Merry Riana, Mimpi
Sejuta Dollar
Merry Riana lahir pada tanggal 29 Mei 1980 di
Jakarta. Ia dilahirkan dalam keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana.
Ayahnya adalah seorang pebisnis dan ibunya tinggal dirumah sebagai ibu rumah
tangga. Ia adalah anak pertama dari 3 orang saudara, dan ia adalah anak
pertama. Menjadi seorang anak pertama tentunya berarti menjadi tumpuan dan
harapan orang tuanya. Dan hal tersebut disadari betul oleh nya.
Selepas masa pendidikan menengah atas, ia yang
mempunyai cita cita sebagai seorang insinyur teknik berencana melanjutkan
studinya ke Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Elektro. Namun karena
pada waktu itu keadaan ibu kota sedang tidak kondusif karena munculnya sentimen anti etnis Tionghoa
pasca kerusuhan tahun 1998, orang tua Merry khawatir jika anaknya harus
melanjutkan studi di Jakarta. Dan jadilah ia dikirim ke Singapura untuk
melanjutkan studi disana, untuk masuk ke Nanyang Technology university (NTU) Kenapa
NTU yang dipilih? Karena NTU bekerja sama dengan DBS (Development Bank of
Singapore). menyediakan fasilitas kredit bagi biaya pendidikan, Sehingga
mahasiswa yang ingin kuliah disana tetapi budgetnya pas-pasan tidk perlu pusing
memikirkan biaya awal. Utang dicicil saat mahasiswa lulus dan telah bekerja. dengan harapan ia bisa lebih fokus belajar dan relatif
aman keadaannya.
Di Singapura, Merry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di
Nanyang Technological University (NTU) mengambil jurusan Electrical and
Electronics Engineering (EEE). Cita-cita besar ternyata memang harus ditempuh
dengan jalan yang terjal, tidak semulus yang dibayangkan nyatanya ia mengalami
beberapa masalah besar di sana. Ia yang tidak mempunyai persiapan yang cukup
untuk studi di luar negeri ternyata gagal pada tes bahasa asingnya. Ditambah
lagi dengan keadaan keuangan keluarga yang minim memaksanya untuk memutar otak
mencari tambahan biaya hidupnya disana.
Ia sempat mencari pinjaman uang untuk hidup
sehari-hari, tidak hanya itu beberapa pekerjaan sampingan pun seperti penyebar
pamflet, penjaga kios hingga menjadi pelayan di hotel harus ia jalani untuk
terus bertahan di sana. Ia yakin seberat apapun jalanya, ia pasti bisa
melaluinya. Keyakinan tersebut lah yang menjadi modal dan penguat
niatnya.
Berangkatlah ke Singapura
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua,
pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari,
berangkatlah Merry Riana dengan hati yang risau memikirkan hari-hari berikutnya
di Singapura.
Hari Pertama di NTU
Selama kuliah di NTU Merry Riana akan bertinggal di asrama NTU. Merry
membuat sarapannya yang pertama yaitu mie instan. Ia belum menyangka jika
hari-hari selanjutnya sarapannya akan diisi oleh mie instan dan mie instan.
Hari itu ia dan sejumlah calon mahasiswa harus mengurus pinjaman di DBS
sebagai biaya kuliah lalu dilanjutkan mengurus administrasi perkuliahan. Dari
DBS (Development Bank of Singapore) ia menerima pinjaman sebesar 300 juta
rupiah jika di kurskan di mata uang Indonesia. Uang sejumlah itu akan digunakan
untuk pembayaran kuliah sampai lulus, biaya sewa asrama dan uang saku. Biaya
sewa asrama dan uang saku diberikan setiap enam bulan sebesar 1500 dolar
Singapura. Itu berarti 250 dolar per bulan dikurangi sewa asrama 180 dolar sisa
70 dolar. Biaya buku, fotokopi dan lain-lain mencapai 30 dolar sisa 40 dolar. Merry
langsung lemas karena itu artinya ia harus hidup dengan uang 40 dolar sebulan
atau 10 dolar seminggu, sedangkan harga nasi goreng polos saja harganya 2
dolar, dengan uang 10 dolar ia bisa membeli 5 kali nasi goreng, sedangkan ia
harus makan 3 kali sehari 27 kali seminggu. Bertambah pusinglah lah ia. Ingin
rasanya ia mengadukan hal ini ke orang tuanya, mengatakan jika ternyata uang
pinjaman DBS dan uang saku dari papanya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan
kuliahnya.
