Friday, February 26, 2016

Hong Kong, Antara Masa Lalu dan Masa Depan


Hong Kong merupakan Daerah bagian otonomi khusus dari Pemerintah China yang baru kembali kedalam pangkuan kedaulatan China pada tahun 1997 setelah Inggris bersedia mengembalikanya. Hong Kong yang luasnya hanya sekitar 1000-an kilometer persegi namun memiliki pondasi ekonomi yang kuat dan besar jika dibandingkan dengan ekonomi China pada tahun 1997 sebelum proses penyatuan. 
Hong Kong merupakan salah satu pusat ekonomi dunia selain New York, Londo, Tokyo dan lain-lain karena besarnya aktivitas ekonomi yang terkandung didalamnya. Selama kurang lebih 156 tahun dibawah koloni Inggris, Hong Kong telah dibangun dengan pondasi kapitalisme, liberalisme dan demokrasi, sehingga pasca penyatuan ada kekhawatiran tiga prinsip dasar itu akan hiang berganti dengan sosialisme dan komunisme ala China. Namun akhirnya berhasil menepati komitmenya untuk tetap menjaga dan membangun Hong Kong dalam konsep satu negara dua sistem hingga Hong Kong masih bisa menjadi salah satu pusat perekonomian dunia saat ini.

Asal Mula Nama Hongkong
Nama Hong Kong  berasal dari kata Heung kong” yang artinya pelabuhan harum. Namun ada juga berbagai pihak yang menyebut Hong Kong dengan julukan “hongkon” atau Kerajaan Penyamun, Hal ini disebabkan pada waktu pedagang Portugis datang pada abad ke-16, kawasan ini merupakan kumpulan desa nelayan dan petani yang penduduknya masih jarang. Kontur wilayah Hong Kong yang berupa teluk-teluk dan pulau-pulau kecil sepanjang pantainya yang panjang dan berkelok-kelok mejadi tempat bersarangnya para bajak laut yang mengganggu pelayaran sepajang pantai cina selatan. Oleh karena itu tidak banyak penduduk yang berani bertempat tinggal di situ.

Wilayah Hong Kong
Kawasan Hong Kong terletak di laut China selatan, 60 km sebelah timur Makau di sisi berlawanan dari Pearl River Delta. Dikelilingi Laut Tiongkok Selatan di timur, selatan, dan barat, dan berbatasan dengan kota Shenzhen di utara, di seberang Sungai Sham Chun (Sungai Shenzhen).

Wilayah Hong Kong sebenarnya Hongkong hanya terdiri dari tiga wilayah utama yakni : Pulau Hongkong yang luasnya 32 mil persegi ( yang diperoleh Inggris melalui perjanjian Nanking 1842). Semenanjung Kowloon yang luasnya 3,75 mil persegi ( diperoleh melalui perjanjian Tietsin tahun 1860, termasuk beberapa pulau kecil dan Pulau Stonecutter ) dan Wilayah baru ( yang disewa inggris selama 99 tahun, melalui Perjanjian Beijing tahun 1898). Wilayah baru yang disewa oleh Inggris selama 99 tahun inilah yang memiliki luas 365 mil persegi atau 10 kali luas bagian koloni Inggris di China pada tahun sebelumnya. Sehingga total kawasan Hong Kong yang diduduki Inggris dahulu hingga saat ini mencapai 1,104 km2.
Wilayah daratan Hong Kong sebagian besar merupakan pegunungan dengan kecuraman tajam, kurang dari 25% luas daerahnya yang diperuntukan untuk bangunan dan sekitar 40% sisa luas daratan dijadikan taman kota dan cagar alam. Titik tertinggi di negara ini adalah Tai Mo Shan, dengan ketinggian 957 meter di atas permukaan laut. Wilayah Hong Kong yang terdiri dari beberpa Pulau besar dan ratusan Pulau kecil membuat Hong Kong memiliki kawasan pesisir yang panjang dan menjadikannya memiliki banyak sungai dan pantai.

