Setelah kekalahan kerajaan Austro-Hongaria
pada Perang Dunia I di tahun 1918 banyak daerah-daerah kekuasaan mereka yang
memisahkan diri menjadi negara merdeka seperti Ceko, Hongaria, Kroasia,
Slovenia dan lain-lain. Selanjutnya Kerajaan Slovenia, Kroasia, dan Serbia pada
tanggal 29 Oktober berkumpul dan bersepakat mendirikan kerajaan baru dengan
nama resmi” Kraljeviana Srba, Hrvata, I Slovenaca” atau Kerajaan Serbia,
Kroasian dan Slovenia pada 1
Desember 1918 dengan Peter I dari Serbia sebagai raja pertamanya. Kerajaan baru
inilah yang nantinya merupakan cikal balakl lahirnya Negara Yugoslavia.
Bibit Konflik Mulai Timbul
Gagasan
pembentukan kerajaan baru ini muncul karena dilatar belakangi adanya Pakta
Corfu yang ditandatangani tahun 1917, dan juga karena heterogenitas etnis dan
agama antar negara tersebut yang saling memiliki banyaj kepentingan, dimana
Slovenia dan Kroasia bergabung bersama Serbia membentuk Kerajaan Yugoslavia
sebagian besar untuk alasan pertahanan, untuk melindungi wilayah mereka
terhadap perebutan wilayah yang dilakukan Austria atau Italia. Sementara Serbia
yang merupakan negara yang beretnis relatif homogen yang telah merdeka sejak tahun
1878, tertarik membentuk Kerajaan Yugoslavia guna meningkatkan kekuasaannya
atas wilayah-wilayah lain yang didiami etnis serbia untuk mewujudkan
ciat-citanya membentuk negara 'Serbia Raya'. Bibit untuk konflik pada masa datang sudah ditaburkan mulai saat ini
dengan dilatar belakangi perbedaan pemilihan sistem pemerintahan yang
dijalankan. Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan sementara Kroasia
menginginkan sebuah federasi yang memberikan otonomi yang luas pada wilayahnya .
Pada tahun 1920 parlemen Yugoslavia mengesahkan undang-undang sistem
pemerintahanya yang bersifat Kesatuan (Sentralistik), hal ini tak membuat
Kroasia patah semangat lewat Partai Petani Kroasia mereka terus berjuang agar
merubah sistem pemerintahan Yugoslavia adalah Federasi yang memberikan otonimi
yang luas bagi wilayahnya
Lahirnya Kerajaan Yugoslavia
Pada tahun 1928,
terjadi penembakan terhadap anggota Parlemen dari Partai Petani Kroasia, yang
memicu kemarahan rakyat Kroasia sehingga mendorong peningkatan aktivitas-aktivitas
politik kearah kemerdekaan yang dimotori Partai Petani Kroasia makin tinggi.
Untuk mengatasi keadaan genting ini Raja Alexander, pada tahun 1929 mengambil
langkah-langkah kebijakan radikal dengan membubarkan parlemen dan memusatkan pemerintahan
di tangan raja (Diktator) dan membagi wilayah-wilayah negara bagia menjadi
provinsi-provinsi kecil, serta mengubah nama resmi kerjaan dengan nama baru
“Kraljevina Jugoslavija” atau Kerajaan Yugoslavia yang memiliki arti Kerajaan
Slavia Selatan, karena mayoritas rakyat Yugoslavia adalah etnis Serbia yang
yang berasal dari rumpun Slavia Selatan dan masih serumpun dengan etnis Slavia
yang merupakan mayoritas Penduduk Rusia, sehingga tidak aneh bagi Rusia menjakankan
kebijakan Pan-Slavia dengan merangkul Serbia sebagai mitra utamanya di Balkan
serta mendukung setiap kebijakanya karena masih serumpun serta menjadi Proxi
bagi Rusia. Selanjutnya setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya
Kroasia pada 1939 berhasil memperoleh status otonomi bagi wilayahnya.
