Setelah
terjadi perpecahan di kubu Kabinet Syahrir, yaitu terjadi mosi tidak percaya
dari Masyumi yang merupakan akibat dari Perundingan Linggarjati. Di dalam
Partai Sosialis juga terjadi perpecahan, dimana Syahrir dikenal sebagai Partai
Sosialis Kanan dan Amir Sjarifuddin sebagai Partai Sosialis Kiri.
Pada
pukul 03.15, Presiden Soekarno menerima secara resmi penyerahan mandat kabinet
Sjahrir dan sejak saat itu kekuasaan sepenuhnya terdapat ditangan Presiden.
Pada malam itu datang kawat dari pihak Belanda yang mengaharapkan jawaban
pemerintah Indonesia paling lambat tanggal 27 Juni 1947. Demikianlah pada malam
itu dibentuk komisi untuk membantu presiden dalam menyusun jawaban atas nota
pemerintah Belanda. Panitia dibantu oleh Amir Sjarifoeddin (Partai Sosialis), Sujono
Hadinoto (PNI), Harsono Cokroaminoto (Masyumi), Tambunan (Parkindo) dan Kasimo
(PKRI).
Presiden
Soekarno pada tanggal 30 Juni telah menunjuk Amir Sjarifoeddin, Sukiman, A.K
Gani dan setiadjit sebagai formatur untuk membentuk kabinet koalisi, tetapi gagal.
Presiden menuntut Perdana Menteri yang baru untuk membentuk kabinet koalisi
antara PS, PNI, Masyumi, dan PBI. Akan tetapi usaha ini gagal. Akhirnya dalam tempo
14 jam, Amir Sjarifoeddin berhasil membentuk kabinet koalisi tanpa Masyumi.
Kemudian pada tanggal 3 Juli, kabinet baru dibawah pimpinan Amir Syarifuddin
dilantik. Dan kabinet ini bertugas untuk menjawab nota dari Belanda.
Kabinet Amir Sjarifuddin yang terbentuk
terdiri dari 11 orang Sayap Kiri, 7 orang dari PNI dan 8 orang dan PSII, dan
Masyumi yang semula ikut duduk dalama kabinet Sjahrir, menolak untuk bergabung
dalam pemerintahan. Sementara itu Partai Sosialis Indonesia, tempat Sjahrir berasal
juga tak ikut serta duduk dalam kabinet.
Pada
dasarnya, Amir masih mengandalkan kekuatan Partai Sosialis sebagai
penyokongnya, ditambah PNI. Untuk pertama kalinya pula seorang Katolik,
pemimpin Parkindo (Partai Katolik Indonesia) I. J. Kasimo dan seorang komunis
Maruto Darusman, menduduki kursi dalam kabinet pemerintahan. Amir pun masih
mengunci jabatan Menteri Pertahanan.
Menjawab Nota Dari Belanda
Nota
Belanda pada tanggal 29 Juni yang dikirim oleh Van Mook belum mendapat jawaban
dari Presiden. Nota inilah yang harus dijawab oleh Kabinet Amir. Nota balasan
akhirnya dikirim oleh Kabinet amir pada tanggal 8 Juli. Isinya yang perlu
mendapat perhatian adalah Pemerintah Republik ingin perhubungan luar negeri
Republik Indonesia yang telah ada diberi tempat yang sesuai dalam rencana yang
dimasudkan. Berkenaan dengan soal keamanan dan ketertiban dalam negeri,
pemerintah tetap berpendirian seperti yang telah tertera dalam nota presiden.
Kabinet
Amir melanjutkan perundingan dengan Belanda, yang telah dirintis oleh kabinet
Syahrir, dengan tetap mempertahankan kehadiran negara RI, tetap mempertahanakan
pengakuan berbagal negara terhadap RI dan tetap menolak Uni bersama RI-Belanda.
Hal-hal ini yang menjadikan perundingan antara RI-Belanda tidak lancar dan
hambatan utamanya yalah masalah Uni bersama.
Tanggal
15 Juli van Mook mengultimatum supaya RI me narik mundur pasukannya sejauh 10
km. dari garis demarkasi. RI menolak ultimatum Belanda ini. Tanggal 21 Juli
1947 dilancarkan agresi militer terhadap Republik dengan maksud menghancurkan
Republik. Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Belanda
mengakhiri agresinya.
Belanda
berhasil merebut daerah ekonomi yang sangat pen ting dari Republik, seperti:
minyak, perkebunan, tambang, kota pelabuhan. Tak kebetulan bahwa agresi Belanda
ini menggunakan kode "Operatie Product".
Bergabungnya Masyumi
Setelah
gencatan senjata dipulihkan kembali perundingan RI- Belanda di bawah pengawasan
Komisi Tiga Negara yang terdiri dan Australia, Belgia dan Amerika. Dari pihak
Republik, PM Amir bertindak sebagai ketua delegasi. Sementara itu van Mook,
pada tanggal 29 Agustus 1947, secara sefihak telah menggeser garis demarkasi
yang sangat menguntungkan pihak Belanda dari segi perluasan da Beberapa
bulan kemudian atau tepatnya tanggal 11 November 1947 akhirya Masyumi bersedia
mau masuk kabinet dengan mendapat empat buah kursi menteri. Masuknya Masyumi
kedalam pemerintahan ini merubah komposisi pemerintahan sehingga menandai
berakhirnya Kabinet Amir Sjarifoeddin I.
Kabinet Amir Sjarifoeddin I
4/
5
Oleh
Unknown