Uni Eropa (EU) merupakan organisasi regional
yang cukup maju dan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Meskipun
berada dalam satu payung organisasi, tidak berarti bahwa hubungan antar anggota
EU selalu berjalan mulus. Misalnya hubungan Jerman dan Perancis yang dulu
sempat memanas selama berabad-abad. Hubungan antara kedua negara ini mengalami
masa yang paling dramatis, selama Perang Dunia I dan II, khususnya terkait
dengan tindakan keji yang dilakukan rezim diktator Nazi (Kedutaan Besar
Perancis di Indonesia dan Timor Leste, n.d). Namun penandatanganan Traktat
Elysée pun akhirnya terjadi antara Konrad Adenauer dan Charles de Gaulle pada
tanggal 22 Januari 1963, dimana perjanjian tersebut merupakan komitmen kedua
negara untuk mencapai kesamaan pandangan terkait isu di bidang ekonomi,
politik, dan budaya. Jerman dan Perancis pun telah berhasil mencapai
rekonsiliasi dengan baik, dan traktat tersebut telah mendorong terciptanya
persahabatan dan kedekatan antara keduanya. Keduanya pun membentuk Lembaga
Perancis-Jerman untuk urusan Pemuda yang bertujuan mempertemukan pemuda dari kedua
negara agar bisa saling berinteraksi dan bertukar pikiran.
Dalam kerangka
“Segitiga Weimar”, kedua negara juga mendapat dukungan dari Polandia terkait
integrasi Eropa. Meskipun kerap memiliki posisi berbeda menyangkut isu-isu
tertentu, namun Perancis dan Jerman telah mampu membuktikan bahwa keduanya bisa
memahami posisi masing-masing dan bersedia mencari penyelesaian masalah yang
bisa diterima kedua belah pihak (Kedutaan Besar Perancis di Indonesia dan Timor
Leste, n.d). Jerman dan Perancis berkomitmen untuk mewujudkan demokrasi dan
kebebasan di Mali, sehingga negara ini mampu memutuskan nasibnya
sendiri.Hubungan yang kurang harmonis terjadi antara Jerman dan Inggris.
Hubungan keduanya mengalami ketegangan menyusul klaim bahwa kedutaan Inggris di
Berlin digunakan untuk memata-matai Jerman. BBC edisi 8 November 2013 bahkan
melansir bahwa salah seorang menteri senior Jerman mengatakan pemerintah Jerman
tengah mengalami krisis kepercayaan terhadap Inggris dan tidak akan ada lagi
‘business as usual’ antara keduanya (BBC, 2013).
Pada bulan Juni 2003, European
Council menyatakan bahwa ‘masa depan Balkan Barat termasuk Bosnia dan
Herzegovina adalah di tangan EU’. Tiga tahun setelahnya, tepatnya 16 Juni 2008,
EU dan Bosnia-Herzegovina menandatangani Stabilization and Association
Agreement (SAA) yang merupakan langkah awal permohonan menjadi anggota
EU (Ateş, 2011). SAA merupakan wujud kebijakan EU untuk terlibat di Bosnia. EU
meyakini bahwa jika kawasan Bosnia-Herzegovina stabil, maka keamanan dan
stabilitas Uni Eropa pun akan terjaga. EU pun membentuk sejumlah institusi
untuk menstabilkan Bosnia, diantaranyaEuropean Commission Delegation, EUFOR,
EUSR, dan EUPM. European Commission Delegationdibentuk
tahun 1996. EU-Force (EUFOR)-Operation Althea merupakan
pengerahan militer di Bosnia-Herzegovina untuk mengawasi pelaksanaan operasi
militerDayton Agreement, menyusul berakhirnya misi NATO di
Bosnia-Herzegovina (SFOR), EU pun meluncurkan EUFOR pada tanggal 2 Desember
2004 (Ateş, 2011).EU Special Representative (EUSR) merupakan
organisasi yang memastikan berjalannya pendekatan EU terkoordinir untuk
membangun perdamaian dan stabilitas yang mandiri dengan membantu negara
berkembang melebihi implementasi damai menuju integrasi Eropa. EU
Plolicy Mission (EUPM) merupakan institusi yang bertugas memonitor
pembangunan kepolisian yang berkelanjutan, profesional, dan multienis di Bosnia
(Ateş, 2011). Keterlibatan EU di Bosnia menunjukkan adanya peningkatan komitmen
untuk mempromosikan demokrasi, rule of law, dan hak asasi
manusia.
