Friday, November 13, 2015

Laos, Negara ASEAN Tanpa Laut

Geografis
Laos adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang wilayahnya daratan di Asia. Negara ini terletak pada sebelah barat laut dari semenanjung Indocina, Laos dikelilingi oleh China, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Burma. Luas negara inia adalah dua kali ukuran Pennsylvania di Amerika Serikat. Wilayahnya mayoritas dibenruk oleh pegunungan- pegunungan, terutama di utara, di mana puncak tertinggi berada pada ketinggian diatas 9.000 kaki ( 2.800 m). Hutan lebat menutupi wilayah utara dan timur Laos. Sungai Mekong, yang membentuk batas antara Laos dengan Burma dan Thailand, yang mengalir melalui negeri sejauh 932 mil ( 1.500 km ) dari jalurnya.


Sejarah Laos
Awal sejarah Laos didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina-Perancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.

Pada tahun 1353, Setelah Laos diperintah oleh orang-orang Khmer dari Angkor kemudian dilanjutkan oleh bangsa Thailand dari Sukhothai, Pangeran Fa Ngoum menjadikan kerajaan Laos atau yang saat ini disebut “lane Xang”, sebagai negara yang paling berkuasa. Perluasan wilayah Laos saat ini, besarnya sama dengan wilayah Thailand utara. Ibukota pertama negara Laos adalah Luang Prabang. Raja Fa Ngoum menjadikan ajaran Budha sebagai agama nasional.Pada abad ke 15, untuk sementara waktu orang Vietnam menduduki Kerajaan Lao dan Luang Prabang.

Pada abad ke 16, Vieng Chan (Vientiane) dikembangkan sebagai ibukota yang sejajar dengan kerajaan Lao. Birma yang memiliki kekuatan paling dominan di Asia Tenggara di abad ke 16, memperluas pengaruh kekuataanya hingga ke daerah Vieng Chan. Namun di tahun 1563, Raja Setthathirat menjadikan Vieng Chan sebagai ibukota resmi Laos.Pada tahun 1575, Bangsa Birma menduduki Vieng Chan selama 7 tahun. Setelah kerajaan Lao berkembang sejajar menjadi 2 bagian yaitu di Luang Prabang dan Vieng Chan, mereka menyatukannya kembali di tahun 1591 dibawah pemerintahan Raja Nokeo Koumane Pada tahun 1700, Laos terpecah menjadi 3 bagian kerajaan yaitu: Luang Prabang, Vieng Chan dan Champassak selatan.

Setelah ibukota Siamese yaitu Ayutthaya baru saja ditaklukan dan dijarah oleh tentara Birma, di tahun 1767 Laos kembali jatuh dibawah pemerintahan orang Birma. Tetapi hanya beberapa tahun kemudian kerajaan Siam dengan ibukota barunya, yaitu Bangkok berkembang bertambah kuat sehingga Laos kembali patuh pada tuan besar Siam.Pada tahun 1827, orang-orang Lao dibawah pimpinan pemberontak Raja Anou melawan orang-orang Siam, tetapi segera dapat ditaklukkan sehingga hal ini menyebabkan negara Laos menjadi hancur.

Zaman Kolonial
Pada tahun 1868, setelah menguasai Vietnam Selatan sebagai daerah jajahan dan mengembalikan Kamboja menjadi daerah perlindungan Perancis, Perancis mengirimkan sebuah ekspedisi awal ke Laos untuk menyelidiki rute perdagangan sungai Mekong ke Cina.

