Tuesday, January 26, 2016

Deng Xiao Ping, Bapak Reformasi Ekonomi China

Denga Xiao Ping merupakan pemimpin terkemukan China pada periode tahun 1980-an hingga tahun 1990-an setelah berakhirnya era Revolusi Budaya dan kematian Mao Zedong. Deng dikenal sebagai Bapak reformasi ekonomi China yang telah membawa negara tirau bambu ini kini menikmati kemajuan ekonomi yang pesat dengan mengadopsi sistem ekonomi kapitalis namun dengan kontrol yang kuat dipegang oleh negara untuk mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat China.


Kekuatan Deng sejatinya berasal dari kualitas pribadinya bukan jabatan politik dan pemerintahan yang ia duduki karena Ia tidak pernah menduduki jabatan Ketua Partai Komunis China (PKC) atau Perdana Menteri China. Jabatan resminya hanya Wakil Ketua PKC dan Ketua Komisi Militer Pusat. Namun ia telah mampu mempengaruhi arah kebijakan Cina sehingga lebih mengikuti perkembangan jaman.

Anak Petani Kaya
Deng Xiaoping lahir dari keluarga etnis Suku Han di desa Paifang, Provinsi Sichuan ,
pada 22 Agustus 1904 di barat daya Provinsi Sichuan China . Ayah Deng, Deng Wenming, adalah pemilik tanah kelas menengah sedangkan Ibunya bermarga Dan, yang meninggal saat Deng masih kecil .

Belajar ke Luar Negeri
Pada usia 15 tahun, Deng pergi merantau ke Prancis untuk kuliah disana. Di negara Anggur ini Deng muda banyak belajar dengan pemikiran-pemikiran politik seperti Marxisme dan sosialisme. Disamping sekolah, Deng muda juga bekerja untuk membiayai hidupnya di Prancis. Ia pernah bekerja di sebuah pabrik baja dan restoran sehingga tahu betul bagaimana rasanya menjadi seorang buruh kasar. Pada saat itulah Deng muda berkenalan dengan Zhou Enlai yang juga sedang belajar disana. Karena perkenalan dari muda, kedua orang muda ini kemudian menjadi sahabat karib dalam perjuangan maupun dalam pembangunan Cina kedepanya. Pada saat itu Deng muda sudah mulai aktif dalam Partai Komunis Cina. Ketika Zhou Enlay menyelesaikan studi di Prancis, Deng mudalah yang kemudian ditunjuk menjadi pemimpin Liga Mahasiswa Partai Komunis China di Prancis.

Setelah menyelesaikan studinya di Prancis Deng Xiaoping melanjutkan sekolahnya di Rusia dan kemudian dia lebih mendalami ideologi komunis. Di Rusia, Deng muda semakin aktif dalam Partai Komunis dan kemudian menjadi Komisaris Partai dalam usia yang relatif muda.

Kembali Ke China
Pada tahun 1926 Deng Xiaoping memutuskan kembali ke tanah kelahiranya. Saat Deng kembali negara ini sedang mengalami perang penyatuan negara selainitu pada masa ini Partai berkuasa Kuomintang sedang berkoalisi dengan Partai Komunis China, karena itu Saat kembali ke China Deng bergabung dengan kesatuan tentara Feng Yuxiang untuk membantu Pemerintah pusat  mengalahkan para Jendral-jendral lokal yang membangkang terhadap pemerintah pusat .

Namun pada tahun 1927 koalisi antara Kuomintang dan Komunis bubar, karena Chiang curiga komunis akan menusuk dari belakang dan menguasai China. Hal ini membuat tentara Feng Yuxiang mendukung Chiang Kai - shek dan Komunis yang membentuk Tentara Pembebasab Rakyat. Perpecahan ini membuat otoritas Kuomintang bertindak represif pada Partai Komunis China. Sehingga Partai Komunis China kehilangan banyak anggotanya dan mengalami periode terburuk dalam perkembanganya

Pada awal pertempuran pasukan nasionalis Cina pimpinan Chiang Kai Sek ini berada di ats angin dan mampu menekan keberadaan Partai Komunis Cina dibawah pimpinan Mao Zedong. Karena pertempuran yang tidak seimbang dimana pihak nasionalis Cina mengerahkan 700.000 prajuritnya untuk mengepung Kiangsi yang menjadi pusat perlawanan Komunis, maka Mao Zedong memutuskan pihak Komunis Cina melarikan diri dari kepungan dan melakukan pelarian panjang yang kemudian disebut "Long March" terpanjang karena berlangsung selama setahun dengan jarak 9.600 km. Long march ini berlangsung mulai tahun 1934 dan berakhir pda tahun 1935.