Yugoslavia Pada Perang Dunia II
Menghadapi Perang Dunia Kedua Wali Raja
Yugoslavia, Pangeran Paul, menandatangani persetujuan kerja sama dengan Poros
Jerman-Italia-Jepang akan tetapi para perwira Serbia tidak setuju sehingga
memberontah hingga akhirnya dapat menggulingkan pemerintahannya. Hitler pun
marah dan menyerang Yugoslavia. Negara Balkan tersebut jatuh dengan cepat, karena
tentara Jerman banyak mendapat sokongan dari etnis-etnik non Serbia di Yugoslavia
pada tanggal 17 April 1941 setelah itu Hitler membagi Yugoslavia kepada sekutu
porosnya yaitu Italia, Hongaria, Bulgaria dan penguasa boneka setempat.
Yugoslavia saat itu terdiri dari Serbia (dibawah pemerintahan Jerman),
Makedonia (diduduki Bulgaria), Montenegro (diduduki Italia), Negara Kroasia
Merdeka, Slovenia (diduduki Jerman, Italia, dan Hongaria), Baranja (diduduki
Hongaria), Dalmatia (diduduki Italia), dan Kosovo (diduduki Italia dan Albania).
Di negara-negara boneka inilah terjadi
pembantaian-pembantaian antar etnis yang dilakukan oleh kelompok eskstremis
setempat, dimana kelompok ustasa yang didominasi etnis Kroasia bekerjasama
dengan Muslim Bosnia berusaha membersihkan negara boneka tersebut dari
orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi. Antara tahun 1941-1945, tercatat kaum
Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia, 60.000 Yahudi dan 25.000
Jipsi. Pembersihan etnis juga terjadi di Negara Albania Raya, di mana kaum
militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu orang Serbia dan orang
Slavia Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo dan Makedonia Barat, dan
menggantikannya dengan para pendatang etnis Albania dari wilayah Albania. Sementara itu etnis Serbia pun membentuk kelompok
militer bernama Chetnik untuk melakukan pembersihan terhadap etnis Kroasia dan
Bosnia,Tragedi pembantaian-pembantaian inilah membuat trauma yang mendalam bangsa
Serbia serta kebencianya pada etnis Kroasia dan Serbia yang akan memicu
terjadinya pembantaian Serbia terhadap etnis Kroasia dan Bosnia di masa Perang
Yugoslavia Tahun 1990-an.
Pendudukan Negara-negara poros atas
Yugoslavia itu pun memicu perlawanan dari rakyat Yugoslavia,
perlawanan-perlawanan itu dimotori oleh dua kekuatan gerilya utama yaitu, kaum
Chetnik yang mendukung raja dan Kelompok Partisan pimpinan Josep Broz Tito yang
komunis. Tidak seperti kelompok Ustasa dan Chetnik yang merekrut anggotanya
berdasarkan etnis dan agamanya, Kelompok partizan merekru anggotanya tanpa
melihat latar belakang etnis dan agamanya sehingga kelompok ini tumbuh menjadi
kelompok militer kuat dan terbesar sehingga disegani lawan-lawanya. Dengan
jumlah anggota militer yang besar serta kuat dikombinasikan bantuan-bantuan
dari negara Sekutu da Uni Soviet musuh
Jerman akhirnya pada bulan April 1945 pasukan Partizan dapat mengusir Jerman
dari Yugoslavia.
