Thursday, February 4, 2016

Hugo Chávez, Pemimpin Sosialis Venezuela


Berkat kerja kerasnya dalam melakukan Gerakan revolusioner untuk melakukan perubahan sosial dan ekonomi bagi kehidupan rakyat miskin Venezuela sejak tahun 1998, Majalah Time memasukkan Hugo Chávez dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia tahun 2005 dan 2006. Dalam daftar "Pahlawan Sejarah" tahun 2006 yang disusun majalah New Statesman, ia menempati peringkat ke-11.Kemudian pada tahun 2010, majalah tersebut memasukkan Chávez dalam daftar tahunan 50 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia


Kehidupan Awal
Hugo Chavez Lahir pada tanggal 28 Juli 1954  di Sabaneta di negara bagian Barinas, Venezuela. Hugo merupakan anak keenam dari pasangan Hugo de los Reyes Chavez dan Elena Friaz. Hugo Chavez. Keluarga Chávez merupakan keturunan Amerindian, Afrika-Venezuela, dan Spanyol. Orang tuanya, Hugo de los Reyes Chávez dan Elena Frías de Chávez, adalah guru kelas pekerja-menengah bawah yang menetap di desa kecil Los Rastrojos.
Chavez semasa kecil mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Julián Pino, hobi Chávez selam sekolah adalah menggambar, melukis, bermain bisbol, dan mempelajari sejarah. Ia sangat tertarik dengan jenderal federalis abad ke-19 Ezequiel Zamora. Kakek buyutnya pernah berdinas bersama Zamora. Pada pertengahan 1960-an, keluarganya mengirim Hugo dan saudara bungsunya Adán untuk tinggal bersama neneknya, Rosa pindah ke kota Barinas supaya keduanya bisa bersekolah di SMA satu-satunya di negara bagian pedesaan ini, SMA Daniel O'Leary.

Akademi Militer (1971 -1975)
Setelah lulusa SMA, pada usia 17 tahun, Chávez masuk Akademi Ilmu Militer Venezuela di Caracas. Di Akademi, ia menjagi anggota kelas pertama yang mengikuti kurikulum baru bernama Andrés Bello Plan. Kurikulum ini dicetuskan oleh sekelompok perwira militer progresif dan nasionalis yang percaya militer butuh perubahan. Saat menetap di Caracas, ia malah melihat lebih banyak kemiskinan endemik yang dihadapi kaum pekerja Venezuela, mirip dengan kemiskinan yang dulu ia rasakan. Ia bersikeras bahwa pengalaman ini akan menjadikannya lebih semangat mengejar keadilan sosial. Ia juga mulai terlibat dalam serangkaian aktivitas lokal di luar sekolah militer, bermain bisbol dan sofbol bersama tim Criollitos de Venezuela, melaju bersama mereka ke Kejuaraan Bisbol Nasional Venezuela. Hobi lain yang ia jalankan pada masa itu adalah menulis puisi, cerita, dan drama teater, melukis, dan mempelajari kehidupan dan pemikiran politik revolusioner Amerika Selatan abad ke-19 Simón Bolívar serta ide-ide dari revolusioner Marxis Che Guevara (1928–67) setelah membaca memoarnya, The Diary of Che Guevara.
Tahun 1974, ia terpilih mewakili Venezuela dalam peringatan 150 tahun Pertempuran Ayacucho di Peru, yaitu konflik ketika letnan Simon Bolívar, Antonio José de Sucre, mengalahkan pasukan royalis pada Perang Kemerdekaan Peru. Di Peru, Chávez mendengarkan pidato presiden yang berpaham kiri, Jenderal Juan Velasco Alvarado (1910–1977). Ia terinspirasi oleh ide-ide Velasco bahwa militer harus memihak pada kaum pekerja jika kaum penguasa dianggap korup. Chávez membaca habis buku yang ditulis Velasco, bahkan nyaris hafal beberapa pidatonya. Karena berteman dengan putra Presiden Panama Omar Torrijos (1929–1981), jenderal militer berpaham kiri lainnya, Chávez berkunjung ke Panama. Di sana ia bertemu Torrijos dan terpesona dengan program reformasi lahan yang dirancang agar menguntungkan para petani. Setelah begitu terpengaruh oleh Torrijos dan Velasco, ia melihat potensi di kalangan jenderal militer untuk mengambil alih pemerintahan ketika otoritas sipil dianggap hanya memenuhi kepentingan kaum elit dan kaya. Berbeda dengan presiden militer seperti Torrijos dan Velasco, Chávez justru sangat kritis terhadap Augusto Pinochet, jenderal sayap kanan yang baru saja merebut kekuasaan di Chili dengan bantuan CIA Amerika Serikat. Pada tahun 1975, Chávez lulus dari akademi militer dengan pangkat Letnan dua serta dengan gelar di bidang seni dan ilmu militer, dan spesialisasi di bidang komunikasi. Selain itu juga menjadi satu dari delapan lulusan terbaik di angkatannya yang berjumlah 75 orang.

