Jerman merupakan salah satu kekuatan besar
yang memegang kendali di Eropa pada masa kini. Sejarah mencatat bahwa Jerman
merupakan negara dengan agresivitas tinggi. Hal ini terbukti dengan
keterlibatannya di dua perang besar, Perang Dunia I dan II. Meskipun sempat
berada pada titik nadir dengan kehidupan internal yang kacau akibat perang, nyatanya
negara ini bertumbuh dengan kekuatan ekonomi dan militer yang cukup mumpuni
pada era Perang Dingin. Demi memulihkan citranya di hadapan negara-negara Eropa
sebagai negaratrouble maker di dua perang dunia, Jerman pun
bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1967 dan menjadi salah satu kekuatan yang
cukup disegani.
Imperium Jerman dimulai pada tahun 1871.
Didirikan oleh Otto van Bismarck, German Reichatau imperium Jerman memiliki
kapabilitas militer laut yang sangat kuat, ditambah dengan gaya kepemimpinan
yang lekat dengan liberalisme yang kemudian berubah menjadi nasionalisme.
Kepemimpinan Bismarck ini menjadi salah satu yang disegani di Eropa, dimulai
dengan kemenangannya atas Perancis saat Perang Franco-Prusia pada tahun 1871
(Adolf, 2007). Saat itu, Jerman juga menjadi hegemon ekonomi di Eropa dan
berupaya melindungi minoritas melalui tindakan aneksasi. Dapat dilihat disini
bahwa agresivitas Jerman pada Perang Dunia I dan II telah ada sejak berdirinya
imperium Jerman.
Imperium ini berakhir pada tahun 1918 karena
kekalahannya pada Perang Dunia 1 (Adolf, 2007) dan digantikan oleh Weimar
Republic. Republik ini melahirkan partai sosialis dan komunis. Namun
sejak tahun 1920 hingga 1930an, partai Republik mendapat dukungan dan suara
yang cukup tinggi yang membuatnya mendominasi dan menjadi pemimpin parlemen.
Namun, dominasi partai ini tidak bertahan lama. Pasca tahun 1930an, pendukung
dan pemilih partai Republik mulai surut, sehingga posisinya digantikan oleh
partai berideologi Marxis (Conradt, n.d). Pada masa ini pula keadaan internal
Jerman mulai porak poranda, sehingga pada saat pemilihan, partai Nazi pun
menang dan mendominasi parlemen Jerman. Pada masa ini pula salah seorang
negarawan Jerman, Gustav Stresemann, berupaya mengembalikan citra Jerman yang mulai
hancur dengan keterlibatannya dalam Pakta Locarno dan Pakta Briand-Kellog
(Tonge, n.d). Hubungan baik dengan negara-negara Barat pun mulai diinisiasi
yang berhasil membuat AS percaya untuk menggelontorkan dana yang besar pada
Jerman. Masa ini tidak bertahan lama. Seiring jatuhnya perekonomian AS karenaGreat
Depression, Jerman pun mulai kehilangan sumber pendanaan.
Dilantiknya Hitler sebagai kanselir jerman
pada tahun 1933 membawa Jerman pada paham beraliran fasisme. Hitler juga turut
andil untuk mengembangkan rasa kebencian Jerman kepada bangsa Yahudi yang
dianggap menjadi aktor yang membawa kehancuran Jerman pada masa sebelumnya dan
keinginannya untuk memurnikan bagsa Arya dari ras Yahudi. Berdasar teori Lebensraum yang
dikemukakan Karl Hausshofer, Hitler pun mulai menganeksasi wilayah lain demi
perluasan kekuasaan (History Learning Site, 2012). Hitler juga mulai
menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin fasis negara lain seperti Mussolini
dari Italia dan Kaisar Hirohito dari Jepang. Aliansi ketiganya berkontribusi
besar pada meletusnya Perang Dunia II.
Jerman kembali tidak beruntung dan mengalami
kekalahan pada Perang Dunia II. Hal ini membuat dijatuhkannya sanksi kembali
kepada Jerman, yang dimanifestasikan dalam Perjanjian Postdam. Dalam perjanjian
tersebut, wilayah administratif Jerman pun dibagi-bagi dan diperintah oleh
negara pemenang perang. Pada tahun 1949, Jerman dibagi menjadi dua, Jerman
Barat dan Jerman Timur, yang dibatasi oleh Tembok Berlin. AS, Inggris, dan
Perancis menduduki Jerman Barat dengan berpusat pada sungai Bonn dan Rhine,
sedangkan Rusia menduduki Jerman Timur dengan berpusat pada Berlin Timur. Saat
USSR runtuh yang menandai berakhirnya perang Dingin, reunifikasi Jerman pun
terjadi dan kemudian berfokus pada upaya perbaikan dari segi ekonomi dan
politik yang sempat hancur karena perang (Conradt et al, 1993).
