Dipa Nusantara Aidit (D. N. Aidit) adalah salah satu sosok yang
paling bertanggungjawab dalam mengarahkan penerapan ideologiMarxisme-Leninisme
dalam konteks kehidupan di Indonesia. Ia juga bertanggungjawab sepenuhnya atas
berbagai tindakan yang ditempuh Partai Komunis Indonesia (Periode 1948-1965)
dalam rangka mengarahkan partai untuk mengambil cara-cara yang dipandang
relevan untuk diambil, tentu saja dengan memperhitungkan ragam rintangan yang
melintang.
Pemimpin muda PKI ini dikenal sangat dinamis, berani, bergerak cepat,
dengan daya tahan fisik dan mental luar biasa, bisa jadi sejumlah kawannya
terkadang tertinggal dengan geraknya. Di samping itu ia pun tak lupa menekankan
akan pentingnya kesabaran revolusioner dalam perjuangan jangka panjang. Di masa inilah PKI tumbuh menjadi salah satu Partai Komunis terbesar di Asia bahakan di dunia diluar negara-negara yang menganut paham komunis berkat kepiawaian Aidit membangun partai lagi pasca peristiwa Madiun 1948,
Meski dia dikenal sebagai dalang pembrontakan G 30 S/PKI dan dianggap sebagai salah satu "monster" paling menakutkan selama kekuasaan Orde Lama bersama Partainya PKI namun dalam masa penjajahan dan upaya mempertahankan kemerdekaan, ia juga memiliki andil dalam masa perjuangan. Untuk itu pada artikel kali ini kami akan membahas tentang sosok Aidit secara gamblang dari berbagai sisi
Keluarga
Terpandang
Lahir
dari keluarga terpandang, Achmad Aidit lahir pada tanggal
30 Juli 1923 di Jalan Belantu 3, Pangkal alang, Tanjung Pandan Pulau Belitung,
Sumatera Selatan. Ayahnya, Abdullah Aidit, adalah seorang mantan mantri kehutanan,
jabatan yang cukup
terpandang di Belitung ketika
itu. Ibunya, Mailan, lahir dari keluarga ningrat. Ayah Mailan Ki Agus Haji
Abdul Rachman (Titel “Ki” pada nama itu mencirikan ningrat), seorang tuan
tanah.
Abdullah punya
delapan anak. Semua
lelaki. Dari perkawinan
dengan Mailan, lahirAchmad ,
Basri, Ibrahim (meninggal
dunia ketika dilahirkan)
dan Murad. Abdullah kemudian menikah
lagi dengan Marisah (ibu tiri Achmad bersaudara) dan melahirkan Sobron dan
Asahan. Keenam anaknya itu
menyandang nama belakang Aidit (nama
keluarga, namun bukan marga). Dua
anak lainnya, Rosiah dan Mohammad Thaib, adalah anak bawaan Marisah
dengan suami sebelumnya.
Aidit
masuk di sekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS), milik pemerintah Belanda, setingkat Sekolah Dasar,
juga merupakan sekolah paling tinggi di Belitung ketika itu. Aidit dikenal juga
sebagai anak yang pintar.
Anak Yang Baik
Walau
dididik di sekolah Belanda, keluarga Aidit tumbuh dalam keluarga yang rajin
beribadah. Ayahnya adalah tokoh pendidikan Islam di Belitung, pendiri Nurul
Islam, organisasi pendidikan Islam dekat yang berorientasi kepada Muhammadiyah.
Aidit dan saudaranya belajar mengaji dengan pamannya, Abdurrachman. Aidit bahkan khatam Al Qur’an
sebanyak tiga kali dan dikenal juga sebagai tukang adzan di kampungnya, karena suaranya keras.
Walaupun
keluarga terpandang, secara ekonomi, keluarga Aidit hidup sederhana. Sebagai
anak sulung, dia suka membantu keluarganya, misalnya dengan berjualan dari
mulai kerupuk hingga buah nanas yang telah dikerat-kerat, setiap ada pertandingan sepakbola di
kampungnya. Suatu hari, adiknya Basri pernah ceroboh melepaskan 15 ekor itik
dari kandang milik keluarganya. Ayahnya
yang mendengar kejadian ini marah besar. Aidit pun mengaku dialah penyebab kaburnya itik-itik itu, sehingga dia yang
harus ke sana-kemari mencari itik itu.
Bergaul Dengan Berbagai
Kalangan
Aidit
bergaul dengan siapa saja. Dia bergaul dari mulai kelas buruh sampai none -
none Belanda. Berbagai macam kelompok
atau “geng” remaja di Belitung ia
dekati. seperti geng kampung,
anak benteng (anak polisi), geng Tionghoa, dan geng Sekak (yaitu mereka yang datang dari keluarga
yang sering berpindah
tempat tinggal, semacam kaum
gypsy di Eropa).