Karier Militer
Setelah lulus, Chaves ditugaskan sebagai perwira komunikasi di satuan kontra pemberontak di Barinas, Ditengah kesibukanya menghancurkan pasukan pembrontak, Chávez juga meluangkan waktunya untuk aktif dalam kegiatan lokal dengan masuk dalak dalam tim bisbol setempat, menulis kolom di surat kabar lokal, mengadakan permainan bingo, dan menjadi juri kontes kecantikan. Pada suatu waktu terjadi pertempuran dengan pembrontak, ia menemukan tumpukan literatur Marxis di markas pemberontak. Kemudian Ia membaca buku-buku tersebut marxis karya Karl Marx, Vladimir Lenin, dan Mao Zedong. Buku favoritnya adalah The Times of Ezequiel Zamora yang bercerita tentang jenderal federalis abad ke-19 yang merupakan tokoh favorit Chávez sejak kecil. Buku-buku tersebut semakin membentuk idiologinya yang berubah haluan menjadi sosialis serta meyakinkan dirinya, tentang perlunya mendirikan pemerintahan sayap kiri di Venezuela.
Setelah menyelesaikanya di Barinas, selanjutnya pada tahun 1977, Chávez bersama pasukanya dipindahkan ke Anzoátegui untuk menghancurkan pembrontakan Partai Bendera Merah, sebuah grup pemberontak Marxis-Hoxhais. Dalam menjalankan tugasnya ia tidak setuju dengan cara-cara kekerasan yang digunakan militer terhadap para tahanan pembrontak. Setelah ikut Chávez mulai meragukan Angkatan Darat dan metode penyiksaan mereka. Pada saat yang sama, ia semakin kritis terhadap korupsi di tubuh militer Angkatan Darat dan pemerintahan sipil. Kekritisanya terhadap pemerintahan berkuasa yang dianggap korup dan tidak demokratis malah kian membuatnya bersimpati dengan idiologi Partai Bendera Merah, namun bukan metode kekerasannya.
Untuk mewujudkan impianya guna mendirikan pemerintahan sayap kiri di Venezuela, Chaves memulai langkah awalnya dengan mendirikan gerakan revolusi di dalam tubuh militer dengan nama Pasukan Pembebasan Rakyat Venezuela (Ejército de Liberación del Pueblo de Venezuela, atau ELPV) pada tahun 1977.
adalah sel rahasia di dalam militer yang terdiri dari Chávez sendiri dan sejumlah rekan tentaranya. Meski mereka tahu bahwa mereka menginginkan jalan tengah antara kebijakan sayap kanan pemerintah dan posisi sayap kiri Bendera Merah, mereka tidak punya rencana matang untuk beraksi pada saat itu.
Sambil berharap mendapatkan aliansi dengan beberapa kelompok sipil kiri di Venezuela, Chávez bertemu sejumlah tokoh Marxis seperti Alfredo Maneiro (pendiri Radical Cause) dan Douglas Bravo, walaupun ada perbedaan politik di antara mereka.
Pada masa itu, Chávez menikahi seorang wanita kelas pekerja bernama Nancy Colmenares. Mereka dikaruniai tiga anak: Rosa Virginia ( September 1978), Maria Gabriela ( Maret 1980) dan Hugo Rafael ( Oktober 1983).

