Friday, January 22, 2016

Makau, Las Vegas dari Asia

Maka atau Macau, adalah salah satu dari dua daerah administrasi khusus dari Republik Rakyat Cina, selain Hong Kong. Kota Makau merupakan sebuah kota di Asia yang terkenal akan kehidupan malam dan judinya. Dapat dibilang bahwa Macau adalah sebuah Las Vegas-nya Asia, karena perekonomian wilayah ini memang sangat tergantung pada kegiatan perjudian dan pariwisata kotanya.

Wilayah dan Penduduk
Macao adalah sebuah kawasan kecil dengan luas sekitar 29 km persegi dan berlokasi di lepas pantai Provinsi Guangdong serta memiliki garis pantai sepanjang Laut Cina Selatan.
Wilayah ini memiliki sejumlah titik sejarah yang menarik, seperti patung dewi A-Ma yang terbuat dari batu giok putih setinggi 20 m, berbagai kapel & gereja Portugis, dan benteng dari abad 16 dan 17.
Wilayah Makau dibagi dalam 4 Distrik yang terdiri dari beberapa Sub Distrik sebagai berikut,
Distrik
Sub Distrik
Metro Makau
Paroki Santo Anthony

Paroki Santo Lazarus

Paroki Santa Lawrence

Paroki Katedral

Paroki Ibu Kami Fatima
Pulau Taipa
Paroki Ibu Kami Karmo
Pulau Cotai
Paroki

Paroki Santo Fransiskus Xavier

Penduduk Makau kebanyakan bertutur dalam Bahasa Kantonis; selain itu, Bahasa Mandarin, Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris juga digunakan.

Sistem Pemerintahan
Sesuai dengan kebijakan China yang menjalankan poilitik “satu negara dua sistem” maka Makau memiliki otonomi khusus yang luas dalam menjalankan kebijakan dalam negerinya seperti ekonomi, sosial dan budaya sementara pertahanan, keamanan dan politik luar negeri dipegang oleh China

Pemerintahan Makau dijalankan oleh seorang Kepala Eksekutif yang dipilih langsung oleh rakyat Makau didampingi oleh Sekretaris Pemerintahan dan Kehakiman yang ditunjuk oleh Pemerintah China.

Selain itu Makau juga memiliki Parlemen terpisah dari China yang dipilih oleh rakyat Makau melalui Pemilu.

Sementara Sistem Peradilan Maku dijalankan oleh Pengadilan Independen yang menggunakan perundang-undangan Portugal yang telah beberapa kali direvisi oleh Parlemen Makau


Sejarah Makau
Daerah ini diperkirakan telah dihuni sekitar 4000 tahun SM meskipun tidak diketahui identitas pemukim awal wilayah tersebut. Makau kemudian menjadi bagin dari kebudayaan China pada tahun 1000 SM. Ketika dinasti Qin berkuasa pada abad ke-2 SM, pulau ini dimasukkan dalam wilayah kekaisaran. Selama periode tersebut, Macao sebagian besar dimanfaatkan sebagai titik perberhentian oleh pedagang, dengan sedikit, jika ada, pemukim permanen.

Pada abad ke-13, ketika Mongol menyerbu Cina, sejumlah besar pengungsi dari dinasti Song melarikan diri ke Makau Selama beberapa abad berikutnya, wilayah tersebut tumbuh perlahan dan menjadi pos perdagangan penting regional, tetapi tetap relatif kecil dan kurang berkembang.

Selama Perang Dunia II, Macao tetap menjadi pelabuhan netral dan untuk waktu yang singkat menikmati ledakan ekonomi, meskipun segera kembali ke kondisi semula.

Sejarah Portugis di Makau
Portugal tiba di Makau pada tahun 1557, tidak lama selepas mereka menguasai  Melaka pada tahun 1511 dan Timor Timur setelah itu. Penguasaan Portugal atas Makau diawali pada tahun 1670, Portugal menyewa kawasan ini dari kerajaan China karena memandang daerah ini sebagai lokasi yang baik untuk memperluas pengaruh perdagangan regional mereka.

Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa Cina tetap merupakan sebagai pemilik tetapi Portugis berhak mengendalikan penuh pulau tersebut.

Makau lantas kemudian tumbuh menjadi titik perdagangan penting, khususnya dalam perdagangan antara Cina dan Jepang, yang difasilitasi oleh Portugis.

Pulau ini pernah pula beberapa kali diserang oleh Belanda di awal abad ke-17, namun berhasil dipatahkan karena memiliki sistem pertahanan yang baik.

Ketika Jepang menutup diri terhadap Barat pada pertengahan abad ke-17, kondisi ekonomi Macao juga terus menderita.

Ketika Cina kemudian membuka perdagangan ke sejumlah negara Barat lainnya, kondisi Macao bahkan lebih terpukul lagi.

Wilayah ini mengalami periode penurunan yang buruk dan mencapai titik nadir pada pertengahan abad ke-19 ketika Inggris mengakuisisi Hong Kong karena para pedagang lebih suka singgah pelabuhan Victoria di Hong Kong daripada di Makau. Pada tahun 1849, Portugis menyatakan Makau sebagai wilayah kekuasaanya dan berhenti membayar sewa pada China kemudian China menyerang Makau namun kalah hingga mengakui wilayah Makau sebagai bagian Portugal pada tahun 1887.

Pada tahun 1955, terjadi kudeta di Potugal yang menumbangkan sistem monarki disana, Rejim Salazar menempatkan posisi Makau bersama dengan wilayah jajahan lain Portugal sebagai 'provinsi seberang laut' Portugal.

Pada tahun 1966 meletus sebuah gerakan massa oleh penduduk asli Makau yang mayoritas merupakan etnis China untuk menuntut persamaan hak pada semua penduduk Makau tanpa terkecuali yang akhirnya berhasil memaksa Pemerintah Portugal mengabulkan permintaan demonstran melalui permintaan maaf disertai perubahan kebijakanya sejak 3 Desember 1966.

Selepas meletusnya Revolusi Bunga di Portugal pada tahun 1974, Portugal berusaha menjadi negara demokratis dan menerapkan kebijakan yang lebih terbuka pada daerah-daerah jajahanya di seberang laut.

Pemerintah China yang sedang  mengalami reformasi ekonomi dibawah Daeng Xiao Ping berusaha menyatukan seluruh kawasan China yang belum menyatu seperti Hongkong, Makau dan Taiwan namun China tak mau melakukan kebijakan itu secara tergesa –gesa namun secara bertahap. Pada tahun 1976, Portugal memberikan Makau sebagai kawasan ekonomi khusus. Portugal dan China juga sepakat bahwa Makau sebagai kawasan yang dimiliki China tetapi diperintah oleh Portugis.

Setelah melalui serangkain perundingan panjang selama 2 tahun Inggris bersedia mengembalikan Hongkong pada China melalui Perjanjian pada tahun 1985. Setelah penyatuan Hongkong usai China berusaha mendapatkan kembali Makau dari Portugal setelah melalui perjalanan perundingan yang panjang akhirnya Portugal juga bersedia mengembalikan Makau pada China sebagai suatu kawasan otonomi khusus dengan kebijakan “satu negara dua sistem” melalui penandatanganan Joint Declaration pada tanggal 13 April 1987 , melalui perjanjian itu Makau akan kembali ke China, terhitung mulai tanggal 20 Desember 1999. Sesuai dengan isi dari Joint Declaration, Cina berjanji bahwa Macau akan  memperoleh otonomi yang luas dalam menjalankan roda pemerintahan kawasanya, kecuali dalam aspek hubungan luar negeri dan hubungan di bidang pertahanan, di mana kedua aspek tersebut akan menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat di Beijing.





Makau, Las Vegas dari Asia
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.