Aidit
juga bergaul dengan buruh
- buruh tambang yang bekerja di Gemeenschapelijke Mijnbouw Billiton,
sebuah perusahaan tambang timah milik Belanda. Sehingga ia tau tentang
kehidupan mereka yang setiap hari selalu bekerja berlumur lumpur,
bermandi keringat, dan hidup
susah, sementara para meneer Belanda dan tuan-tuan nya dari Inggris
berpesta hura-hura.
Aidit
mempunyai kepekaan lebih tajam dibanding teman sebaya dan juga rasa empati
terhadap sesama manusia apa yang terjadi di lingkungannya. Mungkin tambang ini lah awal mula yang menjadi
semangat anti-Belanda dan
perjuangan antikelas di kemudian hari. Pergaulan dengan kaum buruh itulah yang
menentukan jalan pikiran dan sikap politik
Aidit setelah di Jakarta.
Merantau Ke Batavia
Awal tahun 1936, Setelah
menyelesaikan sekolah di HIS, Achmad Aidit (13 tahun), meminta izin kepada ayahnya untuk melanjutkan sekolah
setingkat SMP atau yang dikenal dengan
nama Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO), di Batavia (Jakarta). Akhirnya ia pun pergi ke Batavia
dengan ditemani pamannya, setelah memenuhi syarat – syarat umum untuk merantau,
yaitu bisa memasak sendiri,
bisa mencuci pakaian sendiri, sudah disunat, dan sudah khatam mengaji.
Setibanya di Batavia tahun
1936, Aidit tinggal di rumah kawan ayahnya, Marto, seorang mantri polisi, di kawasan
Cempaka Putih. Sayangnya, pendaftaran MULO
sudah ditutup ketika Aidit tiba, sehingga ia pun bersekolah di
Middestand Handel School (MHS), sebuah sekolah dagang di Jalan
Sabang, Jakarta Pusat.
Bakat kepemimpinan Aidit dan
idealismenya langsung menonjol di antara
kawan sebayanya. Misalnya saja,
Aidit mengorganisasi kawannya melakukan bolos
massal untuk mengantar jenazah
pejuang kemerdekaan Muhammad Husni Thamrin,
yang ketika itu akan
dimakamkan. Karena terlalu aktif
di luar
sekolah, Aidit tidak pernah menyelesaikan pendidikan formalnya di MHS.
Menambah Relasi dan
Berorganisasi
Tahun 1939, Aidit lalu
pindah dan indekos di di Tanah Tinggi 48, kawasan Senen, Jakarta Pusat. Setelah
itu adiknya Murad datang menyusul dari Belitung, juga untuk bersekolah di
Jakarta. Hal Ini membuat Abdullah, ayah Aidit, keteteran untuk membiayai
mereka. Aidit lalu membuat biro
pemasaran iklan dan langganan surat kabar bernamaAntara di daerah Tanah Tinggi,
Jakarta Pusat. Lama-kelamaan, selain biro iklan, Antara juga berjualan buku dan
majalah.
Aidit kemudian berkongsi
dengan teman satu kostannya, Mochtar, penjahit yang punya toko lumayan besar di
Pasar Baru. Ditempat inilah Aidit mulai bergaul dengan para pemuda aktivis masa
itu, seperti Adam Malik dan Chaerul Saleh, sehingga
jaringan relasi Aidit meluas. Dengan bakat dan relasinya itu, Aidit langsung
tertarik dengan dunia organisasi pergerakan, yang memang lagi ramai di
Indonesia.
Tahun 1939 juga, Aidit
bergabung dengan Persatuan Timur Muda
(PERTIMU). Pekumpulan ini dimotori Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), sebuah organisasai kepemudaan berhaluan “kiri”
pimpinan Amir Syariffudin. Hanya dalam waktu singkat, Aidit diangkat menjadi
Ketua Umum. Dalam organisasi inilah persinggungan Aidit dengan politik makin
menjadi-jadi.
Aidit Dan Asrama Menteng 31
Dari perkenalannya dengan
dunia organisasi itulah, Aidit lalu
bergabung ke dalam kelompok Pemuda di jalan Menteng No. 31 Jakarta, yang
dikenal dengan nama Menteng 31. Asrama ini dulunya hotel bernama Schomper I,
namun setelah Belanda pergi dan Jepang datang ke Indonesia, tahun 1942 tempat
itu terkenal sebagai basecamp para pemuda aktivis “garis keras”.
