Geografis
Laos adalah
satu-satunya negara di Asia Tenggara yang wilayahnya daratan di Asia. Negara
ini terletak pada sebelah barat laut dari semenanjung Indocina, Laos
dikelilingi oleh China, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Burma. Luas negara inia
adalah dua kali ukuran Pennsylvania di Amerika Serikat. Wilayahnya mayoritas
dibenruk oleh pegunungan- pegunungan, terutama di utara, di mana puncak tertinggi
berada pada ketinggian diatas 9.000 kaki ( 2.800 m). Hutan lebat menutupi wilayah
utara dan timur Laos. Sungai Mekong, yang membentuk batas antara Laos dengan
Burma dan Thailand, yang mengalir melalui negeri sejauh 932 mil ( 1.500 km )
dari jalurnya.
Sejarah Laos
Awal sejarah Laos
didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan
lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai
kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan
menggabungkannya ke dalam Indochina-Perancis pada 1893. Setelah penjajahan
Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan
nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.
Pada tahun 1353,
Setelah Laos diperintah oleh orang-orang Khmer dari Angkor kemudian dilanjutkan
oleh bangsa Thailand dari Sukhothai, Pangeran Fa Ngoum menjadikan kerajaan Laos
atau yang saat ini disebut “lane Xang”, sebagai negara yang paling berkuasa.
Perluasan wilayah Laos saat ini, besarnya sama dengan wilayah Thailand utara.
Ibukota pertama negara Laos adalah Luang Prabang. Raja Fa Ngoum menjadikan
ajaran Budha sebagai agama nasional.Pada abad ke 15, untuk sementara waktu
orang Vietnam menduduki Kerajaan Lao dan Luang Prabang.
Pada abad ke 16,
Vieng Chan (Vientiane) dikembangkan sebagai ibukota yang sejajar dengan
kerajaan Lao. Birma yang memiliki kekuatan paling dominan di Asia Tenggara di
abad ke 16, memperluas pengaruh kekuataanya hingga ke daerah Vieng Chan. Namun
di tahun 1563, Raja Setthathirat menjadikan Vieng Chan sebagai ibukota resmi
Laos.Pada tahun 1575, Bangsa Birma menduduki Vieng Chan selama 7 tahun. Setelah
kerajaan Lao berkembang sejajar menjadi 2 bagian yaitu di Luang Prabang dan
Vieng Chan, mereka menyatukannya kembali di tahun 1591 dibawah pemerintahan
Raja Nokeo Koumane Pada tahun 1700, Laos terpecah menjadi 3 bagian kerajaan
yaitu: Luang Prabang, Vieng Chan dan Champassak selatan.
Setelah ibukota
Siamese yaitu Ayutthaya baru saja ditaklukan dan dijarah oleh tentara Birma, di
tahun 1767 Laos kembali jatuh dibawah pemerintahan orang Birma. Tetapi hanya
beberapa tahun kemudian kerajaan Siam dengan ibukota barunya, yaitu Bangkok
berkembang bertambah kuat sehingga Laos kembali patuh pada tuan besar Siam.Pada
tahun 1827, orang-orang Lao dibawah pimpinan pemberontak Raja Anou melawan
orang-orang Siam, tetapi segera dapat ditaklukkan sehingga hal ini menyebabkan
negara Laos menjadi hancur.
Zaman Kolonial
Pada tahun 1868,
setelah menguasai Vietnam Selatan sebagai daerah jajahan dan mengembalikan
Kamboja menjadi daerah perlindungan Perancis, Perancis mengirimkan sebuah
ekspedisi awal ke Laos untuk menyelidiki rute perdagangan sungai Mekong ke
Cina.
Pada tahun 1886,
Perancis mendapat izin dari Siam untuk memperluas pemerintahannya di Laos
dengan menempatkan wakil konsulat di Luang Prabang. Di tahun 1887, Siam,
mengantisipasi ekspansi bangsa Perancis dengan mengosongkan sebagian besar
daerah Laos. Pada tahun 1893, Perancis menyatakan secara resmi daerah Mekong
sebagai daerah perbatasan antara Laos dan Siam. Siam menyetujui keputusan
tersebut secara sepihak atas desakan Perancis. Negara Laos secara resmi menjadi
daerah perlindungan Perancis.Tetapi Perancis tidak banyak tertarik dengan
wilayah kekuasaan barunya itu. Paris mengirimkan pejabat-pejabat resmi Vietnam
ke Laos untuk mengatur pemerintahan, tetapi peranannya hanya sedikit dalam
mengembangkan perekonomian Laos. Pada bulan September 1940, setelah Jerman
menyerang Perancis di Eropa, pasukan Jepang menduduki Indocina tanpa perlawanan.