EU memiliki sejumlah kerjasama dengan
non-anggota EU. EU memiliki Kebijakan Kawasan Eropa (European Neighbourhood
Policy/ENP) yang mencakuplebih dari perjanjian dan kerjasama perdagangan,
dintaranya ikatan politik, peningkatan integrasi ekonomi, dan peningkatan
mobilitas dan hubungan warga negara. ENP ini semakin lengkap dengan adanya
Kemitraan Timur, yakni upaya peningkatan hubungan politik dan perdagangan
antara EU dengan Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Georgia, Moldova, dan Ukraina
(Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN, n.d). EU
juga memiliki kebijakan “Sinergi Laut Hitam” yang berlaku sejak 2008, yang mana
strategi tersebut menstimulasi reformasi demokrasi dan ekonomi di kawasan Laut
Hitam sekaligus menyuarakan pembangunan serta mendorong resolusi konflik secara
damai. Di samping berfokus pada kawasan Eropa dan sekitarnya, EU juga menjalin
kerjasama dengan negara-negara Asia Tengah, yakni Kazakhstan, Kirgiztan,
Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, untuk memberantas penyelundupan
obat-obatan terlarang, meningkatkan pengelolaan perbatasan, dan kerjasama
menyangkut pendidikan, energi, supremasi hukum, lingkungan hidup, air, dan
transportasi (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN,
n.d). EU memiliki tiga negara Dewan Arktika diantara anggotanya, yang mana
kebijakan EU menyangkut Arktika berfokus pada tiga sasaran, yakni melindungi
dan melestarikan kawasan Arktika bekerjasama dengan penduduknya; menggalakkan
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan; dan memperkuat kerjasama
internasional. Kemitraan Eropa-Mediterania (Euro-Mediterranean Partnership/EUROMED)
dibentuk untuk menstimulasi integrasi ekonomi dan reformasi demokrasi di 16
negara tetangga yang terlatak di sebelah selatan EU, yakni kawasan Afrika Utara
dan Timur Tengah. Tujuan dibentuknya EUROMED adalah memulihkan Laut Mediterania
dari pencemaran, peningkatan hubungan transportasi laut dan darat,
mengantisipasi dan menangani bencana alam, mengembangkan energi surya, dan
sebagainya. EU bersama Norwegia, Islandia, dan Rusia pun menggalang kerjasama
di bidang lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial, budaya,
transportasi, dan pangan (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei
Darussalam, dan ASEAN, n.d).
Terkait keinginan Turki untuk bergabung
sebagai anggota EU, Jerman membuka kesempatan Turki untuk bergabung. Jerman
dikabarkan siap memulai negosiasi keanggotaan Turki, setelah sempat protes atas
kekerasan aparat Turki terhadap demonstran anti-pemerintah pada bulan Juni
2013. Proses negosiasi direncanakan bulan Noveember 2013, dimana keputusan ini
disambut baik oleh Turki (Anggoro, 2013). Reuters edisi 21
Oktober 2013 melansir bahwa Menteri Urusan EU Turki, Egemen Bagis, menyatakan
Turki telah memiliki standar demokrasi dan penegakan HAM yang setara dengan
anggota EU lainnya, sehingga sebenarnya tidak ada alasan bagi EU untuk menolak
Turki. Sejak 1987, Turki telah mendaftar sebagai anggota EU, namun karena
banyaknya agenda politik negara anggota EU yang lain, jalan Turki menuju EU pun
tidak mulus. Salah satunya adalah kasus sengketa Turki dengan Siprus yang
membuat Siprus menolak Turki untuk masuk menjadi anggota EU (Anggoro, 2013).
