pemerintahan PM Lee Hsien Long telah berhasil mengeluarkan berbagai kebijkan, sesuai yang diinginkan rakyat Singapura kecuali tentang hak kebebasan berpendapat
Namun oposisi juga tak bisa dipandang remeh, karena pada 2011 lalu mereka mencatat kemenangan terbesarnya sejak pemilu pertama kali diselenggarakan dengan meraih 6 kursi parlemen, dan pemilu 2015 ini, isu pembaharuan serta perluasan hak berpendat yang mereka gawangi sangat menarik para pemilih muda, apalagi pemilih yang lahir pasca tahun kemerdekaan 1965 sangat mendominasi pada pemilu kali ini. Apakah PAP akan sukses meningkatkan popularitasnya ? atau justru Oposisi yang berhasil memperbesar perolehan suaranya ? Kita nantikan saja jawabnya pada Pemilu Parlemen Singapura 11 September 2015 mendatang
Pemilu Singapura 2015, Langkah Singapura Baru ?
4/
5
Oleh
Unknown