MBR-200
Lima tahun setelah pembentukan ELPV, Chávez membentuk sel rahasia baru di tubuh militer bernama Pasukan Revolusi Bolivarian-200 (EBR-200) pada tahun 1982, yang kemudian berganti nama menjadi Gerakan Revolusi Bolivarian-200 (MBR-200) pada tahun 1989. Chávez menempatkan tiga tokoh inspirasinya  Ezequiel Zamora (1817–1860), Simón Bolívar (1783–1830), dan Simón Rodríguez (1769–1854), sebagai "tiga akar pohon" dari MBR-200. Chávez mejelaskan bahwa "Gerakan Bolivarian” ini tidak mengusung tujuan politik namun hanya bersifat internal sebagai upaya untuk diarahkan guna mempelajari sejarah militer Venezuela sebagai sumber doktrin militer Venezuela yang saat ada. Akan tetapi, ia selalu berharap Gerakan Bolivarian dapt mendominasi dunia politik.
Pada tahun 1981, Chávez yang sudah berpangkat kapten ditugaskan mengajar di akademi militer tempat ia belajar dulu. Ia langsung mendoktrin murid-muridnya dengan pemikiran "Bolivarian" dan merekrut beberapa orang yang bisa dijadikan anggota MBR-200, serta menyelenggarakan acara olahraga dan teater untuk para murid. Ia berhasil merekrut 30 dari 133 kadet. Tahun 1984, ia bertemu seorang janda Venezuela keturunan Jerman bernama Herma Marksman yang berprofesi sebagai guru sejarah. Karena banyak kesamaan di antara mereka, Marksman terlibat dalam gerakan Chávez dan keduanya saling jatuh cinta. Chávez sempat terlibat dalam perselingkuhan selama beberapa tahun. Figur lain yang terlibat dengan gerakan ini adalah Francisco Arias Cárdenas, seorang tentara yang tertarik dengan teologi pembebasan. Posisi Cárdenas dalam kelompok ini naik dengan cepat, meski memiliki konflik ideologi dengan Chávez. Chávez yakin mereka harus melancarkan aksi militer langsung untuk menggulingkan pemerintah, tetapi Cárdenas menganggap tindakan ini terburu-buru.
Berkat aktivitas doktrinasinya, membuat sejumlah perwira militer senior curiga terhadap Chávez apalagi setelah mendengar rumor seputar MBR-200. Karena ia tidak bisa diberhentikan secara hormat tanpa bukti-bukti yang kuat. Maka Chavez “dibuang” dengan ditugaskan di Elorza, Apure agr tak bisa merekrut anggota baru lagi. Di sana ia turur berperan aktif dalam kegiatan masyarakat lokal dengan menjalin komunikasi yang intens degan penduduk lokal yang merupakan suku-suku pribumi yang belum terjamah, Cuiva dan Yaruro. Walaupun awalnya mendapatkan penolakan karena pengalaman militer pada masa lalu memperlakukan mereka kurang baik namun berkat kegigihanya menjalin komunikasi dengan penduduk lokal maka Chaez dapat diterima dengan baik. Pada tahun 1988, setelah naik pangkat menjadi mayor, Jenderal Rodríguez Ochoa mulai menyukai Chávez dan mempekerjakannya sebagai asisten di kantornya di Caracas.

Operasi Zamora
Pada tahun 1989, Carlos Andrés Pérez, calon dari Partai Aksi Demokrasi, terpilih sebagai Presiden setelah berjanji menentang Konsensus Washington yang diusung Amerika Serikat dan kebijakan keuangan yang disarankan International Monetary Fund (IMF). Sayang sekali, setelah menjabat ia malah mengikuti kebijakan ekonomi IMF dengan memangkas anggaran besar-besaran dan menempatkan orang-orang kepercayaanya dalam pemerintahan. Kebijakan Pérez menuai kecaman publik. Untuk menghentikan protes dan penjarahan yang meluas pasca-pemangkasan anggaran, Pérez menjalankan solusi melalui kekerasan dan pembantaian pengunjuk rasa yang dikenal sebagai El Caracazo.