Segeralah Merry menelepon orang tuanya dan. sebelum ia mengutarakan
uneg-unegnya keduluan mamanya memberitahunya bahwa ia harus berhemat dengan
uang yang ada karena papanya sudah tidak bekerja lagi di perusahaan dan bisnis
yang selama ini dikelola sedang lesu dampak krisis moneter. Tak tegalah ia
mengutarakan uneg-unegnya, ia membayangkan bagaimana nanti susahnya orang
tuanya jika ditambahi beban keuangan dirinya sedangkan masih ada dua adiknya
yang membutuhkan biaya lebih.
Kekuatan Sepuluh Dolar Seminggu
Dia tinggal dan kuliah di Singapura hanya bertahan dengan uang sepuluh
dollar seminggu saja. Uang itu tentu saja dimanfaatkan seefisien mungkin untuk
memenuhi kebutuhanya dengan membelikanya roti tawar besar lalu diiris-iris yang
akan menjadi bekalnya ke kampus setiap siang. Setiap pagi ia sarapan dengan mie
instan tapi terkadang ia tidak sarapan jika mie instan habis. Sering ia merasa
kelaparan di kampus karena sebuah mie instan tidaklah cukup untuk menyokong
energinya menghadapi aktivitas perkuliahan yang berat.
Untuk minum, ia memperolehnya ada dari keran air kampus yang layak minum
tetapi sangat jarang sekali mahasiswa yang minum dari situ karena tentu saja
gengsi. Merry mengambil air lalu di pindahkan airnya ke botol air mineral dan
ia bawa pulang ke asrama. Merry Riana di NTU masuk pada jurusan Teknik Elektro,
yang merupakan jurusan yang memiliki kualifikasi akdemis yang tidak ringan,
belum lagi ia diharuskan ikut kelas bahasa inggris (karena bahasa inggrisnya
jelek sekali) dan jika berkali-kali failed maka ia harus drop out dari
perkuliahan.
Sungguh sangat berat sekali ia menghadapi hari-harinya di Singapura tetapi
itu semua adalah proses yang harus ia jalani agar bisa menjadi orang besar
seperti saat ini.
Pekerjaan Pertama
Satu tahun terlewati dengan hari-hari yang begitu berat. Ia mulai
mencari-cari pekerjaan paruh waktu yang bisa dikerjakanya di waktu sela kuliah.
Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi penyebar brosur biro jodoh. Pekerjaannya
sangat mudah, ia hanya perlu membagikan brosur ke orang-orang yang lalu lalang
di jalanan se banyak mungkin tanpa harus menjelaskan apa isi brosurnya. Akan
tetapi pekerjaan ini sangatlah menusuk harga diri, bagaimana tidak sering orang
menolak mentah-mentah dan membuang brosur yang ia bagikan bahkan ada juga yang
sengaja berlari kecil menghindar darinya. Merry begitu terpukul, sehina itukah
dirinya. Bukankah hanya menerima brosur dan meletakkannya di tas dan jika ingin
membuangnya tidak dihadapan si penyebar brosur kan juga bisa.
Hari pertama bekerja selama lima jam ia mendapat bayaran 15 dolar. Ia
sangat girang. Ia langsung membeli minuman yang enak dan membeli nasi lauk
daging. Ia begitu bahagia menikmati hasil kerjanya yang pertama. Setiap hari
selama libur semester ia habiskan untuk menyebar brosur. Tiap hari ia bisa
menabung. Akan ada banyak keperluan di semester mendatang dan ia tidak perlu
menunggu kiriman dari orang tua sepeserpun.
Pekerjaan membagikan brosur membuat Merry Riana bisa menabung sedikit demi
sedikit setiap harinya. Setidaknya ia tidak hanya mengandalkan 10 dolar per
minggu untuk biaya hidup.
Pekerjaan menyebar brosur tidak seterusnya ia lakoni. Ia juga mencari tahu
pekerjaan lain yang lebih ringan dengan gaji yang lebih tinggi. Salah satunya
menjadi pelayan di toko florist yang ada di sebuah gedung perkantoran, disini
ia ditugaskan untuk mengatur bunga selain itu ia juga ditugaskan memberikan
brosur di setiap kantor dan mencatat nomor telponnya. Ini tantangan baru karena
sering resepsionis tidak mau memberi nomor telpon mereka dengan alasan kartu
namanya habis, namun Merry tidak kehilangan akal, ia mengatakan kalau ia bisa
mencatatnya di kertas. Akhirnya resepsionis memberikan nomor kontak mereka
walau dengan wajah agak kesal.