Penduduk
Penduduk Hong Kong mayoritas adalah keturunan China sebesar 93.6% yang kebanyakan diantaranya adalah orang Taishan, Chiu Chow, Kanton, dan Hakka. Suku Han di Hong Kong mayoritas dari provinsi Guangzhou dan Taishan di provinsi Guangdong, sedang 6,4% sisanya adalah non-China yang bersala dari India, Pakistan, Nepal, Vietnam, Inggris dan lainya yang telah menjadi warga tetap  di Hong Kong.
Populasi kawasan ini tahun 2011 adalah 7,07 juta jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,6% per tahun selama 5 tahun terakhir. Penduduk dari China daratan tidak memiliki hak untuk menetap di Hong Kong atau bepergian dengan bebas ke sini. Meski begitu, imigran dari China, jumlahnya sekitar 45.000 per tahun, adalah penyumbang terbesar terhadap pertambahan populasi. Angka harapan hidup merupakan salah satu yang tertinggi di dunia dengan angka 79.16 tahun untuk pria dan 84.79 tahun untuk wanita per 2009.
Bahasa resmi Hong Kong secara de facto adalah Kanton, bahasa Mandarin dari provinsi Guangdong. Selain bahasa Kanton bahasa Inggris juga merupakan bahasa utama kedua.
Hong Kong adalah satu negara yang memiliki kebebasan agama tertinggi di dunia karena mewarisi sistem warisan Inggris, sehingga sebagian besar warga Hong Kong tidak beragama, entah itu agnostik maupun ateis. Agama utama di Hong Kong adalah Buddha, Taoisme dan Konfusianisme; diperkirakan ada sekitar 1,5 juta pemeluk Buddha dan Tao. Pemeluk Kristen berjumlah 833.000 orang, sekitar 11.7% dari total populasi. Selain itu juha ada pemeluk Islam, Sikh, Yahudi, Hindu dan Bahá'í.

Sejarah
Wilayah Hong Kong diperkirakan sudah mulai ditinggali manusia sejak zaman Neolitikum namun baru dikenal secara luas saat Hong Kong diserahkan kepada Inggris setelah Perang Opium pada abad ke-19. Sebelumnya pada 1513, pelaut Portugis Jorge Álvares, menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Hong Kong.
Setelah kunjungan pelau Portugis tersebut Hong Kong banyak didatangi oleh para pelaut Eropa yang bermaksud membuka perdagangan dengan China, Namun karena sikap tertutup pemerintahan Dinasti Qing membuat Inggris mencari cara dengan menyelundupkan Candu ke wilayah China, sehingga banyak warga China yang ketergantungan. Candu juga merusak kesehatan dan tatanan sosial masyarakat China saat itu. Karena itu pada tahun 1830-an Pemerintah China melakukan perang terhadap peredaran Candu
Pada tahun 1839 meletus Perang Candu I setelah Inggris tidak terima Candu yang merupakan komoditas dagan mereka ditangkap dan dihanncurkan oleh pemerintah China, Dalam Perang Opium I (1839–42), China kalah dan sebagai kompensasi perang Pulau Hong Kong diserahkan pada Inggris, yang mengawali Kolonialisme Inggris di Hong Kong. Setelah itu Semenanjung Semenanjung Kowloon dan Pulau Stonecutter melalui Konvensi Peking(Beijing) pada tahun 1860 jatuh lagi ke Inggris setelah China kalah dalam Perang Opium II dan setelah itu Inggris menyewa sebuah kawasan di sekitar Hong Kong yang disebut New Territories (Wilayah Baru) yang mencakup Pulau Lantau dan sekitarnya selama 99 tahun pada tahun 1 Juli 1898. Wilayah –wilayah tadi inilah yang nantinya menjadi wilayah Hong Kong yang kita kenal samapai saat ini
Dalam Perang Dunia II (1941–45), Jepang menduduki Hong Kong dan setelah kekalahan Jepang, Inggris kembali mengambil alih kontrol atas Hongkong hingga 30 Juni 1997. Sebagai hasil dari negosiasi panjang antara China dan Inggris, Hong Kong diserahkan ke Republik Rakyat China (RRC) melalui Deklaralasi Bersama China-Inggris tahun 1984. Kota ini menjadi Daerah Otonomi Khusus pertama di China melalui asas "satu negara, dua sistem".