Setelah itu pada tahun 1990 Chavez meraih pangkat letnan kolonel serta gelar master dalam ilmu politik dari Universitas Simon Bolivar. Kebencianya pada rezim Carloz Andre Perez juga makin menguat karean peristiwa El Caracazo, korupsi, Nepotisme dan oligarki Venezuela melalui Pakta Punto Fijo, serta apa yang ia sebut sebagai "kediktatoran IMF", Chávez mulai mempersiapkan kudeta militer dengan kode Operasi Zamora. Awalnya direncanakan untuk bulan Desember, Chávez menunda kudeta MBR-200 sampai subuh tanggal 4 Februari 1992. Saat itu, lima satuan militer di bawah komando Chávez bergerak ke pusat kota Caracas untuk menduduki instalasi militer dan komunikasi penting, termasuk istana kepresidenan Miraflores, kementerian pertahanan, bandara militer La Carlota, dan Museum Militer. Tujuan utama Chávez adalah menyergap dan menahan Pérez yang saat itu baru pulang dari perjalanan ke luar negeri. Meski sudah direncanakan bertahun-tahun, kudeta mengalami hambatan. Ketika kudeta berlangsung, Chávez didukung oleh kurang dari 10% pasukan militer Venezuela dan karena terjadi pengkhianatan, kecacatan rencana, kesalahan, dan persitwa tak terduga, Chávez dan sekelompok kecil pemberontak bersembunyi di Museum Militer tanpa bermaksud meneruskan perintah ke jaringan mata-mata dan kolaborator mereka di seluruh Venezuela. Selain itu, sekutu Chávez gagal menyiarkan rekaman mereka melalui radio nasional. Rencananya Chávez akan meminta warga sipil ikut memberontak melawan pemerintahan Pérez. Akhirnya, pasukan Chávez gagal menangkap Pérez yang sudah kabur. Empat belas tentara tewas dan lima puluh lainnya cedera. Sekitar 80 warga sipil terluka saat peristiwa ini terjadi.
Menyadari kudeta tersebut gagal, Chávez menyerahkan diri kepada pihak pemerintah. Namun dengan syarat diperbolehkan tampil berpidato di televisi nasional. Dalam pidatonya, ia mengangkat nama pahlawan nasional Simón Bolívar dan isu perlawanan terhadap pemerintahan yang korup. Pasca kudeta dan pidatonya di televisi membuat nama Chávez langsung melambung ke seantero Venezuela. Banyak kalangan, termasuk yang miskin, memandangnya sebagai sosok yang berusaha melawan korupsi dan kleptokrasi di tubuh pemerintahan.
Chávez kemudian ditangkap dan dipenjara di stokade militer San Carlos. Sementara itu pasca penahanan dan pidatonya demonstrasi pro-Chávez pun mulai merebak di luar San Carlos yang membuat ia ditransfer ke penjara Yare tidak lama kemudian. Sementara itu, pemerintah mulai membubarkan media yang mendukung Chávez dan kudetanya. Kemudian pada bulan November 1992 juga sempat terjadi kudeta lain terhadap pemerintah namun berhasil digagalkan. Pérez sendiri dimakzulkan setahun kemudian karena penyalahgunaan anggaran untuk aktivitas ilegal.
Pada tahun 1994, Rafael Caldera dari Partai Konvergensi Nasional terpilih sebagai presiden. Sesaat setelah menduduki jabatan, ia membebaskan Chávez dan anggota MBR-200 lainnya sebagai wujud janjinya sebelum pemilu. Namun Caldera melarang mereka kembali ke militer demi mencegah kudeta selanjutnya. Pasca pembebasannya, Chávez mengadakan tur 100 hari ke seluruh penjuru Venezuela untuk mempromosikan revolusi sosial Bolivariannya. Biaya turnya saat itu didapat dari uang pensiun militernya yang sedikit ditambah sumbangan dari para pendukungnya.
Selain tur lokal , Ia juga mengadakan Tur berkeliling Amerika Latin untuk menggalang dukungan asing atas gerakan Bolivariannya, ia mengunjungi Argentina, Uruguay, Chili, Lolombia, dan terakhir Kuba. Di Kuba, ia berhasil mendapat dukungan dari Pemimpin Kuba Fidel Castro. Sepulangnya ke Venezuela, Chávez gagal merebut perhatian media arus utama atas tujuan-tujuan politiknya. Sebaliknya, ia mendapatkan simpati dari surat kabar dan media lokal yang kecil. Chávez semakin kritis terhadap Presiden Caldera yang kebijakan ekonomi neoliberalnya mengakibatkan inflasi membumbung tinggi. Selain itu Caldera juga menahan sejumlah pendukung Chávez. Ketidakpuasan terhadap kinerja ekonomi Caldera membuat rakyat tidak puas terhadap pemerintahanya.