Pernah juga ia menjadi pelayan pesta. Tiap sabtu dan minggu jadwal
perkuliahan libur jadi ia gunakan itu untuk bekerja. Ia harus datang tiap akhir
pekan yaitu sabtu atau minggu kadang juga keduanya mulai pukul enam petang
sampai sebelas malam. Yang menyesakkan dada adalah pada pukul 11 malam mau
pulang, pelayan harus berkumpul di ruang belakang menunggu supervisor datang
untuk membagikan upah sebesar 25 dolar dan setelah itu ia harus berlari kencang
mengejar jadwal kereta MRT yang terakhir jika tidak ia tidak bisa kembali ke
asrama. Sering ia sampai asrama pukul 1 dini hari.
Bertemu Sang Pujaan Hati
Di kampusnya ia juga aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Disinilah ia
menemukan seseorang dengan latar belakang yang mirip dengannya. Seorang
mahasiswa yang harus meninggalkan Indonesia dan berkuliah ke luar negeri karena
alasan yang kurang enak yaitu “kerusuhan Mei 1998”. Mahasiswa itu bernama Alva
Tjenderasa. Merry Riana dan Alva Tjenderasa akhirnya berteman dan mereka sering
ngobrol bareng. Alva sering membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri
seperti Robert Kiyosaki dan Anthony Robbins. Mereka berdua sering membahas isi
dari buku-buku itu dan memadukannya dengan realita yang sedang mereka hadapi.
Mulai Berbisnis
Merry Riana masih tetap menjalankan pekerjaan part time saat liburan
semester dan akhir pekan. Hasil dari pekerjaannya ia tabung sedikit demi
sedikit dan akhirnya terkumpullah beberapa ribu dolar. Merry pun mulai berfikir
untuk memutar uangnya dengan berbisnis. Akhirnya ia mulai bisnis pertamanya
dengan bergabung dalam MLM “Success Forever”, di bisnis ini ia
diharuskan untuk menanamkan uangnya sebesar 200 dolar dan akan berkembang cepat
jika ia juga mendapatkan 10 orang yang mau menanamkan uangnya bisnis ini sangat
simple karena juga bisa dimonitor dari internet, Ia sebenarnya ragu tapi akhirnya
ia ikuti juga.
Dan akhirnya ia benar-benar tertipu, uang 200 dolar yang ia kumpulkan
dengan susah payah raib. Betapa kecewanya ia, uang itu ia kumpulkan dengan
susah payah hilangi sekketika karena kebodohan dan kecerobohannya. Seketika itu
ia bersumpah tidak akan percaya lagi dengan hal-hal yang bersifat instan.
Praktek Kerja Yang Membuka Pikiran
Untuk memenuhi syarat kelulusan, mahasiswa diwajibkan mengikuti praktek
kerja di sebuah perusahaan sesuai bidang minatnya. Di perusahaan inilah Merry
Riana terbuka pikirannya. Bekerja di perusahaan mapan mungkin memang aman bagi
sebagian orang. Gaji pertama dengan gelar sarjana sekitar 2500 dolar dikurangi
pajak 20% tinggal 2000 dolar. Biaya kos sekitar 1000 dolar. Tinggal 1000 dolar,
tentu ia ingin menunjukkan hasilnya pada orang tuanya. Ia ingin mengirimi uang
orang tuanya 500 dolar sisa 500 dolar belum lagi hutang pendidikan yang harus
di cicil. Terus kapan ia bisa menyenangkan orang tuanya dengan mengajak
berjalan-jalan ke luar negeri. Itu adalah impiannya sejak dulu. Membahagiakan
orang tua adalah cita-cita tertingginya.
Akhirnya ia membuat resolusi ketika berulang tahunyang ke 20 “ Aku
harus bebas finansial sebelum berusia 30 tahun”. Begitu resolusinya dan itu
tidak dapat tercapai jika ia menjadi karyawan. Ia harus berbisnis walau pernah
gagal ia harus tetap mencari jalan suksesnya.