Disini mereka di gembleng
oleh para senior mereka seperti Bung Karno, Bung Hatta, Amir Syarifuddin, Ahmad
Subarjo, Sunaryo dan Ki Hajar Dewantara. Bung Karno dan Bung Hatta Hatta bahkan mengenal Aidit dengan baik sejak
periode awal Angkatan Baru
Indonesia di Asrama Menteng 31. Aidit juga banyak belajar
dan terpilih untuk ikut kursus-kursus yang diadakan para pemuda Angkatan
Indonesia Baru. Beragam diploma, piagam kursus bahasa Inggris, Prancis,
Spanyol, Jerman, Ilmu Hitung Dagang, Mengetik Cepat hingga Stenografi,
diperoleh Aidit dari kursus-kursus yang ditempuhnya.
Pada tahun 1944, Aidit terpilih masuk
Barisan Pelopor Indonesia, yaitu sayap pemuda yang dibentuk oleh Jepang, yang bertugas
menjaga keselamatan Soekarno dan Hatta. Pascakemerdekaan, organisasi ini
dikenal dengan nama Barisan Benteng.
Merubah Nama
Di balik
karier politiknya yang
mulai naik, Aidit seperti
mencoba menghilangkan
bayang-bayang keluarga dan masa lalunya di Belitung. Misalnya saja ketika Murad
berkali-kali meminta bantuan finansial, Aidit selalu menolak. Suatu kali Aidit
bahkan pernah berkata, bahwa persamaan
di antara mereka
hanyalah faktor kebetulan, karena dilahirkan
dari ibu dan bapak yang sama. ”Selebihnya, tak ada
hubungan apa pun di antara kita,” katanya. Achmad Aidit juga memutuskan berganti
nama. Dia memilih memakai nama
Dipa Nusantara Aidit, biasa disingkat D.N.
Menurut adiknya, pergantian
nama itu lebih dipicu perhitungan politik Aidit. Dia mulai membaca risiko,
karena sejak namanya berubah, tak
banyak orang yang
tahu asal-usulnya. Proses
perubahan nama itu juga tak mudah. Abdullah, ayah Aidit, tak bisa dengan segera
menerima pergantian itu, sebelum akhirnya Abdullah menyerah.
Teman-temannya di Menteng 31
mengusulkan nama Dipa Nusantara, karena sudah terlalu banyak yang bernama Ahmad
di kalangan pemuda Menteng 31 (Harsutejo, 2003). Dipa Nusantara sendiri dipakai
Aidit untuk menghormati jasa pahlawan nasional Pangeran Diponegoro. Aidit
berharap, penggunaan nama Dipa itu bisa menjadi inspirasi dan semangatnya untuk
membebaskan Nusantara dari cengkeraman kolonialisme. Dia sering juga
disebut-sebut berdarah Minangkabau, dan D.N. di depan namanya adalah singkatan
”Djafar Nawawi.
Ada juga versi dari adiknya Asahan. Bahwa perubahan
nama sudah ada sejak dia dilahirkan. Sumber yang digunakan Asahan adalah sebuah
akte kelahiran Aidit sendiri. Akte itu dibuat tahun 1923, tahun kelahiran
Aidit, dan ditandatangani langsung oleh Bapaknya Abdullah Aidit. Asahan ingat
betul, akte yang berhiaskan lukisan indah itu masih menggunakan bahasa Melayu
agak kuno. Di akte itulah tertulis: “Anak dari Abdullah Aidit yang lahir pada
1923 yang saya beri nama Ahmad Aidit, bila dia telah menginjak usia dewasa akan
menggunakan nama Dipa Nusantara Aidit”. Jadi jelas, tegas Asahan, nama Dipa
Nusantara bukanlah ciptaan abangnya ketika ia udah di Batavia, melainkan nama
yang memang diciptakan oleh ayahnya langsung.
Bergbung dalam Kelompok Kiri
Seiring dengan pergaulan di
dunia organisasi, Aidit lalu terlibat dengan kelompok “kiri”. Ia memilih jalan
komunis, karena dirasakan sesuai dengan idealismenya. Ia pun berguru ke
tokoh-tokoh komunis senior seperti Widarta, penanggung jawab
organisasi bawah tanah PKI
Jakarta, dan Wikana, seorang pemuda sosialis dan pemimpin PKI Jawa Barat
yang terkenal cerdas. Ia pun banyak
mempelajari buku-buku bertema
Marxisme dan sosialisme.
Sekitar tahun 1944, Aidit
dan Wikana kian dekat setelah Laksamana Maeda, pimpinan Angkatan Laut Jepang di
Indonesia, mendirikan sekolah
Dokuritsu Juku (Asrama
Kemerdekaan), dan Wikana menjadi kepala
sekolah tersebut, sedangkan Aidit
menjadi siswa. ”Meski tak
menyelesaikan kuliah, pelajar
sekolah ini ikut berperan dalam
mendirikan Republik” , ujar
Nishijima, salah seorang
pengasuh sekolah ini“ (Tempo,
Agustus, 1987). Di sekolah inilah
diam-diam Aidit, Chalid
Rasjidi, dan Salammembentuk organisasi
semi-militer yang beraksi menyerang tentara-tentara Jepang dengan nama
Banteng Merah. Dari sini, jiwa “merah” Aidit mulai semakin tumbuh.