Republik Rakyat Federal Yugoslavia
Yugoslavia
berhasil mengadakan pemilu perdananya pasca Perang Dunia II pada bulan November
1945 untuk memilih anggota Majelis Kontituante Yugoslavia, hasilnya Partai
Narodni Front (Partai Front Rakyat) yang dipimpin Tito berhasil menguasai 90%
kursi Majelis Konstituante, Tak lama berselang setelah pemilu Majelis
Konstituante bersidang dan mengeluarkan putusan merubah bentuk kerajaan menjadi
Republik lalu setelah itu dideklarasikanlah berdirinya negara “Republik Rakyat
Federal Yugoslavia “ .Sejak saat itulah perjalanan panjang negara Yugoslavia
sebagai negara Republik terbesar di Balkan dimulai, Bulan Januari 1946, Majelis Konstituante
mengesahkan undang-undang sistem pemerintahan yang konsepnya menyerupai Uni Soviet, dimana
undang-undang itu menegaskan Yugoslavia merupakan negara Komunis,yang terdiri
dari 6 negara bagaian dengan wilayahnya yang terdiri dari: Serbia, Kroasia,
Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Makedonia yang tunduk pada pemerintah
pusat yang ada di Beograd. Untuk mencegah etnis Serbia yang merupakan penduduk
mayoritas Yugoslavia, agar tak terlampau dominan dalam pemerintahan, Wilayah
Makedonia dan Montenegro yang sebelumnya merupakan wilayah dari Serbia
dijadikan negara bagian tersendiri, sementara Kosovo dan Vojvodina yang
merupakan provinsi Serbia dengan alasan untuk memberikan perlindungan bagi kaum
minoritas disana diberikan status otonomi khusus.
Dari Kawan, Jadi Lawan
Uni Soviet dan Yugoslavia yang sama- sama
berpaham komunis adalah sahabat dekat apalagi dalam perang dunia II Soviet
banyak memberi bantuan bagi Yugoslavia untuk mengusir Jerman dan sekutunya.
Kedekatan merekapun dibuktikan dengan pembentukan Cominform (pusat komunis
internasional) pada tahun 1948 yang berpusat di Moskow, namun lambat laun
hubungan keduanya memburuk karena Soviet tak menyukai praktik komunisme ala
Yugoslavia hingga pada akhirnya Yugoslavia dikeluarkan dari Cominform
dandikucilkan dari pergaulan negara-negara komunis . Pengucilan ini membuat
Yugoslavia kian mendekatkan hubunganya dengan negara-negara barat sejak tahun
1949
Dengan terputusnya hubungan dengan Blok Timur
membuat kondisi perekonomian memburuk yang membuat negara ini terpaksa
menjalankan reformasi ekonomi besar-besaran sejak tahun 1950-an untuk
memperbaik perekonomian yang ujungnya berbuah manis dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya, Sementara itu dalam bidang politik dan
pemerintahan Yugoslavia tetap mempertahankan gaya pemerintahan otoriternya
untuk menjamin persatuan dan kesatuan negara
Yugoslavia Ikut Berperan Besar dalam GNB
Sukses menstabilkan keadaan dalam negeri
negara ini turut ambil bagian dalam percaturan politik internasional yang saat
itu sedang dilanda perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, untuk
mencoba meredakan ketegangan itu, Tito bersama sejumlah pemimpin negara
berkembang seperti Nehru(India), Soekarno(Indonesia), Nasser(Mesir) dan
Nkrumah(Ghana) menggagas pembentukan Gerakan Non Blok(GNB) dalam sebuah
konferensi internasional di Beograd pada tahun 1961, untuk mencegah terjadinya perang
antara dua blok besar tadi. Pada tahun 1963 Yugoslavia merubah namanya menjadi
Republik Federal Sosialis Yugoslavia , empat tahun kemudian, negara ini mulai
membuka perbatasanya dengan negara lain.
Benih Perpecahan Makain Menguat
Pada tahun 1971
sebagai akibat melemahnya perekonomian Yugoslavia dan juga memburuknya hubungan
antara etnis Serbia dan Kroasia, terjadi
demonstrasi menuntut peningkatkan kekuasaan republik negara bagian, gerakan itu
dikenal dengan nama “Kroasia Spring” . Tito, yang berasal dari etnis Kroasia
menanggapi masalah tersebut dengan pendekatan ganda yaitu melakukan penangkapan terhadap para pimpinan
gerakan itu karena tuduhan sparatis (membangkitkan nasionalisme etnis),serta memulai
agenda reformasi untuk menghindari krisis serupa terjadi lagi di masa mendatang
dengan mengesahkan konstitusi baru pada tahun 1974 yang memberikan otonomi yang
lebih luas pada republik negara bagian, serta memberi status otonomi yang sama pada
dua provinsi Serbia yaitu, Kosovo dan Vojvodina. Konstitusi baru ini jelas
sangat memuaskan para republik –republik negara bagian seperti Kroasia serta
Albania Kosovo dan minoritas di Vojvodina tapi di sisi lain makin memperbesar kekecewaan pada Serbia yang
merupakan negara sekaligus etnis terbesar di Yugoslavia karena akan mengurangi
pengaruh Serbia pada pemerintahan federal serta juga menguatkan sentimen etnis
(kebangsaan) di republik-republik negara bagian.