Bisnis Kedua
Bisnis kedua Merry Riana adalah mencetak kaus yang dipakai dalam acara
ekstrakurikuler dan mencetak skripsi. Kebetulan saat itu ia sudah masuk
semester 7. Mulailah ia dan Alva hunting percetakan dengan harga yang “miring”. Di
kampus ia juga gencar berpromosi tentang bisnis keduanya. Tetapi ternyata
kenyataan tak seindah harapan. Sudah ada percetakan yang mempromosikan jasa ke
NTU dengan harga jauh lebih murah dari harganya. Akhirnya Merry dan Alva
mengubur harapannya berbisnis percetakan.
Bisnis ketiga Merry dan Alva adalah Tianshi. Kebetulan saat itu Tianshi
lagi marak di Indonesia. Tianshi adalah suplemen makanan yang dipasarkan dengan
cara MLM. Ada kabar bahwa Tianshi akan membuka pemasaran di Singapura. Merry
berfikir jika ia menjadi yang pertama mempromosikan Tianshi maka ia berada di
ujung teratas dari jaringan Tianshi Singapura. Wuih bayangin aja berapa bonus
yang akan ia dapatkan jika itu benar-benar terwujud.
Segera Merry dan Alva memborong produk Tianshi dari temannya di Indonesia
sebesar 2.250 dolar atau setara dengan 16 juta rupiah. Mereka berdua berfikir
jika mereka memulai start terlebih dahulu yaitu memperkenalkan produk serta
sistem Tianshi ke teman-temannya di Singapura sebelum dibukanya kantor Tianshi
di Singapura maka mereka akan lebih cepat meraih untung. Dari presentasi yang
ia lakukan bersama Alva, banyak teman-temannya yang tertarik untuk gabung. Ia
jadi lebih bersemangat. Bayangan kesuksesan sudah ada di pelupuk mata.
Harapan tinggallah harapan, ternyata berita tentang Tianshi akan membuka
cabang di Singapura hanyalah rumor belaka. Menurut orang Tianshi penduduk
Singapura terlalu sedikit dan tidak sepadan dengan biaya perijinan serta
operasionalnya. Beda dengan Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa lebih.
Mendengar kabar itu, lunglai langsung Merry Riana. Jika bisnis Success Forever
ia kehilangan 200 dolar, maka Tianshi lebih parah lagi, mereka kehilangan 2000
dolar lebih.
Bertemu Anthony Robbins
Merry dan Alva sering berdiskusi tentang orang-orang sukses di bidang
bisnis dan motivasi. Anthony Robbins salah satu idola mereka. Suatu hari ada
kabar bahwa Anthony Robbins akan mengadakan seminar besar-besaran di Singapura.
Segeralah mereka membeli tiket seminar itu yang ternyata berharga 2500 dolar
untuk dua orang. aja.
Seminar dimulai dengan sangat menakjubkan. Anthony Robbins adalah motivator
yang sangat pandai menyentuh hati yang terdalam. Dia mengatakan “ Kita hidup
dibelenggu oleh banyak alasan yang menumbuhkan perasaan takut. Pandanglah
kedepan dengan fokus, melangkahlah dengan cepat dan berani. Jangan pernah takut
membentuk cita-cita. Kita bisa! Kita sangat powerful! Tidak ada yang tidak
mungkin jika kita memiliki tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan
bergeraklah dari sekarang!” Begitu kata-kata yang meluncur dari Anthony
Robbins.
Seketika itu seperti ada dorongan kuat terhadap diri Merry Riana. Fokus
perhatiannya hanya wajah Anthony Robbins. Langsung Merry Riana berdiri dan
berlari kencang menuju bibir panggung tempat Anthony Robbins membakar semangat.
Tetapi secepat kilat para body guard menghentikan Merry Riana. “Sir tolonglah
ini penting bagi hidup saya. Saya ingin membuktikan kata-kata Anthony Robbins
barusan bahwa dengan fokus pada impian dan tekad bulat maka apapun itu pasti
bisa tercapai. Saya ingin berfoto dengan Anthony Robbins.” Begitu teriaknya
pada penjaga. Perlu diketahui bahwa Anthony Robbins sangat jarang sekali
menerima seseorang berfoto dengannya.
Akhirnya setelah acara selesai, dibelakang panggung Merry berhasil berfoto
dengannya. Bertambah kuat tekad Merry untuk sukses dalam hidup.
