Wednesday, December 2, 2015

Merry Riana, Mimpi Sejuta Dollar

Merry Riana, Mimpi Sejuta Dollar
Merry Riana lahir pada tanggal 29 Mei 1980 di Jakarta. Ia dilahirkan dalam keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana. Ayahnya adalah seorang pebisnis dan ibunya tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga. Ia adalah anak pertama dari 3 orang saudara, dan ia adalah anak pertama. Menjadi seorang anak pertama tentunya berarti menjadi tumpuan dan harapan  orang tuanya. Dan hal tersebut disadari betul oleh nya.

Selepas masa pendidikan menengah atas, ia yang mempunyai cita cita sebagai seorang insinyur teknik berencana melanjutkan studinya ke Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Elektro. Namun karena pada waktu itu keadaan ibu kota sedang tidak kondusif  karena munculnya sentimen anti etnis Tionghoa pasca kerusuhan tahun 1998, orang tua Merry khawatir jika anaknya harus melanjutkan studi di Jakarta. Dan jadilah ia dikirim ke Singapura untuk melanjutkan studi disana, untuk masuk ke Nanyang Technology university (NTU) Kenapa NTU yang dipilih? Karena NTU bekerja sama dengan DBS (Development Bank of Singapore). menyediakan fasilitas kredit bagi biaya pendidikan, Sehingga mahasiswa yang ingin kuliah disana tetapi budgetnya pas-pasan tidk perlu pusing memikirkan biaya awal. Utang dicicil saat mahasiswa lulus dan telah bekerja. dengan harapan ia bisa lebih fokus belajar dan relatif aman keadaannya.

Di Singapura, Merry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University (NTU) mengambil jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE). Cita-cita besar ternyata memang harus ditempuh dengan jalan yang terjal, tidak semulus yang dibayangkan nyatanya ia mengalami beberapa masalah besar di sana. Ia yang tidak mempunyai persiapan yang cukup untuk studi di luar negeri ternyata gagal pada tes bahasa asingnya. Ditambah lagi dengan keadaan keuangan keluarga yang minim memaksanya untuk memutar otak mencari tambahan biaya hidupnya disana.

Ia sempat mencari pinjaman uang untuk hidup sehari-hari, tidak hanya itu beberapa pekerjaan sampingan pun seperti penyebar pamflet, penjaga kios hingga menjadi pelayan di hotel harus ia jalani untuk terus bertahan di sana. Ia yakin seberat apapun jalanya, ia pasti bisa melaluinya.  Keyakinan tersebut lah yang menjadi modal dan penguat niatnya.

Berangkatlah ke Singapura
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang risau memikirkan hari-hari berikutnya di Singapura.

Hari Pertama di NTU
Selama kuliah di NTU Merry Riana akan bertinggal di asrama NTU. Merry membuat sarapannya yang pertama yaitu mie instan. Ia belum menyangka jika hari-hari selanjutnya sarapannya akan diisi oleh mie instan dan mie instan.

Hari itu ia dan sejumlah calon mahasiswa harus mengurus pinjaman di DBS sebagai biaya kuliah lalu dilanjutkan mengurus administrasi perkuliahan. Dari DBS (Development Bank of Singapore) ia menerima pinjaman sebesar 300 juta rupiah jika di kurskan di mata uang Indonesia. Uang sejumlah itu akan digunakan untuk pembayaran kuliah sampai lulus, biaya sewa asrama dan uang saku. Biaya sewa asrama dan uang saku diberikan setiap enam bulan sebesar 1500 dolar Singapura. Itu berarti 250 dolar per bulan dikurangi sewa asrama 180 dolar sisa 70 dolar. Biaya buku, fotokopi dan lain-lain mencapai 30 dolar sisa 40 dolar. Merry langsung lemas karena itu artinya ia harus hidup dengan uang 40 dolar sebulan atau 10 dolar seminggu, sedangkan harga nasi goreng polos saja harganya 2 dolar, dengan uang 10 dolar ia bisa membeli 5 kali nasi goreng, sedangkan ia harus makan 3 kali sehari 27 kali seminggu. Bertambah pusinglah lah ia. Ingin rasanya ia mengadukan hal ini ke orang tuanya, mengatakan jika ternyata uang pinjaman DBS dan uang saku dari papanya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya.


