Peristiwa
Madiun 18 September 1948 adalah sebuah rangkaian peristiwa pertikaian politik
dan idiologi yang menjangkiti Indonesia terkait Perang Dingin antara Uni Soviet
yang Komunis dan Amerika Serikat yang Liberalis-Kapitalis. Setelah Kanbinet
Amir Sjarifoeddin II Jatuh. Hatta yang berkuasa sejak akhir Januari 1948 berusaha
menjalin hubungan serta mencari dukungan internasional untuk mengakhiri
penjajahan Belanda atas Indonesia. Salah satunya adalah meminta bantuan pada
Amerika Serikat.
Pada bulan Juli 1948 tersiar sebuah kabar rahasia yang menyatakan adanya Pertemuan
sarangan yang isinya terkait rencana pembasmian kaum merah (Komunis) yang
sedang berkembang pesat di Jawa turut mempercepat kudeta Madiun 1948. Pada Het Corps Algemene Politie te Batavia
laporan yang sangat rahasia bertanggal 1 April 1948 dan berbunyi antara lain se
bagai berikut: "Sementara itu telah diadakan pertemuan rahasia antara
Graham, Sukarno dan Sukiman. Graham menyatakan, bahwa Indonesia dianggap layak
untuk dimasukkan dalam pelaksanaan bantuan rencana Marshall (Marshall-plan) untuk Asia Tenggara dan
agar supaya pemerintah membendung semua kegiatan Sayap Kiri".
Seiring
dengan peristiwa itu John Coast, G. Hopkins dan 5 orang "diplomat"
Amerika Iainnya dipindalikan dari Bangkok dan New Delhi ke ibukota RI.
Pemindahan mereka ini bukan kebetulan.
Kemudia tersiar kabar pada
tanggal 21 Juli 1948 secara rahasia telah diadakan pertemuan di hotel "Huisje
Hansje" Sarangan (Madiun). Pertemuan itu dihadiri oleh: Gerald
Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran (wakil baru Amerika,
pengganti Graham, dalam Komisi Jasa-jasa Baik), Sukarno, Hatta, Sukiman (ketua
Masyumi dan menteri dalam negeri), Mokhamad Rum (anggota Masyumi) dan Kepala
Polisi Sukanto (menurut: Roger Vailland dalam buku "Borobudur").
Dalam pertemuan ini tidak hadir orang dari PNI. Dalam pertemuan Sarangan ini,
yang belakangan terkenal dengan sebutan "Perundingan Sarangan",
dihasilkan "Red Drive Proposals" atau Rencana Pembasmian Kaum
Merah".
Setelah
pertemuan Sarangan ini, atas laporan Cochran, State Department (Kementerian
Luar Negeri A.S.) berpendapat bahwa posisi Hatta harus cepat diperkuat agar
supaya dapat menahan perkembanaan Komunisme. Setelah pertemuan Sarangan ini
pula Kepala Polisi Sukanto dikirim ke Amerika untuk mengurus bantuan. Temyata
tidak tanggung-tangggng bantuan yang diterima oleh Hatta: 56 juta dollar AS
dari State Department Amerika. Uang ini oleh Hatta antara lain untuk
memperlengkapi pasukanan dalan Pemerintah, divisi Siliwangi.
Jadi
pernyataan Hatta di depan BP-KNIP yang berbicara : "Mestikah kita bangsa Indonesia, yang
memperjuangkan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih antara pro Rusia dan
pro Arnerika?",
maka
peristiwa diatas menjawab kearah mana politik luar negeri Hatta membawa bangsa
Indonesia selama pemerintahanya untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia
seutuhnya.
Red Drive Proposals - Perundingan Sarangan 21 Juli 1948, Mitos Amerika Serikat di Kaki Gunung Lawu
4/
5
Oleh
Unknown