Kegagalan Berikutnya
Merry Riana adalah orang yang tidak mudah putus asa. Setelah menghadapi
berbagai kegagalan ia tetap optimis untuk terus mencari jalan suksesnya.
Memasuki semester terakhir awal tahun 2002 Merry dan Alva tidak lagi disibukkan
dengan kegiatan perkuliahan. Pada suatu hari di kampus ada perlombaan Cashflow
Game. Permainan ini diciptakan oleh Robert Kiyosaki. Permainan ini seperti
monopoli hanya saja seperti benar-benar melakukan transaksi jual beli. Merry
dan Alva sangat menikmati permainan itu dan mereka keluar menjadi pemenang.
Terinspirasi oleh permainan Cashflow. Mereka memutuskan untuk
mempraktekkannya dengan berjual beli saham. Mereka segera menghubungi pihak
terkait dan menanamkan uang 2000 dolar hasil patungan dengan Alva. Mereka melakukan
opsi jual dan beli. Pada hari pertama mereka untung tetapi pada hari berikutnya
mereka rugi..rugi dan terus rugi. Akhirnya mereka malah menanggung kerugian
sebesar 10.000 dolar atau 70 juta rupiah hasil pinjaman dari bank.
Sekuat-kuatnya mereka optimis tetap saja hal itu membuat mereka down.
Segala bisnis yang mereka coba selalu gagal mulai dari success forever yang
tertipu, bisnis penjilidan dan percetakan, Tianshi bahkan sampai saham semua
menanggung kerugian yang tidak sedikit bahkan hampir menguras habis tabungan
mereka.
Lulus Kuliah
Pada bulan Juli 2002 Merry Riana lulus dari Nanyang Technological
University (NTU) dengan predikat Second Upper Honours dengan nilai-nilai yang
gemilang. Walaupun sehari-harinya Merry sibuk dengan berbagai pekerjaan dan
bisnis, Merry tetap bertanggung jawab dengan studinya. Hal ini membuat orang
tuanya semakin bangga.
Saat itu mamanya bertanya “ Lalu apa rencanamu Ria? (panggilan Merry Riana
dalam keluarga)”. ” Ria akan berbisnis, Ma.” Jawabnya “Bisnis apa nak?” mamanya
bertanya lagi. “Sales... tapi belum tahu apa.” Jawab Merry Riana. “Apa??
Sales?? Kamu sekolah jauh-jauh dan lulus dengan nilai yang baik ujung-ujungnya
jadi sales? Mau jadi apa kamu kelak nak.” Mamanya mulai menangis. Demi
menenangkan mamanya, akhirnya Merry mencari jalan tengah bahwa ia menjadi sales
selama 3 bulan, jika menunjukkan tanda sukses dia akan meneruskan. Tetapi jika
gagal dia akan melamar pekerjaan sesuai kehendak mamanya.
Menjadi Sales
Merry Riana yang sadar bahwa pilihan kerjanya akan oleh ditertawakan
teman-temannya tetap melanjutakn pilihan kerjanya, dengan bekerja sebagai agen
penjual asuransi Prudential. Pada hari-hari pertama kerjanya ia harus menghubungi
100 orang setiap harinya untuk menawarkan produknya. Namun seelah dievaluasi
cara ini kuarng efektif . Akhirnya Merry memutuskan cara lain dengan street prospecting (berjuang dijalan)
bersama rekan setimnya Alva Tjenderasa, mengingat
budaya Singapura yang sering berjalan kaki menuju tempat kerja entah itu bos
atau pegawai biasa maka prospek di jalan dianggap pilihan yang bagus
Merry mulai menemui setiap orang dan menjelaskan produk keuangannya. Dari
10 orang yang ditawari hanya 1 yang mau dijelaskan lebih lanjut. Alva bagian
mencatat data orang tersebut. Setelah dilakukan berulang ulang akhirnya
terbentuklah rumus dari 20 orang yang di tawari 2 bersedia mendengarkan lebih
lanjut dan 1 bersedia invest atau gabung asuransi atau kartu kredit.
Setiap hari Merry dan Alva melakukan 20 presentasi, mengejar-ngejar orang
agar mau mendengarkan presentasi mereka. Sering diacuhkan orang, ditolak
mentah-mentah. Dan yang paling membuat down adalah saat bertemu dengan teman
sesama alumni NTU yang selalu mencibirnya dengam pilihan pekerjanya. Menghadapi
penolakan yang sering menyakitkan hati dan mempertaruhkan harga diri. Tapi
banyak juga yang memberi respons positif dan akhirnya deal.