Pendudukan AS, Inggris, dan Perancis di
Jerman Barat membuat budaya politik kawasan ini pun menjadi terpengaruh
liberalisme, sementara budaya politik Jerman Timur yang diduduki Rusia pun
lekat dengan nilai komunisme. Pada masa kini, Jerman banyak menganut bentuk
pemerintahan federal parlementer dan sistem bikameral, dimana negara ini
terbagi menjadi 16 bagian. Budaya politik pemerintahan Republik Federal Jerman
yang begitu lekat saat ini adalah anti-ekstremisme dan open civil
society. Prinsip anti-ekstremisme ini dimanifestasikan dengan
dibentuknya Offices For Protection and Constitution (Leggewie,
n.d). prinsip ini merupakan bukti bahwa Jeman ingin belajar dari masa lalu
dengan bertanggungjawab atas tragedy Holocaust, dan member
kompensasi pada forces labourers.Trauma akan perang membuat pemuda
Jerman menjadi generasi yang anti-perang. Sejak tahun 1960an, demokrasi
ekstensif telah mengarahkan Jerman dari yang dulunya otoriter menjadi negara
dengan masyarakat terbuka dan partisipatif. Perubahan ini dikarenakan kegagalan
mata uang dan perekonomian Jerman (Leggewie, n.d).
Perpolitikan internal Jerman diwarnai oleh
sejumlah partai politik. CDU/CSU dan SPD merupakan dua partai populer besar
yang mendominasi. Selain itu, terdapat juga partai nasional, yakni FDP dan Greens
Party, serta PDS, sebuah partai regional di Jerman bagian timur. Saat
ini, Jerman dipimpin olejh kanselir Angela Merkel yang berasal dari CDU.
Presiden Federal dan Mahkamah Konstitusi berada pada reputasi tertinggi,
sebaliknya reputasi partai dan parlemen menurun tajam beberapa kali (Leggewie,
n.d). dalam Basic Law,kanselir federal dari mulai Konrad Adenauer
hingga Angela Merkel, semuanya memiliki status khusus. Hal ini berbeda dengan
parlemen tradisional. Jerman juga dianggap sebagai negara yang memiliki self-administration yang
bagus dan inddependensi Lander dalam demokrasi federal. Namun,
kini Jerman mengakami krisis demografi akibat banyaknya warga Jerman yang
menolak untuk memiliki anak yang ditambah dengan tingginya tingkat migrasi. Hal
ini mengakibatkan banyaknya pekerja dengan usia tidak produktif.
Industri Jerman bertumbuh dengan pesat.
Jerman juga memiliki peran yang cukup signifikan dalam Uni Eropa (EU). Jerman
masuk dalam keanggotaan EU pada tahun 1967, hal ini dilakukan demi memulihkan
citranya yang sempat memburuk akibat kontribusinya dalam meletusnya Perang
Dunia I dan II. Pembentukan ECSC (European Coal and Steel Community)pada
tahun 1951 tidak lepas dari peran Jerman. Tujuan pembentukan ECSC adalah
mengubah bahan mentah menjadi instrument perdamaian. Jerman juga terlibat dalam
Perjanjian Schengen, suatu perjanjian yang memudahkan perpindahan penduduk ke
negara-negara EU tanpa menggunakan visa. Bergabungnya Jerman dalam EU menjadi
pijakan Jerman agar semakin eksis dalam percaturan internasional. Hal ini
dibuktikan dengan kebijakan luar negerinya tahun 1990an untuk mengarahkan
pengintegrasian dan pengembangan sayap EU (Belkin, 2009). Merkel turut terlibat
dalam proses pengembangan Common Foreign and Security Policy dan European
Security and Defense Policy yang bertujuan mengintegrasikan
aspek-aspek pertahanan untuk menghadang ancaman instabilitas keamanan. Merkel
juga berupaya mempererat hubungan dengan AS dalam sektor perdagangan dan
pemberantasan terorisme lewat maksimalisasi peran NATO (Belkin, 2009).
Dari pemaparan di atas, dapat diketaui bahwa
agresivitas Jerman telah ada sejak masa imperium. Jerman juga berkontribusi
terhadap meletusnya Perang Dunia 1 dan II. Meskipun sempat jatuh akibat perang,
Jerman telah berhasil bangkit dan membangun kekuatan ekonomi politiknya. Trauma
mendalam akibat perang membuat warga Jerman kini menjadi generasi anti-perang.
Dalam mengambil kebijakan luar negeri, Jerman kini lebih berhat-hati dan
mereduksi agresivitasnya. Hal ini dilakukan agar dunia internasional bisa ‘mengampuni’
kesalahan Jerman di masala lalu dan untuk menjaga citranya yang sempat buruk
akibat perannya dalam dua perang dunia.
Referensi
Artikel
Conradt,
David.P, Gerald R. Kleinfeld. Et al. 1995. Germany’s New Politics.
Oxford : Bergahn Books
Web
Adolf,
Gustav (2007) The German Empire [WWW] Available from:http://www.allempires.com/article/index.php?q=german_empire
Belkin,
Paul. 2009. German Foreign and Security Policy: Trends and
Transatlantic Implications. Analyst in European Affairs [WWW]
Available from:http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34199.pdf
History
Learning Site (2012) Nazi Germany [WWW] Available from:http://www.historylearningsite.co.uk/Nazi%20Germany,htm
History
Learning Site (2012) Propaganda in Nazi Germany [WWW]
Available from:http://www.historylearningsite.co.uk/propaganda_in_nazi_germany,htm
Sejarah Perkembangan Jerman
4/
5
Oleh
Unknown