Yugoslavia Pasca Tito Meninggal
Pada tanggal 4 Mei
1980, Tito meninggal dunia dan dia belum sempat mempersiapkan penggantinya
padahal konstitusi 1974 mengangkat Tito sebagai Presiden seumur hidup, karena
dianggap tak ada sosok pemimpin yang dianggap kuat dan mampu menggantikan Tito
maka setelah kematianya pemerintahan Federal dijalankan secara kolektif
kepresidenan, menurut konstitusi 1974 dari yang
dimana kursi kongres sampai pemilihan presiden digilir secara tahunan masing-masing republik negara bagian serta dua daerah
otonom (Kosovo dan Vojvodina). Sementara
itu sentimen antar etnis dan ketegangan-ketegangan antar etnis yang telah
dimulai pada tahun 1980-an karena dipicu krisis ekonomi mulai meningkat. Etnis
Serbia yang merupakan etnis terbesar di Yugoslavia selama ini merasa
dikorbankan oleh Tito untuk alasan persatuan Yugoslavia, makin terang-teranaga
mulai ingin menguasai pemerintahan federal sementara itu diskriminasi terhadap
penduduk Serbia dan non Albania lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang
mengungsi dari provinsi tersebut. Hal tersebut membuka kembali luka lama orang
Serbia dan mendorong terpilihnya Milosevic sebagai Presiden Serbia yang
memiliki program-program nasionalis Serbia. Setelah berhasil
mengamankan posisinya di Serbia, Milošević melanjutkan usahanya untuk mengambil
kendali pemerintahan Vojvodina, Kosovo, dan tetangga Republik negara bagia Montenegro,
dengan menempatkan para sekutunya menjadi perwakilan Republik negara bagian
dalam Kolektif kepresidenan untuk mendukung rencananya memperkuat kontrol
pemerintah pusat pada republik negara bagian dan daerah otonom, Namun tak semua
republik negara bagian mendukung rencana Milosevic tersebut.
Pada Januari 1990,
saat Kongres luar biasa ke-14 Liga Komunis Yugoslavia (Januari 1990), delegasi
dari Liga Komunis Kroasia ,pimpinan Ivica Račan, dan Liga Komunis Slovenia
sama-sama menyatakan keluar dari sidang kongres karena tak setuju dengan
rencana Milošević mencabut otonomi pada republik negara bagian dan dua daerah
otonom. Pada bulan April 1990 diadakan Pemilihan umum Yugoslavia, Liga -liga
(Partai-partai) komunis di repuplik-republik negara bagian gagal memenangkan
mayoritas pemilu di republik negara bagian Di Kroasia dan Slovenia partai
nasionalis berhasil memenangkan pemilu lokal setempat, sementara Partai komunis
berhasil memenangakn pemilu di Serbia dan Montenegro.