Bulan pertama ia mendapat bonus 500 dolar, bulan kedua tidak jauh beda.
Bulan ketiga ia dan Alva tancap gas. Merry semakin agresif melakukan presentasi
karena ini adalah pembuktian janjinya kepada orang tuanya. Dan jika ingin
mendapat penghasilan tetap setiap bulannya maka mereka harus mencapai level
manajer selama 3 tahun berturut-turut yaitu setiap tahun harus mengumpulkan
nasabah dengan jumlah total investasi minimal 100 ribu dolar, padahal kebanyakan
orang hanya mau berinvestasi sekitar 100 dolar per orang jadi Merry harus
mencari nasabah tiap tahunnya 1000 orang .
Menjadi Manajer
Bulan Desember 2002 adalah bulan penentuan, selain itu adalah bulan ketiga
dari janjinya ke mamanya, bulan itu juga bulan terakhir seorang sales produk
keuangan mencapai targetnya karena dibulan itu jika total seluruh investasi
kliennya mencapai 100 ribu dolar maka di tahun 2004 jabatannya meningkat
menjadi manajer. Itu artinya ia sudah bisa mendapatkan penghasilan tetap tiap
bulannya, dan juga bisa merekrut anak buah .
Di bulan Desember itu total investasi nasabah yang diperoleh Merry adalah
75 ribu dolar dan waktu yang tersisa hanya 2 minggu. Merry pasrah tapi tetap
melakukan disiplinnya 20 presentasi per hari dan minimal 1 deal per hari. Karena
kegigihanya munculah keajaiban, seorang nenek 60 tahun yang tertarik untuk
berinvestasi, Merry mengira mungkin sang nenek akan berinvestasi 100 dolar.
Tetapi betapa terkejutnya Merry saat sang nenek menyodorkan dana sebesar 100
ribu dolar. Seketika itu bahagia sekali hati Merry, karena targetnya pada tahun
2002 terpenuhi. Hampir bisa dipastikan Merry akan mencapai level manajer di
tahun 2004. Rekan sesama sales banyak yang terkejut dengan pencapaian ini.
Seorang sales baru, masih muda pula, berhasil mencapai target yang
mencengangkan.
Melunasi Hutang Pendidikan
Suatu siang di bulan April 2003, Merry mengecek saldo tabungannya ada 40
ribu dolar, ia teringat akan hutang pendidikannya sebesar 40 ribu dolar. Segera
ia menuju DBS bank yang memberinya pinjaman dana pendidikan dan melunasinya
saat itu. Sebetulnya pemerintah Singapura memberi kelonggaran untuk mencicil
melalui pemotongan gaji setiap bulan, tapi menurut Merry segera terbebas dari hutang
akan lebih baik dan lebih lega. Jadi belum genap 1 tahun usia kelulusan Merry,
ia sudah bisa melunasi hutangnya dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa
dibantu orang tua.
Menjadi President Star Club
Seorang sales produk keuangan, jika bisa meraih pencapaian yang
mencengangkan akan dinobatkan menjadi President Star Club yaitu sebuah
penghargaan prestisius dan diakui dunia. Tahun 2004 adalah tahun yang dinamis
bagi Merry Riana. Selain mencapai level manajer, ia juga dinobatkan menjadi
President Star Club. Selain mendapat gelar pencapai target terbaik untuk
kategori sales baru dan kategori seluruh jajaran sales senior, Merry juga
menjadi seorang sales dengan jumlah nasabah terbanyak. Ini membuktikan bahwa
total investasi itu diraih Merry dengan mengumpulkan banyak nasabah bukan
karena ia kenal dengan orang-orang kaya yang berinvestasi langsung banyak tapi
karena kerja kerasnya.
Meraih 1 Juta Dolar Pertama
Etos kerja keras dan fokus yang dimiliki Merry Riana akhirnya membawanya
pada penghasilan besar yang dimiliknya. Akhirnya Pada tahun 2006, penghasilan
Merry Riana telah menembus 1 juta dolar atau 10 miliar rupiah. Fantastis dan Merry
pun dinobatkan menjadi profesional termuda dengan penghasilan besar di
Singapura.
Merry Riana, Mimpi Sejuta Dollar
4/
5
Oleh
Unknown