Kabut sebenarnya adalah awan.
Ya, bisa dibilang saat kita berjalan melewati kabut, secara harfiah bisa
dikatakan bahwa kita sedang ‘menembus awan’. Tapi bedanya, kabut ada di
permukaan bumi, sedangkan awan berada lebih tinggi. Sementara proses
terbentuknya kurang lebih sama
Seperti yang sudah kita tahu
bersama, bahwa udara di sekitar kita ini mengandung air dalam bentuk uap atau
gas. Tapi, ternyata udara hangat mampu menampung uap air dalam jumlah yang
lebih banyak. Nah, ketika didinginkan maka uap air yang tadinya ada di udara
akan mengembun sebagian. Alias, kembali ke wujudnya semula, yakni cair.
Di waktu atau tempat
tertentu, seperti perpindahan dari malam ke pagi hari, atau di lereng dan
puncak gunung, udara akan mengalami perubahan suhu. Sehingga uap air atau gas
tadi akan mencapai titik jenuh dan berubah kembali menjadi air.
Tentu saja pada awalnya air
ini hanya berupa titik-titik air yang sangat ringan. Makanya mereka bisa
melayang-layang di udara.
Karena jumlahnya yang
banyak, maka titik-titik air yang melayang ini sanggup mengganggu penglihatan
kita lho. Mereka kemudian terbagi, ada yang terus naik ke atas dan menjadi
awan, sementara titik-titik air yang lebih berat akan jatuh ke bumi dan
menempel di daun, kaca rumah, dan benda-benda lain.
Kabut yang menempel di
benda-benda sekitar kita inilah yang kemudian kita kenal sebagai embun atau
jika yang masih bertahan melayang-layang di udara, saat matahari mulai bersinar
dan udara menjadi hangat kembali, mereka akan kembali ke wujud uap atau gas.
Dan kabut pun sirna terkena sinar mentari.
Kadang-kadang ketika kabut
ini menjadi sangat tebal, bisa sangat mengganggu aktifitas manusia. Bahkan
pesawat terbang bisa batal berangkat gara-gara gangguan kabut ini. Ada dua
jenis kabut berdasar ketebalan dan jarak pandang yang bisa didapat ketika
terhalang kabut.
Bagaiman Proses Terbentuknya Kabut ?
4/
5
Oleh
Unknown