Setelah invasi Jepang pada tahun 1937 Kuomintang dan Komunis berkoalisi lagi untuk melawan negara penjajah tersebut dalam masa perang melawan Jepang ini komunis banyak melakukan propaganda dan mulai membangun basis-basis kekuatanya di pedesaan sehingga Partai Komunis banyak mendapat simpati dari rakyat Cina.

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Deng menuju Chongqing, untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai antara Kuomintang pimpinan Chiang Kai - shek dan Partai Komunis China, namun pertemuan itu gagal mencapai kesepakatan dan perang antar dua kubu berkobar kembali

Pada waktu itu Deng telah menjadi Sekretaris Jendral Partai Komunis Cina dan berperan besar dalam perebutan wilayah yang ada ditanah kelahirannya Sichuan pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober 1949, pasukan Mao akhirnya dapat mengalahkan Kuo Min Tang dan memaksa mereka keluar China menuju Taiwan, Pada saat itu, Partai Komunis menguasai seluruh utara China, tapi masih ada beberapa wilayah di selatan yang dipegang oleh Kuomintang. Kemudian Deng ditugaskan untuk mengambil alih wilayah yang dikuasai Kuomintang tersebut. Di bawah pimpinan Deng, pasukan komunis berhasil menguasai Chongqing yang merupakan basis terkuat Kuo Min Tang yang tersisa di china daratan pada bulan November 1949 dan beberapa hari berhasil memasuki kota Chengdu, yang merupakan benteng terakhir pasukan kekuatan Chiang Kai Shek

Deng Xiaoping menghabiskan tiga tahun bertugas di Chongqing, setelah itu pada bulan Juli 1952, Deng dipanggil ke Beijing untuk menempati posisi yang lebih tinggi dalam Partai Komunis dan Pemerintahan China berkat kerja keras dan prestasinya selama perang komunis-Kuo Min Tang

Pimpinan Tinggi Partai Komunis China
Pada saat Kongres Partai Komunis China kedelapan tanggal 12-27 September 1956
Mao mulai mengajukan gagasanya tentang kepemimpinan baru kedepan bagi PKC karena saat itu usianya sudah menginjak 63 tahun dan kondisi kesehatanya mulai menurun. ia tidak ingin jika kematian menjemputnya tidak terjadi pertarungan kekuasaan di partai, sebagaimana yang terjadi di Uni Sovyet pasca Stalin. Kongres tersebut akhirnya memutuskan Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping menjadi figur “garis depan” yang menangani urusan dalam negeri partai sehari-hari. Liu kemudian menempati posisi kedua tertinggi dalam partai dan selanjutnya menjadi pimpinan Partai Komunis China setelah akhir tahun 1958. Sementara Deng Xioaping diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Partai, yang kedudukannya merupakan orang nomor empat di Partai setelah Mao, Liu, dan Zhou Enlai. Mao sendiri secara bertahap mundur ke “garis kedua” dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengelola masalah hubungan luar negeri dan pertahanan nasional.

Akhir tahun 1958 Mao meletakkan jabatanya sebagi sebagai pimpinan Partai Komunis China. Dalam Kongres Rakyat Nasional memilih melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao. Namun Mao tetap menjadi Ketua Partai Komunis, namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan. Sementara itu Mao sengaja mengambil jarak dari pusat kekuasaan untuk merumuskan tentang konsep pembangunan China kedepan.

Era Lompatan Jauh Ke Depan
Pada tahun 1958 -1960, Mao Zedong memulai program ekonomi yang dinamakan "Lompatan Jauh Ke Depan" dimana Republik Rakyat Cina memulai program industrialisasi secara besar-besaran. Semua fokus dan tenaga diarahkan untuk menyukseskan program tersebut sehingga mengakibatkan pertanian terbengkalai dan menyebabkan puluhan juta rakya mati kelaparan. Karena kebijakan yang dianggap menyengsarakan rakyat ini Deng Xiaoping kemudian mulai menentang kebijakan Mao Zedong dan banyak diikuti oleh pemimpin-peminpin muda Partai Komunis lainya. Karena penentangan ini, Deng Xiaoping kemudian diturunkan dari pejabt partai dan pernah dihukum menjadi pekerja kasar. Tetapi ketika Perdana Mentri Zhou Enlai sakit parah, Deng Xiaoping dipanggil untuk menjadi Wakil Perdana Mentri.

Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping memikul beban berat memulihkan ekonomi China yang hancur pasca kegagalan lompatan jauh ke depan. untuk memulihkanya mereka menerapkan kebijakan-kebijakan beraliran aliran liberalisme yang tidak sesuai dengan ajaran komunisme. sehingga tindakan mereka berdua menimbulkan ketidaksenangan dari Mao yang nantinya akan mengkampanyekan Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966 karena Mao memandang kebijakana-kebijakan yang diterapkan Deng dan Li telah mengikis semangat revolusioner masyarakat.