Segeralah Merry menelepon orang tuanya dan. sebelum ia mengutarakan uneg-unegnya keduluan mamanya memberitahunya bahwa ia harus berhemat dengan uang yang ada karena papanya sudah tidak bekerja lagi di perusahaan dan bisnis yang selama ini dikelola sedang lesu dampak krisis moneter. Tak tegalah ia mengutarakan uneg-unegnya, ia membayangkan bagaimana nanti susahnya orang tuanya jika ditambahi beban keuangan dirinya sedangkan masih ada dua adiknya yang membutuhkan biaya lebih.

Kekuatan Sepuluh Dolar Seminggu
Dia tinggal dan kuliah di Singapura hanya bertahan dengan uang sepuluh dollar seminggu saja. Uang itu tentu saja dimanfaatkan seefisien mungkin untuk memenuhi kebutuhanya dengan membelikanya roti tawar besar lalu diiris-iris yang akan menjadi bekalnya ke kampus setiap siang. Setiap pagi ia sarapan dengan mie instan tapi terkadang ia tidak sarapan jika mie instan habis. Sering ia merasa kelaparan di kampus karena sebuah mie instan tidaklah cukup untuk menyokong energinya menghadapi aktivitas perkuliahan yang berat.

Untuk minum, ia memperolehnya ada dari keran air kampus yang layak minum tetapi sangat jarang sekali mahasiswa yang minum dari situ karena tentu saja gengsi. Merry mengambil air lalu di pindahkan airnya ke botol air mineral dan ia bawa pulang ke asrama. Merry Riana di NTU masuk pada jurusan Teknik Elektro, yang merupakan jurusan yang memiliki kualifikasi akdemis yang tidak ringan, belum lagi ia diharuskan ikut kelas bahasa inggris (karena bahasa inggrisnya jelek sekali) dan jika berkali-kali failed maka ia harus drop out dari perkuliahan.

Sungguh sangat berat sekali ia menghadapi hari-harinya di Singapura tetapi itu semua adalah proses yang harus ia jalani agar bisa menjadi orang besar seperti saat ini.

Pekerjaan Pertama
Satu tahun terlewati dengan hari-hari yang begitu berat. Ia mulai mencari-cari pekerjaan paruh waktu yang bisa dikerjakanya di waktu sela kuliah. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi penyebar brosur biro jodoh. Pekerjaannya sangat mudah, ia hanya perlu membagikan brosur ke orang-orang yang lalu lalang di jalanan se banyak mungkin tanpa harus menjelaskan apa isi brosurnya. Akan tetapi pekerjaan ini sangatlah menusuk harga diri, bagaimana tidak sering orang menolak mentah-mentah dan membuang brosur yang ia bagikan bahkan ada juga yang sengaja berlari kecil menghindar darinya. Merry begitu terpukul, sehina itukah dirinya. Bukankah hanya menerima brosur dan meletakkannya di tas dan jika ingin membuangnya tidak dihadapan si penyebar brosur kan juga bisa.

Hari pertama bekerja selama lima jam ia mendapat bayaran 15 dolar. Ia sangat girang. Ia langsung membeli minuman yang enak dan membeli nasi lauk daging. Ia begitu bahagia menikmati hasil kerjanya yang pertama. Setiap hari selama libur semester ia habiskan untuk menyebar brosur. Tiap hari ia bisa menabung. Akan ada banyak keperluan di semester mendatang dan ia tidak perlu menunggu kiriman dari orang tua sepeserpun.

Pekerjaan membagikan brosur membuat Merry Riana bisa menabung sedikit demi sedikit setiap harinya. Setidaknya ia tidak hanya mengandalkan 10 dolar per minggu untuk biaya hidup.

Pekerjaan menyebar brosur tidak seterusnya ia lakoni. Ia juga mencari tahu pekerjaan lain yang lebih ringan dengan gaji yang lebih tinggi. Salah satunya menjadi pelayan di toko florist yang ada di sebuah gedung perkantoran, disini ia ditugaskan untuk mengatur bunga selain itu ia juga ditugaskan memberikan brosur di setiap kantor dan mencatat nomor telponnya. Ini tantangan baru karena sering resepsionis tidak mau memberi nomor telpon mereka dengan alasan kartu namanya habis, namun Merry tidak kehilangan akal, ia mengatakan kalau ia bisa mencatatnya di kertas. Akhirnya resepsionis memberikan nomor kontak mereka walau dengan wajah agak kesal.