Pada tahun 1886, Perancis mendapat izin dari Siam untuk memperluas pemerintahannya di Laos dengan menempatkan wakil konsulat di Luang Prabang. Di tahun 1887, Siam, mengantisipasi ekspansi bangsa Perancis dengan mengosongkan sebagian besar daerah Laos. Pada tahun 1893, Perancis menyatakan secara resmi daerah Mekong sebagai daerah perbatasan antara Laos dan Siam. Siam menyetujui keputusan tersebut secara sepihak atas desakan Perancis. Negara Laos secara resmi menjadi daerah perlindungan Perancis.Tetapi Perancis tidak banyak tertarik dengan wilayah kekuasaan barunya itu. Paris mengirimkan pejabat-pejabat resmi Vietnam ke Laos untuk mengatur pemerintahan, tetapi peranannya hanya sedikit dalam mengembangkan perekonomian Laos. Pada bulan September 1940, setelah Jerman menyerang Perancis di Eropa, pasukan Jepang menduduki Indocina tanpa perlawanan. Secara resmi kekuatan kolonial Perancis meninggalkan seluruh instalasi militernya untuk digunakan pasukan Jepang. Terjadi pertukaran pemerintahan kolonial Perancis secara resmi ke Jepang. Perang dunia II tidak banyak mengakibatkan kerusakan di Laos, bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Myanmar dan Filipina.
Di Asia Timur, Perang dunia ke II berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945, ditandai dengan penyerahan negara Jepang. Kemudian, Perancis mencoba mendirikan kembali kekuatan kolonialnya di Kamboja, Vietnam dan Laos. Pada tanggal 1 September 1945, negara Laos menyatakan kemerdekaannya. Perancis tidak menerima hal tersebut, dan membalas dengan mengirim pasukannya ke Laos. Perang gerilya berawal ketika tentara Laos melawan kekuatan kolonial Perancis.
Kemerdekaan
Pada 19 Juli 1949, Perancis mengakui dengan resmi kemerdekaan Laos. Setelah lebih dari 3 dekade, sejak tahun 1949 sampai tahun 1975, situasi politik di Laos selalu dalam keadaan yang tidak stabil
Terdapat tiga golongan yang berjuang untuk merebut kekuasaan, yaitu :
1.    Konservatif, yang memiliki kekuatan sejumlah 30.000 tentara dari suku perbukitan, Hmong (meo)
2.    Netralis (penganut politik bebas), dipimpin oleh pangeran Souvanna Phouma.
3.    Komunis, dipimpin oleh pangeran yang feodal bernama Souphanouvang (bertentangan dengan paham komunis Marx).
Perang saudara diantara 3 golongan yang saling bersaing itu, tidak separah dengan perang saudara di Vietnam atau di Kamboja. Dalam 3 dekade setelah dibentuk pemerintahan koalisi, ketiga golongan tersebut masuk ke dalamnya. Kekuasaan netralis selalu memimpin koalisi-koalisi.
Pada tahun 1951, Laos yang berada dibawah pemerintahan Pangeran Souphanouvong mengalami pembrontakan dari kaum komunis pimpinan, Pathet Lao, yang bekerjasama dengan pejuang komunis Viet Minh (Vietkong) yang berasal dari Vietnam Selatan dengan menyerbu Ibu kota Laos, yang mengakibatkan berlangsungnya perang sipil besar pertama antara pihak kerajaan dan kaum komunis, akhirnya perang ini pun dapat diakhiri sementara melalui penandatanganan perjanjian damai di Jenewa 1954 lalu disertai gencatan senjata tahun 1955, serta peberian dua provinsi di utara Laos pada kaum komunis dibawah pimpinan Pathet Lao, dan sisanya dibawah pemerintahan kerajaan. Negara ini akhirnya mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya dari Perancis dalam bentuk monarki konstitusional setelah ditandatanganinya Perjanjian Paris pada 29 Desember 1954. Namun setelah kemerdekaannya, Laos mengalami periode ketidakstabilan politik karena pengaruh perang tidak langsung (Proxy war)antara Blok Barat yang berhaluan Liberal yang dimotori Amerika Serikat dan Perancis dan Blok Timur yang berhaluan komunis yang dimotori Uni Soviet yang sedang terlibat perang memperebutkan hegemoni ideologi Vietnam. Sementara Laos yang merupakan tetangga dari Vietnam menjadi ladang pertemuran untuk menjadikan basis dari Blok Barat maupun Blok Timur

Pada tahun 1957, akhirnya terbentuklah pemerintahan koalisi bersatu antara pihak kerajaan dan kaum komunis dengan pimpinan Pathet Lao dan Pangeran Souphanouvong. Namun perjanjian ini hanya meredam konflik sementara, karena setelah jatuhnya pemerintahan koalisi pada tahun 1958, perang pecah kembali antara kerajaan dan kaum komunis pada tahun 1959.

Pihak kerajaan Laos menyatakan netralitasnya dalam konflik Vietnam pada tahun 1962. Namun hal ini tidak menghentikan langkah Amerika Serikat dan Vietnam Utara untuk membangun basis kekuatan di Laos sehingga menghancurkan sikap resmi bangsa untuk tetap netral, dan akhirnya terlibat dalam konflik tersebut dengan mendukung Amerika Serikat dan Vietnam Utara.

Pada tahun 1973 Kesepakatan damai untuk membentuk pemerintahan koalisi antara pihak kerajaan dan komunis kembali tercapai.