Secara resmi kekuatan kolonial Perancis meninggalkan seluruh instalasi
militernya untuk digunakan pasukan Jepang. Terjadi pertukaran pemerintahan
kolonial Perancis secara resmi ke Jepang. Perang dunia II tidak banyak
mengakibatkan kerusakan di Laos, bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara lainnya, seperti Myanmar dan Filipina.
Di Asia Timur, Perang dunia ke II berakhir pada
tanggal 14 Agustus 1945, ditandai dengan penyerahan negara Jepang. Kemudian,
Perancis mencoba mendirikan kembali kekuatan kolonialnya di Kamboja, Vietnam
dan Laos. Pada tanggal 1 September 1945, negara Laos menyatakan kemerdekaannya.
Perancis tidak menerima hal tersebut, dan membalas dengan mengirim pasukannya
ke Laos. Perang gerilya berawal ketika tentara Laos melawan kekuatan kolonial
Perancis.
Kemerdekaan
Pada 19 Juli 1949, Perancis mengakui dengan
resmi kemerdekaan Laos. Setelah lebih dari 3 dekade, sejak tahun 1949 sampai
tahun 1975, situasi politik di Laos selalu dalam keadaan yang tidak stabil
Terdapat tiga golongan yang berjuang untuk
merebut kekuasaan, yaitu :
1.
Konservatif, yang memiliki kekuatan sejumlah
30.000 tentara dari suku perbukitan, Hmong (meo)
2.
Netralis (penganut politik bebas), dipimpin
oleh pangeran Souvanna Phouma.
3.
Komunis, dipimpin oleh pangeran yang feodal
bernama Souphanouvang (bertentangan dengan paham komunis Marx).
Perang saudara diantara 3 golongan yang
saling bersaing itu, tidak separah dengan perang saudara di Vietnam atau di
Kamboja. Dalam 3 dekade setelah dibentuk pemerintahan koalisi, ketiga golongan
tersebut masuk ke dalamnya. Kekuasaan netralis selalu memimpin koalisi-koalisi.
Pada
tahun 1951, Laos yang berada dibawah pemerintahan Pangeran Souphanouvong mengalami
pembrontakan dari kaum komunis pimpinan, Pathet Lao, yang bekerjasama dengan
pejuang komunis Viet Minh (Vietkong) yang berasal dari Vietnam Selatan dengan menyerbu
Ibu kota Laos, yang mengakibatkan berlangsungnya perang sipil besar pertama antara
pihak kerajaan dan kaum komunis, akhirnya perang ini pun dapat diakhiri
sementara melalui penandatanganan perjanjian damai di Jenewa 1954 lalu disertai
gencatan senjata tahun 1955, serta peberian dua provinsi di utara Laos pada
kaum komunis dibawah pimpinan Pathet Lao, dan sisanya dibawah pemerintahan kerajaan.
Negara ini akhirnya mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya dari Perancis dalam
bentuk monarki konstitusional setelah ditandatanganinya Perjanjian Paris pada
29 Desember 1954. Namun setelah kemerdekaannya, Laos mengalami periode
ketidakstabilan politik karena pengaruh perang tidak langsung (Proxy
war)antara Blok Barat yang berhaluan Liberal yang dimotori Amerika
Serikat dan Perancis dan Blok Timur yang berhaluan komunis yang dimotori Uni
Soviet yang sedang terlibat perang memperebutkan hegemoni ideologi Vietnam. Sementara
Laos yang merupakan tetangga dari Vietnam menjadi ladang pertemuran untuk
menjadikan basis dari Blok Barat maupun Blok Timur
Pada
tahun 1957, akhirnya terbentuklah pemerintahan koalisi bersatu antara pihak kerajaan
dan kaum komunis dengan pimpinan Pathet Lao dan Pangeran Souphanouvong. Namun
perjanjian ini hanya meredam konflik sementara, karena setelah jatuhnya
pemerintahan koalisi pada tahun 1958, perang pecah kembali antara kerajaan dan
kaum komunis pada tahun 1959.
Pihak
kerajaan Laos menyatakan netralitasnya dalam konflik Vietnam pada tahun 1962.
Namun hal ini tidak menghentikan langkah Amerika Serikat dan Vietnam Utara
untuk membangun basis kekuatan di Laos sehingga menghancurkan sikap resmi
bangsa untuk tetap netral, dan akhirnya terlibat dalam konflik tersebut dengan
mendukung Amerika Serikat dan Vietnam Utara.
Pada
tahun 1973 Kesepakatan damai untuk membentuk pemerintahan koalisi antara pihak
kerajaan dan komunis kembali tercapai.
Pathet
Lao sebagai pimpinan kaum komunis berhasil merebut kekuasaan sepenuhnya pada
tahun 1975, memasang Souphanouvong sebagai presiden dan Kaysone Phomvihane
sebagai perdana menteri. Sejak itu, pihak lain dan kelompok politik telah
hampir mati dan sebagian besar pemimpin mereka telah melarikan diri negara.