Pernah juga ia menjadi pelayan pesta. Tiap sabtu dan minggu jadwal perkuliahan libur jadi ia gunakan itu untuk bekerja. Ia harus datang tiap akhir pekan yaitu sabtu atau minggu kadang juga keduanya mulai pukul enam petang sampai sebelas malam. Yang menyesakkan dada adalah pada pukul 11 malam mau pulang, pelayan harus berkumpul di ruang belakang menunggu supervisor datang untuk membagikan upah sebesar 25 dolar dan setelah itu ia harus berlari kencang mengejar jadwal kereta MRT yang terakhir jika tidak ia tidak bisa kembali ke asrama. Sering ia sampai asrama pukul 1 dini hari.

Bertemu Sang Pujaan Hati
Di kampusnya ia juga aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Disinilah ia menemukan seseorang dengan latar belakang yang mirip dengannya. Seorang mahasiswa yang harus meninggalkan Indonesia dan berkuliah ke luar negeri karena alasan yang kurang enak yaitu “kerusuhan Mei 1998”. Mahasiswa itu bernama Alva Tjenderasa. Merry Riana dan Alva Tjenderasa akhirnya berteman dan mereka sering ngobrol bareng. Alva sering membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri seperti Robert Kiyosaki dan Anthony Robbins. Mereka berdua sering membahas isi dari buku-buku itu dan memadukannya dengan realita yang sedang mereka hadapi.

Mulai Berbisnis
Merry Riana masih tetap menjalankan pekerjaan part time saat liburan semester dan akhir pekan. Hasil dari pekerjaannya ia tabung sedikit demi sedikit dan akhirnya terkumpullah beberapa ribu dolar. Merry pun mulai berfikir untuk memutar uangnya dengan berbisnis. Akhirnya ia mulai bisnis pertamanya dengan bergabung dalam MLM “Success Forever”, di bisnis ini ia diharuskan untuk menanamkan uangnya sebesar 200 dolar dan akan berkembang cepat jika ia juga mendapatkan 10 orang yang mau menanamkan uangnya bisnis ini sangat simple karena juga bisa dimonitor dari internet, Ia sebenarnya ragu tapi akhirnya ia ikuti juga.

Dan akhirnya ia benar-benar tertipu, uang 200 dolar yang ia kumpulkan dengan susah payah raib. Betapa kecewanya ia, uang itu ia kumpulkan dengan susah payah hilangi sekketika karena kebodohan dan kecerobohannya. Seketika itu ia bersumpah tidak akan percaya lagi dengan hal-hal yang bersifat instan.

Praktek Kerja Yang Membuka Pikiran
Untuk memenuhi syarat kelulusan, mahasiswa diwajibkan mengikuti praktek kerja di sebuah perusahaan sesuai bidang minatnya. Di perusahaan inilah Merry Riana terbuka pikirannya. Bekerja di perusahaan mapan mungkin memang aman bagi sebagian orang. Gaji pertama dengan gelar sarjana sekitar 2500 dolar dikurangi pajak 20% tinggal 2000 dolar. Biaya kos sekitar 1000 dolar. Tinggal 1000 dolar, tentu ia ingin menunjukkan hasilnya pada orang tuanya. Ia ingin mengirimi uang orang tuanya 500 dolar sisa 500 dolar belum lagi hutang pendidikan yang harus di cicil. Terus kapan ia bisa menyenangkan orang tuanya dengan mengajak berjalan-jalan ke luar negeri. Itu adalah impiannya sejak dulu. Membahagiakan orang tua adalah cita-cita tertingginya.

Akhirnya ia membuat resolusi ketika berulang tahunyang ke 20 “ Aku harus bebas finansial sebelum berusia 30 tahun”. Begitu resolusinya dan itu tidak dapat tercapai jika ia menjadi karyawan. Ia harus berbisnis walau pernah gagal ia harus tetap mencari jalan suksesnya.