EU juga memperkuat kerjasama dengan
organisasi regional lainnya. Selama lebih dari tiga puluh tahun, EU dan ASEAN
telah mengembangkan kerjasama yang cukup erat. Kedua organisasi ini memiliki
program kerjasama dengan tujuan yang sejalan, yakni menyangkut perdamaian,
stabilitas, dan kesejahteraan. Keduanya juga memperkuat kerjasama multilateral
untuk menyelesaikan beragam persoalan (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia,
Brunei Darussalam, dan ASEAN, n.d). Tahun 2008, total nilai perdagangan antara
keduanya telah menembus € 135 miliar yang menjadikan EU sebagai mitra dagang
terbesar kedua ASEAN setelah Jepang. Selain mengucurkan dana sebesar € 1,3
miliar selama periode tahun 2007-2013 kepada setiap egara anggota ASEAN, EU
juga mengeluarkan € 70 juta di tingkat regional melalui Sekretariat ASEAN untuk
mendukung integrasi ASEAN. Masing-masing negara anggota EU juga mengucurkan
dana kepada ASEAN. Bantuan-bantuan di atas membuat EU menjadi donor
terbesar bagi ASEAN (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan
ASEAN, n.d). Komitmen EU untuk melakukan kerjasama multilateralisme juga bisa
dilihat dari relasi yang dijalin dengan PBB. Kerjasama antara keduanya
menyangkut development, mengatasi perubahan iklim, peace
building di daerah konflik, bantuan kemanusiaan di wilayah krisis,
memerangi korupsi dan kejahatan, masalah buruh, kesehatan global seperti
HIV/AIDS, dan budaya (European Union, n.d). EU aktif berperan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan UN Conventions and Protocolsdan
aktif ambil bagian dalam konferensi global yang digelar PBB, misalnya World
Summit on Information Society, Kobe Disaster Reduction Conference, dan
sebagainya.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa EU telah mengembangkan sayapnya dan membuktikan eksistensinya sebagai
organisasi regional berskala internasional. Sebagai organisasi regional, EU
tidak hanya berfokus pada pengembangan organisasi secara internal, tetapi juga
secara eksternal. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah kerjasama yang dilakukan
EU dengan negara-negara di luar kawasan EU. EU juga telah menunjukkan
pengaruhnya dengan menjadi mitra dagang terbesar kedua ASEAN setelah Jepang.
Penulis memandang bahwa apa yang telah dilakukan EU adalah bentuk perluasan
kebijakannya demi menjadi organisasi regional yang mampu berpengaruh dalam
konstelasi internasional. Tidak bisa dipungkiri bahwa EU adalah organisasi
regional yang besar dan telah menjadi contoh bagi organisasi-organisasi
regional di belahan bumi yang lain.
Referensi
Anggoro,
Wahyu Dwi (2013) Jerman Buka Kesempatan Turki Gabung Uni Eropa [WWW]
Available from: http://international.okezone.com/read/2013/10/21/414/884431/jerman-buka-kesempatan-turki-gabung-uni-eropa [Accessed
28/12/13]
Ateş,
Gürkan (2011) EU’s Policy towards Bosnia-Herzegovina [WWW]
Available from: http://www.gurkanates.com/index.php?option=com_content&view=article&id=11:eus-policy-towards-bosnia-herzegovina&catid=8:uluslararasi-lkler&Itemid=17 [Accessed
28/12/13]
BBC
(2013) Strained Relations between Germany and UK [WWW]
Available from:http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-24874739 [Accessed
28/12/13]
Delegasi
Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN (n.d) Kebijakan-kebijakan
utama UE - Wilayah [WWW] Available from:http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/key_eu_policies/regions/index_id.htm[Accessed
28/12/13]
European
Union (n.d) The EU’s Relations with the United Nations [WWW]
Available from:http://eeas.europa.eu/organisations/un/index_en.htm [Accessed
28/12/13]
Kedutaan
Besar Perancis di Indonesia dan Timor Leste (n.d) Jerman dan Perancis
Mengabdi untuk Eropa, Lebih dari Sebelumnya! [WWW] Available from:http://www.ambafrance-id.org/Jerman-dan-Perancis-mengabdi-untuk [Accessed
28/12/13]
Dinamika Perluasan Keanggotaan Uni Eropa (EU)
4/
5
Oleh
Unknown