Usaha Penyatuan Hong Kong dengan China
Sejak Pemerintahan China jatuh ke tangan Partai Komunis China dibawah Mao Zedong pada 1 Oktober 1949. Usaha penyatuan kembali wilayah-wilayah China sesuai wilayah Dinasti Qing berkuasa sebelum meletusnya Perang Opium (1839-1842) yang dianggap oleh bangsa China sebagai sebuah penghinaan besar bangsa barat pada China, telah mulai digagas
Wilayah –wilayah China yang mereka coba ingin satukan adalah, Hong Kong, Taiwan dan Makau. Usaha pemerintah kembali menyatukan Hongkong sebenarnya sudah ada sejak awal tahun 1950-an namun karena beberapa pertimbangan pemerintah RRC menangguhkan usaha tersebut. Pertimbanganya antara lain adalah pertimbangan militer dan Politis, karena mereka harus menghadapi pasukan inggris yang pada waktu itu cukup tangguh di wilayah Asia Pasifik. Selain itu keterlibatan China dalam perang Korea mengakibatkan Republik Rakyat China (RRC) dimusuhi oleh hampir sebagian negara Barat sehingga mereka mengenakan embargo ekonomi.
China begitu berambisi untuk mengembalikan Hong Kong dalam wilayah yuridiksi kedaulatanya karena memiliki dua alasan kuat yaitu, Hong Kong adalah wilayah RRC yang diduduki oleh Inggris dengan merebutnya dari dinasti Qing sejak Perang Opium tahun 1839-1842, sehingga sejak berkuasanya para tokoh moderat Komunis dalam PKC pimpinan Deng Xiao Ping, sejak kematian Ketua Mao Zedong pada September 1976, Penyatuan wilayah-wilayah china yang terpisah menjadi prioritas utama selain empat program modernisasi dan alasan kedua adalah faktor ekonomi, Hong Kong saat itu merupakan salah satu pusat perekonomian dunia, sehingga nantinya setelah bergabung dengan RRC , Hong Kong dapat menjadi penyokong utama bagi perekonomian China
Dibawah kepemimpinan kelompok moderat yang dipimpin oleh Deng Xiaoping, RRC berulang kali terus menegaskan bahwa penyatuan kembali wilayah , Taiwan, dan Makao merupakan salah satu sasaran nasional utama disamping program empat moderenisasi. Hal ini didukung oleh keberhasilan mereka memperbaiki hubungan diplomatik dengan neagra-negara barat sehingga. Penegasan penyatuan ini dilakukan, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan citra kelompok Deng Xiaoping di mata rakyat RRC dan memperbaiki citra RRC di mata dunia internasional,khususnya negara blok timur dan dunia ketiga.
Dalam usaha melaksanakan penyatuan kembali terhadap wilayah-wilayah tersebut, pemerintah China pertama-tama melakukan pembaharuan konstitusi pada 1 jauari 1980. Untuk menyelesaiakn hal tersebut Kongres Rakyat Nasional membentuk komisi pembaharuan konstitusiyang dipimpin oleh seorang tokoh negarawan senior, Peng Zhen. Dalam rancangan konstitusi yang baru tersebut salah satu pasalnya pasal 31 mengatur secara pembentukan wilayah- wilayah administrasi khusus. Berdasarkan pasal 31 ini secara terbuka pada bulan juli 1982 Peng Zhen menyatakan bahwa pemerintah China akan mengambil alih, Hong Kong, Taiwan dan makao. Pasal ini sengaja dibuat agar rakyat yang tinggal diwilayah Hong Kong, Taiwan dan Makau tetap bisa menggunakan sistem pemerintahan yang ada saat ini agar mereka tidak akan merasa dirugikan bila nanti berada dalam kedaulatan China. Pasal ini sekaligus menegaskan tekad China untuk membentuk “Dua sistem pemerintahan dalam satu Negara”.
Setelah melalui serangkain perundingan-perundingan yang panjang selama kurang lebih 2 tahun, akhirnya pada tanggal 26 September 1984, Pemerintah Inggris dan pemerintah RRC berhasil memaraf sebuah deklarasi bersama tentang masa depan Hongkong setelah habis masa sewanya pada tanggal 30 Juni 1997. Selanjutnya pada tanggal 19 Desember 1984 di Beijing, Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher dan Perdana Menteri China, Zhao Ziang menandatanganinya.
Menjelang pengembalian Hong Kong ke China, Deng Xiaoping, tanggal 19 Desember 1994  pemimpin China ketika itu, kembali menegaskan akan menerapkan konsep “satu negara dua sistem”. Konsep tersebut memberikan otonomi kepada pemerintah Hong Kong seperti pada sistem hukum, mata uang, bea cukai, imigrasi, peraturan jalan yang tetap berjalan di jalur kiri, kecuali urusan yang menyangkut pertahanan nasional dan hubungan diplomatik yang tetap ditangani oleh pemerintah pusat di Beijing. Dengan kata lain, konsep tersebut menjamin Hong Kong tetap berdiri di atas sistem kapitalis, dan China tetap berada dalam sistem sosialis. Hal ini ditandai dengan adanya nota kesepahaman natara China dan Ingris. Akhirnya setelah sekitar 156 tahun dikuasai Inggris, akhirnya Hong Kong dikembalikan secara resmi kepada China pada 1 Juli 1997. Di bawah sistem kapitalisme, Hong Kong telah tumbuh menjadi pusat keuangan, perdagangan, pelayaran, logistik dan pariwisata internasional di kawasan Asia Pasifik, sehingga ketika awal kembalinya ke pangkuan China muncul kekhawatiran di kalangan luas masyarakat Hong Kong akan terjadi perubahan sistem dari demokrasi-kapitalis menjadi komunis-sosialis ala China.