Bisnis Kedua
Bisnis kedua Merry Riana adalah mencetak kaus yang dipakai dalam acara ekstrakurikuler dan mencetak skripsi. Kebetulan saat itu ia sudah masuk semester 7. Mulailah ia dan Alva hunting percetakan dengan harga yang “miring”. Di kampus ia juga gencar berpromosi tentang bisnis keduanya. Tetapi ternyata kenyataan tak seindah harapan. Sudah ada percetakan yang mempromosikan jasa ke NTU dengan harga jauh lebih murah dari harganya. Akhirnya Merry dan Alva mengubur harapannya berbisnis percetakan.

Bisnis ketiga Merry dan Alva adalah Tianshi. Kebetulan saat itu Tianshi lagi marak di Indonesia. Tianshi adalah suplemen makanan yang dipasarkan dengan cara MLM. Ada kabar bahwa Tianshi akan membuka pemasaran di Singapura. Merry berfikir jika ia menjadi yang pertama mempromosikan Tianshi maka ia berada di ujung teratas dari jaringan Tianshi Singapura. Wuih bayangin aja berapa bonus yang akan ia dapatkan jika itu benar-benar terwujud.

Segera Merry dan Alva memborong produk Tianshi dari temannya di Indonesia sebesar 2.250 dolar atau setara dengan 16 juta rupiah. Mereka berdua berfikir jika mereka memulai start terlebih dahulu yaitu memperkenalkan produk serta sistem Tianshi ke teman-temannya di Singapura sebelum dibukanya kantor Tianshi di Singapura maka mereka akan lebih cepat meraih untung. Dari presentasi yang ia lakukan bersama Alva, banyak teman-temannya yang tertarik untuk gabung. Ia jadi lebih bersemangat. Bayangan kesuksesan sudah ada di pelupuk mata.

Harapan tinggallah harapan, ternyata berita tentang Tianshi akan membuka cabang di Singapura hanyalah rumor belaka. Menurut orang Tianshi penduduk Singapura terlalu sedikit dan tidak sepadan dengan biaya perijinan serta operasionalnya. Beda dengan Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa lebih. Mendengar kabar itu, lunglai langsung Merry Riana. Jika bisnis Success Forever ia kehilangan 200 dolar, maka Tianshi lebih parah lagi, mereka kehilangan 2000 dolar lebih. 

Bertemu Anthony Robbins
Merry dan Alva sering berdiskusi tentang orang-orang sukses di bidang bisnis dan motivasi. Anthony Robbins salah satu idola mereka. Suatu hari ada kabar bahwa Anthony Robbins akan mengadakan seminar besar-besaran di Singapura. Segeralah mereka membeli tiket seminar itu yang ternyata berharga 2500 dolar untuk dua orang. aja.

Seminar dimulai dengan sangat menakjubkan. Anthony Robbins adalah motivator yang sangat pandai menyentuh hati yang terdalam. Dia mengatakan “ Kita hidup dibelenggu oleh banyak alasan yang menumbuhkan perasaan takut. Pandanglah kedepan dengan fokus, melangkahlah dengan cepat dan berani. Jangan pernah takut membentuk cita-cita. Kita bisa! Kita sangat powerful! Tidak ada yang tidak mungkin jika kita memiliki tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan bergeraklah dari sekarang!” Begitu kata-kata yang meluncur dari Anthony Robbins.

Seketika itu seperti ada dorongan kuat terhadap diri Merry Riana. Fokus perhatiannya hanya wajah Anthony Robbins. Langsung Merry Riana berdiri dan berlari kencang menuju bibir panggung tempat Anthony Robbins membakar semangat. Tetapi secepat kilat para body guard menghentikan Merry Riana. “Sir tolonglah ini penting bagi hidup saya. Saya ingin membuktikan kata-kata Anthony Robbins barusan bahwa dengan fokus pada impian dan tekad bulat maka apapun itu pasti bisa tercapai. Saya ingin berfoto dengan Anthony Robbins.” Begitu teriaknya pada penjaga. Perlu diketahui bahwa Anthony Robbins sangat jarang sekali menerima seseorang berfoto dengannya.

Akhirnya setelah acara selesai, dibelakang panggung Merry berhasil berfoto dengannya. Bertambah kuat tekad Merry untuk sukses dalam hidup.