Pathet Lao sebagai pimpinan kaum komunis berhasil merebut kekuasaan sepenuhnya pada tahun 1975, memasang Souphanouvong sebagai presiden dan Kaysone Phomvihane sebagai perdana menteri. Sejak itu, pihak lain dan kelompok politik telah hampir mati dan sebagian besar pemimpin mereka telah melarikan diri negara.

Namun pada tahun 1975 ketika Amerika Serikat menarik diri dari wilayah tersebut seiring dengan kejatuhan Vietnam Utara pada pihak Komunis, negara itu akhirnya juga berhasil diambil alih oleh faksi komunis pimpinann Pathet Lao dengan dukungan pihak komunis Vietnam. Kelompok komunis akhirnya membentuk pemerintahan Communist Lao People's Democratic Republic (Republik Demokrasi Rakyat Komunis Laos) yang bertahan hingga saat ini serta menghapuskan sistem monarki dihapuskan pada 2 Desember 1975.

Pada bulan Maret 1991, kongres ke lima dari Partai Rakyat Revolusioner, perubahan jangka panjang dari struktur ekonomi negara ini diputuskan. Seperti di Cina dan Vietnam, perusahaan-perusahaan swasta, persaingan pasar bebas dan penanam modal asing diijinkan, agar dapat mempercepat perkembangan ekonomi di negara ini. Seperti halnya di China dan Vietnam, pemimpin politik tetap tidak diperbolehkan untuk membagi kekuasaan dalam sistem multi partai.

Politik
Satu-satunya partai politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (LPRP). Kepala negara adalah seorang presiden yang ditentukan oleh parlemen untuk masa jabatan 5 tahun. Kepala pemerintahan adalah seorang perdana menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dari parlemen. Kebijakan pemerintahan ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat berkuasa Politbiro dan 49 anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang penting ditentukan Dewan Menteri.

Laos menganut Konstitusi baru sejak 1991. Pada tahun berikutnya, pemilu diadakan untuk 85 kursi baru Majelis Nasional yang anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan 5 tahun. Parlemen tunggal ini diperluas sejak pemilu 1997 menjadi 99 anggota, menyetujui semua hukum baru, meskipun presidenlah yang memegang kekuasaan untuk mengeluarkan dekrit yang sifatnya mengikat. Pemilu yang terbaru dilaksanakan pada Februari 2002 ketika Majelis Nasional diperluas menjadi 109 anggota.

Sisa-sisa dari kelompok etnis Hmong yang beraliansi dengan Amerika Serikat ketika Perang Vietnam terlibat dalam konflik bersenjata dengan rezim komunis Laos sejak 1975. Sehubungan dengan adanya beberapa laporan tentang penyerahan diri etnis Hmong di media internasional baru-baru ini, konflik ini sepertinya sudah agak mereda. Sebagian besar anggota etnis Hmong berbaur kembali dengan masyarakat secara damai, dan sebagian dari mereka bahkan dilaporkan meraih posisi strategis di dalam pemerintahan negara Laos.

Serangan-serangan masih terjadi secara kecil-kecilan di seluruh negeri, tetapi tidak mengarah kepada salah satu gerakan politik. Segala perbedaan pendapat di Laos dimusnahkan, sehingga informasi yang benar sulit didapat.

Ekonomi
Pemerintah Laos–salah satu negara komunis–memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode 1988–2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997. Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir.

Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah pedesaan atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih mempengaruhi setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas. Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini.

Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.
Kebudayaan

Agama Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu). Lam saravane adalah jenis musik terpopuler di antara musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya menjadi mor lam sing yang menjadi salah satu best-selling internasional. Salah satu bukti penting dari kebudayaan Laos kuno terdapat di Dataran Guci.

Media
Seluruh surat kabar diterbitkan oleh pemerintah, termasuk 2 surat kabar berbahasa asing: Vientiane Times yang berbahasa Inggris dan Le Rénovateur yang berbahasa Prancis. Selain itu, Khao San Pathet Lao, kantor berita resmi Republik Demokratik Rakyat Laos, menerbitkan surat kabarnya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Warung internet yang melayani para turis umum ditemukan di pusat-pusat kota. Meski begitu, pemerintah menyensor isinya dengan ketat. Saluran televisi satelit yang menayangkan acara televisi dari Thailand banyak ditemukan di Laos. Banyak dari rakyat Laos dapat mengakses dunia luar melalui program televisi Thaila
Laos, Negara ASEAN Tanpa Laut
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.