Era Revolusu Kebudayaan
Pada tahun 1966 Mao mengkampanyekan diadakanya  Revolusi Kebudayaan 
Yang berujuan mengembalikan semangat revolusioner masyarakat China, namun dalam praktiknya revolusi kebudayaan malah membuat tatanan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat China ambruk. Revolusi yang berlangsung tahun 1966- 1976 ini, membuat sekali lagi Deng Xiaoping tersingkir dari kekuasaan dan hampir dihukum mati karena dianggap terlalu pro barat. Namun meninggalnya Mao Zedong membuat situasi berubah dan Deng Xiaoping tampil kedepan sebagai pemimpin Cina

Pasca Kematian Mao Ze Dong
Setelah kematian Mao Zedong pada 9 September 1976, Pemerintahan China yang baru mulai melakukan serangkaian gerakan perubahan arah kebijakan politik dan ekonomi yang bertentangan dengan ajaran Mao, Mereka mulai melakukan pembersihan dengan melakukan penangkapan pada “Kelompok Empat” (Jian Qing, Wang Hongwen, Yao Wenyuan, dan Zhang Chunqiao) tanggal 11 Oktober 1976 karena tuduhan kejahatan berada di balik kerusuhan sosial selama Revolusi Kebudayaan yang dijalankan oleh Mao. Setelah itu kelompok triumvirat baru lahir di pemerintahan yang terdiri dari Hua Guofeng, Ye Jianying, dan Li Xian . Kelompok inu berusaha mengembalikan kekuasaan Deng Xiaoping dan menghapus arus pengaruh kiri Mao  dalam sistem politik.

Pada bulan Juli 1977, Hua Guofeng yang menggantikan Mao mengambil resiko besar, membebaskan Deng yang berarti menentang kehendak Mao. Namun Komite Sentral memberikan syarat agar Deng Xiaoping mau bersedia menerima segala tuduhan dan bertanggung jawab atas peristiwa Tiananmen 1976, sebagai syarat atas pembebasannya,

Deng akhirnya mau mengakui beberapa kelemahan dari peristiwa-peristiwa di tahun 1975, dan akhirnya pada sidang Komite Sentral partai dia kembali pada semua jabatannya yang dipegang sebelum dipecat pada tahun 1976.

Kehidupan politik pasca Mao dicirikan oleh sejumlah perubahan mendasar. Pada Kongres Partai Nasional (KRN) ke-11, yang diadakan pada tanggal 12-18 Agustus 1977, Hua Guofeng diresmikan sebagai ketua partai (7 Oktober 1976 – 28 Juni 1981), sementara Ye Jianying, Deng Xiaoping, Li Xiannian, dan Wang Dongxing dipercaya sebagai wakil ketua. Kongres juga mengumumkan berakhirnya Revolusi Kebudayaan secara resmi, dan menimpakan semua kesalahan yang ditimbulkannya pada Kelompok Empat, serta menekankan kembali bahwa "tugas mendasar partai dalam periode bersejarah yang baru adalah membangun Cina menjadi sebuah negara sosialis yang modern dan kuat pada akhir abad ke-20". Dalam konteks inilah kemudian Deng Xiaoping menjalankan politik Empat Modernisasi dan reformasi ekonomi.

Reformasi Ekonomi China
Puncak dari naiknya kembali Deng ke tampuk kekuasaan dan dimulainya reformasi dengan sungguh-sungguh dicapai pada Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis China yang ke-11 pada bulan Desember 1978. Sidang Pleno Ketiga ini dianggap sebagai titik balik utama dalam sejarah politik Cina modern yang berusaha mengkoreksi kebijakan masa lalu pemerintahan Mao Zedong.

Pada Kongres tersebut Deng Xiaoping mencetuskan reformasi China yang disebut dengan Gaige Kaifang (reformasi dan keterbukaan). Reformasi tersebut sering disebut Sì gè Xiàn Dàihuà (The Four Modernizations). Empat pilar empat modernisasi itu adalah Reformasi Pertanian, Industri, Teknologi dan Pertahanan. Maka sejak itu berakhirlah era ketertutupan China dengan dunia luar (China sering disebut negara tirai bambu karena sifat ketertutupannya itu, serupa dengan negara-negara komunis di Eropa Timur saat itu yang disebut negara tirai besi).