Kegagalan Berikutnya
Merry Riana adalah orang yang tidak mudah putus asa. Setelah menghadapi berbagai kegagalan ia tetap optimis untuk terus mencari jalan suksesnya. Memasuki semester terakhir awal tahun 2002 Merry dan Alva tidak lagi disibukkan dengan kegiatan perkuliahan. Pada suatu hari di kampus ada perlombaan Cashflow Game. Permainan ini diciptakan oleh Robert Kiyosaki. Permainan ini seperti monopoli hanya saja seperti benar-benar melakukan transaksi jual beli. Merry dan Alva sangat menikmati permainan itu dan mereka keluar menjadi pemenang.

Terinspirasi oleh permainan Cashflow. Mereka memutuskan untuk mempraktekkannya dengan berjual beli saham. Mereka segera menghubungi pihak terkait dan menanamkan uang 2000 dolar hasil patungan dengan Alva. Mereka melakukan opsi jual dan beli. Pada hari pertama mereka untung tetapi pada hari berikutnya mereka rugi..rugi dan terus rugi. Akhirnya mereka malah menanggung kerugian sebesar 10.000 dolar atau 70 juta rupiah hasil pinjaman dari bank.

Sekuat-kuatnya mereka optimis tetap saja hal itu membuat mereka down. Segala bisnis yang mereka coba selalu gagal mulai dari success forever yang tertipu, bisnis penjilidan dan percetakan, Tianshi bahkan sampai saham semua menanggung kerugian yang tidak sedikit bahkan hampir menguras habis tabungan mereka.

Lulus Kuliah
Pada bulan Juli 2002 Merry Riana lulus dari Nanyang Technological University (NTU) dengan predikat Second Upper Honours dengan nilai-nilai yang gemilang. Walaupun sehari-harinya Merry sibuk dengan berbagai pekerjaan dan bisnis, Merry tetap bertanggung jawab dengan studinya. Hal ini membuat orang tuanya semakin bangga.

Saat itu mamanya bertanya “ Lalu apa rencanamu Ria? (panggilan Merry Riana dalam keluarga)”. ” Ria akan berbisnis, Ma.” Jawabnya “Bisnis apa nak?” mamanya bertanya lagi. “Sales... tapi belum tahu apa.” Jawab Merry Riana. “Apa?? Sales?? Kamu sekolah jauh-jauh dan lulus dengan nilai yang baik ujung-ujungnya jadi sales? Mau jadi apa kamu kelak nak.” Mamanya mulai menangis. Demi menenangkan mamanya, akhirnya Merry mencari jalan tengah bahwa ia menjadi sales selama 3 bulan, jika menunjukkan tanda sukses dia akan meneruskan. Tetapi jika gagal dia akan melamar pekerjaan sesuai kehendak mamanya.

Menjadi Sales
Merry Riana yang sadar bahwa pilihan kerjanya akan oleh ditertawakan teman-temannya tetap melanjutakn pilihan kerjanya, dengan bekerja sebagai agen penjual asuransi Prudential. Pada hari-hari pertama kerjanya ia harus menghubungi 100 orang setiap harinya untuk menawarkan produknya. Namun seelah dievaluasi cara ini kuarng efektif . Akhirnya Merry memutuskan cara lain dengan street prospecting (berjuang dijalan) bersama rekan setimnya  Alva Tjenderasa, mengingat budaya Singapura yang sering berjalan kaki menuju tempat kerja entah itu bos atau pegawai biasa maka prospek di jalan dianggap pilihan yang bagus

Merry mulai menemui setiap orang dan menjelaskan produk keuangannya. Dari 10 orang yang ditawari hanya 1 yang mau dijelaskan lebih lanjut. Alva bagian mencatat data orang tersebut. Setelah dilakukan berulang ulang akhirnya terbentuklah rumus dari 20 orang yang di tawari 2 bersedia mendengarkan lebih lanjut dan 1 bersedia invest atau gabung asuransi atau kartu kredit.

Setiap hari Merry dan Alva melakukan 20 presentasi, mengejar-ngejar orang agar mau mendengarkan presentasi mereka. Sering diacuhkan orang, ditolak mentah-mentah. Dan yang paling membuat down adalah saat bertemu dengan teman sesama alumni NTU yang selalu mencibirnya dengam pilihan pekerjanya. Menghadapi penolakan yang sering menyakitkan hati dan mempertaruhkan harga diri. Tapi banyak juga yang memberi respons positif dan akhirnya deal.