Negara-Negara Bagian Memisahkan Diri
Pada 25 juni 1991 Kroasia
dan Slovenia yang berada di bawah pemerintahan nasionalis negara menyatakan menyatakan
kemerdekaanya dari Federasi Yugoslavia. Yugoslavia tak tinggal diam begitu saja
pada tanggal 27 Juni, Tentara Rakyat Yugoslavia yang mayoritas berasal dari
etnis Serbia dikirim untuk menguasai Slovenia lagi, pertempuran antara
Yugoslavia dan Slovenia ini hanya berlangsung selama sepuluh hari dan berhenti pada tanggal 7 Juli , melalui
Perjanjian Brijuni, yang isinya melaksanakan gencatan senjata bersenjata dan moratorium kemerdekaan Slovenia dari
Yugoslavia selama tiga bulan. Penghentian perang ini sebenarnya dalah faktor
bahwa mayoritas penduduk Slovenia adalah etnis Slovenia sendiri sementara
sedikit sekali etnis Serbia disana serta letak Slovenia yang jauh dari Beograd
sehingga minim sekali kepentingan Serbia disana dan Serbia pun ingin lebih
fokus melakukan operasi militer Kroasia yang etnik penduduk Serbia nya relatif
banyak serta dekat dari Beograd dan juga alasan dendam sejarah selama Perang
Dunia II. Di Kroasia perang terjadi secara sengit Kelompok etnis Serbia yang
tinggal di Kroasia turut membantu tentara federal Yugoslavia melawan kelompok
pro kemerdekaan Kroasia dengan menduduki beberapa wilayah di Kroasia pada bulan
Januari 1992 diadakan gencatan senjata antara tiga belah pihak yang bertikai
karena perhatian Pemerintah Federal sedang fokus pada gejolak di
Bosnia-Herzegovina yang juga menuntut kemerdekaan. Lalu Bulan Juni 1992 Tentara
etnis Kroasia yang semula bersekutu dengan Bosnia karena sama-sama menuntut
kemerdekaan, balik menyerang Bosnia dan bekerjasama dengan Yugoslavia dengan
harapan nantinya jika perang berakhir, maka mereka akan membagi Bosnia menjadi
dua bagian untuk mereka . Tahun 1994 setelah ada kesepakatan Zagreb Tentara
Kroasia dan Bosnia kembali bersatu lagi melawan Tentara Yugoslavia hingga pada
akhirnya pada Agustus 1995 Tentara Yugoslavia berhasil diusir dari Kroasia.
Sementara itu pada 8
September 1991, Makedonia yang letaknya tepat di selatan Serbia menyatakan
kemerdekaanya dan memisahkan diri dari Yugoslavia, Namun Tentara federal
membiarkanya begitu saja karena negara ini sangat miskin dan etnis Serbia
disana sangat minim sekali sehingga Pemerintahan Federal yang didominasi etnis
Serbia merasa tak punya kepentingan disana.
Pada 3 Maret 1992, Muslim Bosnia mendeklarasikan kemerdekaanya dari
Yugoslavia karena Bosnia banyak
menyimpan kepentingan Serbia disana seperti 60% industri baik militer maupun non
militer ada di sana, serta etnis Serbia merupakan mayoritas kedua di Bosnia,
serta alasan dendam sejarah pula Serbia bersama penduduk Serbia-Bosnia menolak
kemerdekaan Bosnia dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan
Tentara Federal dengan menggelar perang besar-besaran yang sangat sengit dengan
tujuan utama membentuk negara Serbia Raya, dengan mengusir, membunuh dan
memperkosa orang-orang non serbia di daerah yang didukinya. Akhirnya Perang ini
pun dapat dihentikan setelah pasukan Bosnia dan Kroasia dengan dibantu para
mujahidin dan pasukan NATO berhasil mengusir Serbia dari Bosnia dan Kroasia
hingga memukul mundur sampai Beograd dan memaksanya menandatangani Perjanjian
Dayton pada tahun 1995.
Pada tahun 1999, Kosovo yang merupakan wilayah otonomi serbia namun penduduknya
didominasi etnis Albania bergejolak menuntut kemerdekaan lau Serbia bereaksi
keras dengan mengirimkan militer untuk memadamkan pembrontakn tersebut yang
menyebabkan banjirnya kaum pengungsi etnis Albania ke wilayah tetangga Serbia.