Hong Kong : Modernisasi dan Masa Depan
Hong Kong adalah sebuah daerah dalam kedaulatan RRC yang memiliki sistem otonomi khusus sehingga dalam urusan dalam negerinya baik ekonomi, sosial, budaya dak keuangan, Hong Kong memiliki otoritas sendiri bagaimana mengaturnya dengan cara-cara warisan Inggris. Hong Kong merupakan sebuah paradoks karena meski 93% masyarakatnya merupakan etnis China namun mereka memiliki sistem pemerintahan tersendiri berlawanan dengan negara induk mereka di China daratan yang cenderung menerapkan kebijakan otoriter dan sosialis tapi Hong Kong berjalan dengan cara-cara demokratis serta liberalis dan kapitalis hingga bisa mencapai kondisi kemakmuran saat ini. Di bawah kekuasaan Inggris, Hong Kong telah berhasil dibangun di atas fondasi Demokrasi dan Liberalisme, sedangkan China merupakan pusat Sosialisme dan Komunisme di Asia. Secara geopolitik, hingga masa era Perang Dingin Hong Kong merupakan bagian dari agenda Containment Politics (Politik Pembendungan) negara-negara Blok Barat untuk membendung penyebaran paham Komunisme wilayah-wilayah di sebelah selatannya (Asia Tenggara).
Rekonstruksi sistem yang dilakukan oleh RRC pasca penggabungan Hong Kong dalam wilayah kedaulatanaya ini tentu saja akan mengguncang ekonomi dan politik Hong Kong, apalagi ketika itu ekonomi China masih berada di bawah Hong Kong serta China cenderung menggunakan cara-cara sosialis dan Hong Kong cenderung menggunakan cara-cara Kapitalis dan Liberalis untuk menggerakkan ekonominya.
Dalam perjalanannya, implementasi sistem ini telah berjalan dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana Hong Kong dapat survive dalam menghadapi krisis moneter Asia pada tahun 1997. Sementara itu dalam menghadapi gelombang resesi itu, Beijing menyokong penuh pertumbuhan ekonomi Hong Kong sehingga bisa bertahan dan melaju pesat. Bersamaan dengan itu, China juga terus giat memperkuat ekonominya dengan cepat sehingga taraf ekonomi masyarakat China daratan dan masyarakat Hong Kong semakin berimbang.
Paling tidak ada dua hal yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Hong Kong sangat baik setelah kembali dalam kekuasaan China. Pertama, pemerintah Hong Kong memfokuskan mengembangankan sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama. Hong Kong dibangun menjadi kota modern namun dengan tetap menampilkan eksotisme nuansa klasiknya. Kebijakan ini diambil karena sektor perdagangan ketika itu sedang lemah akibat krisis moneter Asia. Langkah ini membuahkan hasil yang memuaskan. Pada tahun 2003, perekonomian Hong Kong mengalami pertumbuhan 31%. Selama januari sampai April, 2005, jumlah turis terus meningkat sebesar 11, 1% dan mencapai 7, 41 juta orang. Hong Kong menjadi tempat persinggahan utama bagi para pebisnis yang hendak berurusan ke Cina. Para wisatawan juga banyak berdatangan dari China daratan seiring dengan pertumbuhan taraf ekonomi negara tersebut.
Kedua, Beijing menerapkan sistem satu negara dua sistem dengan konsisten, sehingga kestabilan politik tetap terjaga, hubungan Beijing dengan Hong Kong berjalan dinamis, dan iklim investasi baik dari dalam maupun luar negeri semakin meningkat. Hal ini tentu saja berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi Hong Kong dan memberikan kepuasan masyarakat pada pemerintah. Ekspor Hongkong ke daratan tahun 2006 mencapai puncak: HKD 8,3 miliar (Rp 9,545 triliun). Investasi Hongkong di daratan mencapai HKD 9, 2 miliar (Rp 10,580 triliun). Sedangkan investasi daratan ke Hongkong mencapai HKD 5, 1 miliar (Rp 5,865 triliun). Untuk terus meningkatkan hubungan ekonomi, pemerintah kedua wilayah menerapkan sistem perdagangan bebas yang menyebutkan bahwa impor barang dari dua negara tidak dikenai bea masuk. Kebijakan ini berlaku bagi 38 item jenis perdagangan dan akan ditambah lagi 11 jenis di masa akan datang.
Apabila kedua hal ini berjalan dengan konsisten, maka Hong Kong bersama dengan China akan segera menyusul pertumbuhan ekonomi Jerman yang saat ini menduduki urutan tiga besar setelah AS dan Jepang. Hong Kong tetap akan menjadi pusat keuangan, perdagangan, logistik, pariwisata dan pelayaran internasional.



Hong Kong, Antara Masa Lalu dan Masa Depan
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.