Bulan pertama ia mendapat bonus 500 dolar, bulan kedua tidak jauh beda. Bulan ketiga ia dan Alva tancap gas. Merry semakin agresif melakukan presentasi karena ini adalah pembuktian janjinya kepada orang tuanya. Dan jika ingin mendapat penghasilan tetap setiap bulannya maka mereka harus mencapai level manajer selama 3 tahun berturut-turut yaitu setiap tahun harus mengumpulkan nasabah dengan jumlah total investasi minimal 100 ribu dolar, padahal kebanyakan orang hanya mau berinvestasi sekitar 100 dolar per orang jadi Merry harus mencari nasabah tiap tahunnya 1000 orang .

Menjadi Manajer
Bulan Desember 2002 adalah bulan penentuan, selain itu adalah bulan ketiga dari janjinya ke mamanya, bulan itu juga bulan terakhir seorang sales produk keuangan mencapai targetnya karena dibulan itu jika total seluruh investasi kliennya mencapai 100 ribu dolar maka di tahun 2004 jabatannya meningkat menjadi manajer. Itu artinya ia sudah bisa mendapatkan penghasilan tetap tiap bulannya, dan juga bisa merekrut anak buah .

Di bulan Desember itu total investasi nasabah yang diperoleh Merry adalah 75 ribu dolar dan waktu yang tersisa hanya 2 minggu. Merry pasrah tapi tetap melakukan disiplinnya 20 presentasi per hari dan minimal 1 deal per hari. Karena kegigihanya munculah keajaiban, seorang nenek 60 tahun yang tertarik untuk berinvestasi, Merry mengira mungkin sang nenek akan berinvestasi 100 dolar. Tetapi betapa terkejutnya Merry saat sang nenek menyodorkan dana sebesar 100 ribu dolar. Seketika itu bahagia sekali hati Merry, karena targetnya pada tahun 2002 terpenuhi. Hampir bisa dipastikan Merry akan mencapai level manajer di tahun 2004. Rekan sesama sales banyak yang terkejut dengan pencapaian ini. Seorang sales baru, masih muda pula, berhasil mencapai target yang mencengangkan.

Melunasi Hutang Pendidikan
Suatu siang di bulan April 2003, Merry mengecek saldo tabungannya ada 40 ribu dolar, ia teringat akan hutang pendidikannya sebesar 40 ribu dolar. Segera ia menuju DBS bank yang memberinya pinjaman dana pendidikan dan melunasinya saat itu. Sebetulnya pemerintah Singapura memberi kelonggaran untuk mencicil melalui pemotongan gaji setiap bulan, tapi menurut Merry segera terbebas dari hutang akan lebih baik dan lebih lega. Jadi belum genap 1 tahun usia kelulusan Merry, ia sudah bisa melunasi hutangnya dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa dibantu orang tua.

Menjadi President Star Club
Seorang sales produk keuangan, jika bisa meraih pencapaian yang mencengangkan akan dinobatkan menjadi President Star Club yaitu sebuah penghargaan prestisius dan diakui dunia. Tahun 2004 adalah tahun yang dinamis bagi Merry Riana. Selain mencapai level manajer, ia juga dinobatkan menjadi President Star Club. Selain mendapat gelar pencapai target terbaik untuk kategori sales baru dan kategori seluruh jajaran sales senior, Merry juga menjadi seorang sales dengan jumlah nasabah terbanyak. Ini membuktikan bahwa total investasi itu diraih Merry dengan mengumpulkan banyak nasabah bukan karena ia kenal dengan orang-orang kaya yang berinvestasi langsung banyak tapi karena kerja kerasnya.

Meraih 1 Juta Dolar Pertama

Etos kerja keras dan fokus yang dimiliki Merry Riana akhirnya membawanya pada penghasilan besar yang dimiliknya. Akhirnya Pada tahun 2006, penghasilan Merry Riana telah menembus 1 juta dolar atau 10 miliar rupiah. Fantastis dan Merry pun dinobatkan menjadi profesional termuda dengan penghasilan besar di Singapura.
Merry Riana, Mimpi Sejuta Dollar
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.