NATO tanpa mandat PBB pun bereaksi keras atas ulah Serbia yang melakukan
pembersihan etnis di Kosovo, mengadakan perang selama 72 hari dengan Serbia
lalu mereka membentuk pasukan keamanan dan pemerintahan sementara melalui
Commanded Kosovo Force (K-FOR) dan UN Mission in Kosovo (UNMIK) untuk
menjalankan kekuasaan disana, kecuali di wilayah berpopulasi etnis Serbia di
utara Kosovo. Akhirnya Milosevic
menyerah dan Kosovo diberikan di bawah
pengawasan internasional. Setelah itu giliran penduduk etnis Serbia yang
dibersihkan oleh KLA. Kelompok gerilyawan Albania yang disertai juga
penghancuran peninggalan- peninggalan budaya Serbia di Kosovo sebagai jalan
menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri adalah
menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni orang
Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa
Perang Dunia II.
Pada Pemilu tahun 2000 Presiden petahana
Serbia, Slobodan Milošević mencalonkan diri kembali sebagai Presiden, namun
dalam putaran pertama pemilihan presiden suaranya lebih rendah dari oposisi dan
dia pun menolak mengakui klaim kemenangan kubu oposisi pada bulan September
2000 sehingga menyebabkan terjadinya gelombang demonstrasi massa besar-besaran
terjadi di Beograd. Setelah kekacauan yang berlarut-larut akibat demonstrasi
massa akhirnya pada 5 Oktober Milosevic menyatakan mundur, sehingga capres dari
oposisi, Vojislav Koštunica melenggang mulus menuju kursi presiden.Republik Federal Yugoslavia kemudian diterima
di Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada akhir 2000 setelah runtuhnya pemerintahan
otoriter Milosevic.
Pada Sabtu, 31 Mare 2001, Milošević ditangkap
pasukan keamanan setempat di rumahnya di Beograd, Yugoslavia, setelah terbitnya
surat penangkapan terkait tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Pada
tanggal 28 Juni dia diantar ke perbatasan Bosnia-Yugoslavia untuk selanjutnya
diekstradisi ke Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Hag, Belanda dengan tuduhan
genosida di Bosnia dan kejahatan perang di Kroasia dan di Kosovo dan Metohija.
Persidangan atas kejahatanya baru dimulai pada tanggal 12 Februari 2002, namun ia
ditemukan meninggal di kamar tahanan
pada 11 Maret 2006 saat masih menjalani proses persidangan. Selanjutnya Pada
tanggal 11 April 2002, Yugoslavia parlemen mengesahkan undang-undang ekstradisi
yang memungkinkan semua orang didakwa dengan kejahatan perang oleh Pengadilan
Kriminal Internasional.
Pada bulan Maret 2002, atas perintah parlemen
Yugoslavia Pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk melakukan mereformasi
tentang pembahruan sistem pemerintahan dalam Federasi Yugoslavia, dimana bentuk
Federal Yugoslavia memberikan otonomi yang lebih luas pada Serbia dan
Montenegro untuk menjalankan pemerintahanya masing-masing. Lalu pada tanggal 4
Februari 2003, Republik Federal Yugoslavia, menata ulang sistem pemerintahanya
kembali . dengan menetapkan bahwa bentuk federasi saat ini hanya bersifat
seremonial saja
dan Serbia dan Montenegro menjalankan
pemerintahanya masing-masing seperti sebuah negara merdeka pada umumnya dan
juga sepakat menetapkan ibu kota pemerintahan federal tetap ada di
Beograd, serta mengganti nama dengan
nama baru dari Republik Federasi Yugoslavia menjadi Republik Uni Serbia dan Montenegro. Dengan begini, maka berakhirlah
perjalanan panjang negara Yugoslavia
Pada 21 Mei 2006, Montenegro mengadakan
referendum tentang nasibnya akhirnya 55,5% suara pemilih menyatakan ingin
merdeka dan ini berada diatas 55% ambang batas yang ditetapkan oleh Uni Eropa
untuk suatu wilayah menginginkan kemerdekaanya. Lalu Pada tanggal 3 Juni 2006,
Montenegro secara resmi mendeklarasikan kemerdekaannya, dua hari berikutnya
Serbia mengikutinya .
Yugoslavia, Negara yang Tinggal Sejarah
4/
5
Oleh
Unknown