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengas Dengklok
adalah peristiwa penculikan Soekarno – Hatta pada hariKamis 16 Agustus 1945 ke Rengasdengklok Karawang,
oleh sekelompok pemuda (Menteng 31) yang dipimpin oleh Soekarni, untuk mendesak
agar Soekarno – Hatta mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Sehingga dengan jasa para pemuda inilah Bung Karno dan Bung Hatta, akhirnya
membacakan teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada hari Jumat, 17 Agustus
1945 di rumah Bung Karno diJl.Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Ada beragam versi peran
Aidit (22 tahun), tentang keterlibatan langsung dalam peristiwa ini. Ada yang
menyebut Aidit memang ikut serta dalam rombongan pemuda, tapi banyak juga rekaman sejarah yang tak menyebut
keterlibatan Aidit dalam kejadian itu. Yang jelas pada saat itu, Aidit memang
aktif bersama para pemuda anti-fasis di Menteng 31.
Melawan Jepang
Setelah proklamasi
kemerdekaan, pada awal
September 1945, aktivis Menteng
31 membentuk Angkatan Pemuda Indonesia
(API), yang diketuai Wikana. Sementara Aidit menjadi Ketua API Jakarta
Raya. Di bidang keorganisasian mereka
membentukBarisan Rakyat yang mengorganisasi pada petani. API pun segera menjadi “ancaman” bagi Jepang dan sekutu (yang datang kemudian) yang
datang ke Indonesia.
Penjara Jatinegara dan Pulau
Onrust
Pada tanggal 19 September
1945, di lapangan Ikada (sekarang Monas
), API bersama barisan buruh dan tani mengadakan rapat raksasa dan aksi untuk
menunjukkan dukungan rakyat kepada para
pimpinan negara. Hal ini
membuat tentara Jepang marah dan merazia Asrama Menteng 31.
Para pemimpin API, termasuk
Aidit, dimasukan ke dalam penjara di Jatinegara.
Aidit dan
teman-teman berhasil menyogok
penjaga penjara dan
kabur. Sejak itu aktivitas Menteng
31 berhenti. Aidit pun kembali ke jalan, memimpin API Jakarta dengan melakukan
serangan-serangan ”kecil” kepada tentara Netherlands Indies Civil
Administration (NICA) yang datang membonceng sekutu pada 28 September 1945.
Hampir setiap hari mereka menembaki patroli sekutu yang lewat, hingga akhirnya
tentara sekutu meledakkan markas API. Puncaknya pada tanggal 5 November 1945,
ketika Aidit memimpin sekelompok pemuda menyerbu pos
pertahanan Koninklijke Nederlands Indische Lege
atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda (tentara sekutu).
Namun mereka kepergok tentara Inggris yang berpatroli. Sekitar 30 aktivis
tertangkap, termasuk Aidit. Tentara Inggris menyerahkan mereka ke Belanda, yang lalu membuang mereka
kePulau Onrust, di gugusan Kepulauan Seribu, utara Jakarta.
D.N. Aidit, Pemimpin Besar PKI (Bagian I)
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
Tulis komentarhttp://mynewgooger.blogspot.com/2017/06/blog-post_11.html
Replyhttp://angkasabolaaa.blogspot.com/2017/06/blog-post_11.html
ANGKASABOLA
AGEN JUDI ONLINE TERBESAR DAN TERPECAYA SE-ASIA
HANYA DENGAN 1 USHER ID SAJA SUDAH BISA BERMAIN SEMUA GAME
SEPERTI
1. SPORTBOOK
2. TOGEL
3. TANGKAS
4. KENO
5. SLOT
6. GD88
7. 855 CROWN
8. POKER
MINIMAL DEPO DAN WD HANYA 50 RIBU BOSKU
DAN PELUANG BESAR UNTUK JP BOSKU
ANGKASABOLA JUGA MEMILIKI BEBERAPA KEUNGGULAN BOS SEPERTI :
1. PROSES DEPO WD CEPAT TIDAK SAMPAI 1 MENIT
2. LANGSUNG DILAYANI OLEH CS PROFFESIONAL DAN CANTIK
3. RESPON LIVECHAR CEPAT
4. SELALU MENDOAKAN MEMBER AGAR MENANG BANYAK
5. KEPUASAN MEMBER ADALAH PRIORITAS UTAMA KAMI
JANGAN TUNGGU LAGI LANGSUNG JOIN DENGAN KAMI
BBM : 7B3812F6
TWITTER : CSANGKASABOLA
INSTAGRAM : CS1ANGKASABOLAA
FACEBOOK : ANGKASA BOLA
LINE : ANGKASABOLA
KAMI TUNGGU KEHADIRANYA YAH BOSKU