Dalam kongres Sidang Pleno Keempat Komite Sentral ke-11, September 1979, Deng mempresentasikan  "penilaian awal" atas tiga puluh tahun kekuasaan Komunis. Pada sidang itu, Wakil Ketua PKC Ye Jianying menegaskan sejumlah pencapaian partai seraya mengakui bahwa kepemimpinan partai di masalalu juga telah membuat sejumlah kesalahan politik serius yang merugikan rakyat. Lebih jauh, Ye menyatakan Revolusi Kebudayaan sebagai "sebuah bencana yang menggegerkan" dan " kemunduran terburuk kaum sosialis”. Meskipun Ketua Mao tidak secara khusus disalahkan, tidak ada keraguan tentang bagian tanggung jawabnya. Sidang juga mensahkan penerimaan resmi sebuah garis ideologis baru yang menyerukan untuk "mencari kebenaran dari fakta" dan unsur-unsur lainnya dan pemikiran Deng Xiaoping. Pukulan lebih jauh lagi bagi Hua adalah persetujuan dimundurkannya sejumlah elemen kiri dari pos-pos utama partai dan pemerintahan.

Kemajuan ekonomi dan pencapaian-pencapaian politik telah cukup memperkuat posisi reformis Deng sehingga pada bulan Februari 1980 partai menyelenggarakan Sidang Pleno Kelima Komite Sentral KPN ke-11. Komite Sentral mengangkat anak didik Deng, Hu Yaobang dan Zhao Zhiyang masuk ke Komite Tetap Politbiro dan Sekretariat Jendral PKC yang baru saja diperbarui. Selaku sekretaris jenderal, Hu Yaobang bertanggung jawab penuh menjalankan roda organisasi partai. Yang paling mengharukan dan sidang ini adalah keputusan merehabilitasi nama Presiden, Liu Shaoqi yang ikut tewas akibat Revolusi Kebudayaan.

Akhirnya, pada sidang Komite Rakyat Nasional ke-5 di bulan Agustus dan September 1980, keunggulan Deng dalam pemerintahan semakin terkonsolidasi ketika dia menyerahkan jabatan wakil perdana menterinya (17 Januari 1975 – 10 September 1980) dan Hua Guofeng mundur dari kursi perdana menteri untuk kemudian digantikan oleh Zhao Ziyang sebagai Perdana Menteri (1980–1987).  Pemerintah melanjutkan kebijakan reformasi ekonominya dengan menetapakan  Kota Shen Zhen Selatan menjadi kota pertama “Zona Ekonomi Khusus” pada tahun 1980. Dengan  dengan kebijakan pasar yang lebih fleksibel dan di tahun yang sama daerah perikanan ini berubah menjadi pusat perkapalan dan manufaktur.

Di bulan Juni 1981 Sidang Pleno Keenam Komite Sentral KPN ke-11 mensahkan tonggak bersejarah menandai berlalunya era Maois, Hua Guofeng juga mundur dari kursi Ketua Partai Komunis China. Komite Sentral menerima pengunduran diri Hua Guofeng dan memberinya posisi yang menyelamatkan mukanya dengan menjabat  selaku Wakil ketua partai. Sementara itu Hu Yao Bang naik menjabat sebagai Ketua Partai Komunis China antara tahun 1981-1982 menggantikan Hua Guofeng dan kemudian sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China kembali antara kurun tahun 1980-1981 dan 1982—1987.Hua Guofeng juga menyerahkan posisinya sebagai ketua Komisi Militer Pusat Partai partai kepada Deng Xiaoping (28 Juni 1981 – 9 November 1989) .

Karena pola kepemimpinan Deng yang cenderung terbuka dan akhirnya negara –nengara barat mau bekerjasama dan mengakui keberadaan RRC dalam pergaulan internasional. Denga terjalinya diplomatik yang baik dengan barat Deng juga berhasil mempersatukan China lagi dengan mendapatkan Makau lagi dari Portugis melalui penandatanganan Joint Declaration pada tanggal 13 April 1987 dan Hong Kong dari Inggris melalui kesepakatan pada 26 September 1984

Era kekuasaan Deng ternoda dengan terjadinya Tragedi Tiannamen pada 4 Juni 1986, Aksi demonstasi mahasiswa memprotes korupsi dan pengekangan politik dengan menduduki Lapangan Tiannamen berubah menjadi bentrokan berdarah setelah pemerintah menggunakan kekuatan militernya untuk memaksa demonstran membubarkan diri yang mengakibatkan tewasnya ribuan orang.

Kematian Deng
Pada tahun 1990 Deng mengundurkan diri dari semua jabatan politiknya di pemerintahan karena faktor usia dan kesehatan yang menurun. Selanjutnya pemimpin reformis China, ini wafat pada 19 Februari 1997 di usia 92 tahun. Prosesi pemakaman Deng dipimpin oleh Presiden China Jiang Zemin. Zemin adalah salah seorang pengikut setia Deng. Di bawah pemerintahannya, berbagai kebijakan ekonomi Deng terus dilanjutkan yang berhasil membawa Cina menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia.









                                                       







Deng Xiao Ping, Bapak Reformasi Ekonomi China
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

1 komentar:

Tulis komentar