Namun
pada tahun 1975 ketika Amerika Serikat menarik diri dari wilayah tersebut
seiring dengan kejatuhan Vietnam Utara pada pihak Komunis, negara itu akhirnya
juga berhasil diambil alih oleh faksi komunis pimpinann Pathet Lao dengan
dukungan pihak komunis Vietnam. Kelompok komunis akhirnya membentuk
pemerintahan Communist Lao People's Democratic Republic (Republik Demokrasi
Rakyat Komunis Laos) yang bertahan hingga saat ini serta menghapuskan sistem monarki
dihapuskan pada 2 Desember 1975.
Pada
bulan Maret 1991, kongres ke lima dari Partai Rakyat Revolusioner, perubahan
jangka panjang dari struktur ekonomi negara ini diputuskan. Seperti di Cina dan
Vietnam, perusahaan-perusahaan swasta, persaingan pasar bebas dan penanam modal
asing diijinkan, agar dapat mempercepat perkembangan ekonomi di negara ini.
Seperti halnya di China dan Vietnam, pemimpin politik tetap tidak diperbolehkan
untuk membagi kekuasaan dalam sistem multi partai.
Politik
Satu-satunya partai
politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (LPRP).
Kepala negara adalah seorang presiden yang ditentukan oleh parlemen untuk masa
jabatan 5 tahun. Kepala pemerintahan adalah seorang perdana menteri yang
ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dari parlemen. Kebijakan pemerintahan
ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat berkuasa Politbiro dan 49
anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang penting ditentukan Dewan
Menteri.
Laos menganut Konstitusi baru sejak 1991. Pada tahun
berikutnya, pemilu diadakan untuk 85 kursi baru Majelis Nasional yang
anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan 5 tahun. Parlemen tunggal
ini diperluas sejak pemilu 1997 menjadi 99 anggota, menyetujui semua hukum
baru, meskipun presidenlah yang memegang kekuasaan untuk mengeluarkan dekrit
yang sifatnya mengikat. Pemilu yang terbaru dilaksanakan pada Februari 2002
ketika Majelis Nasional diperluas menjadi 109 anggota.
Sisa-sisa dari kelompok etnis Hmong yang beraliansi
dengan Amerika Serikat ketika Perang Vietnam terlibat dalam konflik bersenjata
dengan rezim komunis Laos sejak 1975. Sehubungan dengan adanya beberapa laporan
tentang penyerahan diri etnis Hmong di media internasional baru-baru ini,
konflik ini sepertinya sudah agak mereda. Sebagian besar anggota etnis Hmong
berbaur kembali dengan masyarakat secara damai, dan sebagian dari mereka bahkan
dilaporkan meraih posisi strategis di dalam pemerintahan negara Laos.
Serangan-serangan masih terjadi secara kecil-kecilan
di seluruh negeri, tetapi tidak mengarah kepada salah satu gerakan politik.
Segala perbedaan pendapat di Laos dimusnahkan, sehingga informasi yang benar
sulit didapat.
Ekonomi
Pemerintah
Laos–salah satu negara komunis–memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan
berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi
melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode 1988–2004
kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997. Seperti negara
berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan
ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami
pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir.
Sebagian
besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum
memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang
menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan
Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat
perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa
tahun terakhir. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas,
terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah
menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah
pedesaan atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih mempengaruhi setengah
dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima
bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru
dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas.
Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan
ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke
luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005
penelitian oleh Bank Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang
berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di
dunia untuk kasus ini.
Akhir
2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, membuat
produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang
pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.
Kebudayaan
Agama
Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya terlihat pada
bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya,
disebut khaen (sejenis pipa bambu). Lam saravane adalah jenis musik terpopuler
di antara musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya
menjadi mor lam sing yang menjadi salah satu best-selling internasional. Salah
satu bukti penting dari kebudayaan Laos kuno terdapat di Dataran Guci.
Media
Seluruh surat kabar diterbitkan oleh
pemerintah, termasuk 2 surat kabar berbahasa asing: Vientiane Times yang
berbahasa Inggris dan Le Rénovateur yang berbahasa Prancis. Selain itu, Khao
San Pathet Lao, kantor berita resmi Republik Demokratik Rakyat Laos,
menerbitkan surat kabarnya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Warung internet
yang melayani para turis umum ditemukan di pusat-pusat kota. Meski begitu,
pemerintah menyensor isinya dengan ketat. Saluran televisi satelit
yang menayangkan acara televisi dari Thailand banyak ditemukan di Laos. Banyak
dari rakyat Laos dapat mengakses dunia luar melalui program televisi Thaila
Laos, Negara ASEAN Tanpa Laut
4/
5
Oleh
Unknown