Gerakan Bolivarian kemudian berbeda pendapat mengenai jalan yang harus mereka tempuh untuk meraih kekuasaan, apakah harus turut serta dalam pemilu atau dengan kekuatan  militer. Chávez adalah pendukung pendapat yang terakhir. Ia yakin oligarki tidak akan mengizinkannya memenangkan pemilu,. Sementara Francisco Arias Cárdenas bersikukuh agar mereka ikut serta dalam proses demokrasi perwakilan. Cárdenas sendiri membuktikan kata-katanya dengan memenangkan pemilu gubernur negara bagian Zulia pada Desember 1995 setelah bergabung dengan partai sosialis Tujuan Radikal. Setelah berubah pikiran, Chávez dan para pendukungnya di gerakan Bolivarian memutuskan untuk mendirikan partai politiknya sendiri, Gerakan Republik Kelima (MVR – Movimiento Quinta República) pada Juli 1997 dengan tujuan mendukung pencalonan Chávez pada pemilihan umum presiden Venezuela 1998
Pada 6 Desember 1998 Chaves: Memenangkan pemilihan pemilihan presiden Venezuela dengan perolehan suara 56,20%. Kemenangan ini tak lepas dari jargon-jargon kampanyenya selama kampanye tentang reformasi ekonomi dan sosial secara besar-besaran yang membuat masyarakat kelas menengah dan ke bawah yang merupakan mayoritas dari populasi pemilih mengarahkan diukunganya pada Chavez

Kudeta Oposisi : 48 Jam yang Dramatis
Pada Bulan April 2002 Kaum Oposisi yang bekerja sama denga militer dengan dukungan Amerika Serikat menggerakkan massa mengepung Istana Kepresidenan menuntut yang Presiden Hugo Chavez turun dari jabatanya. Pada pagi hari Jumat waktu setempat tanggal 12 April 2002 militer menahan Chavez dan mengumumkan melalui televisi nasional bahwa Chavez telah mengundurkan diri dan mengangkat, Pedro Carmona sebagai presiden sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela, Isaias Rodrigue menyatakan bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.
Setelah rakyat mengetahui keadaan yang sebenarnya bahwa Chavez ditahan oleh militer, ratusan ribu rakyat Venezuela Pro-Chavez berbondong-bondong mengepung Istana menuntut Militer mengembalikan Chavez. Selain itu reaksi dari pemerintah Amerika Latin sepeti Kuba, Argentina, Melsiko, Brazil , Uruguay dan lain-lain menyatakan tidak mengakui Pemerintahan baru dibawah Carmona.
Setelah melihat kenyataan itu, serta terjadinya perpecahan dalam tubuh miiter karena sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez, akhirnya pada 14 April 2002 Hugo Chavez dibebaskan setelah sempat ditahan di Pulau La Orchila kemudian diterbangkan kembali ke Caracas dengan menggunakan helikopter. Kembalinya Chaves ke Caracas dielu-elukan oleh ratusan ribu pendukungnya. Dengan mengepalkan tangan ke atas, Chavez memasuki Istana Kepresidenan Miraflores yang berhasil direbut kembali oleh pendukungnya. Sementara, Jaksa Agung menegaskan bahwa para menteri di bawah pemerintahan interim ditahan dan sejumlah petinggi militer juga diadili dengan tuduhan pembangkangan militer, termasuk pimpinan interim mereka yang seorang ekonom bernama Pedro Carmona. Sementara itu Chavez menyatakan tidak akan menahan pihak –pihak yang terlibat dalam kudeta dan menyatakan perlunya diadakan rekonsiliasi nasional.
Pada bulan Desember 2002 Pihak Oposisi melakukan ulah lagi denga melakukan pemogokan umum selama dua bulan untuk menuntut Chavez turun. Aksi mogok itu melumpuhkan produksi minyak negara itu. Lebih dari 18.000 pekerja sektor perminyakan negara itu diberhentikan. 
Pada 8 Agustus 2004 Pemerintah atas desakan Oposisi menggelar referendum untuk menggulingkan Hugo Chaves, tetapi hasilnya rakyat masih mendukung Chavez dengan perolehan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat legitimasi pemerintahanya makin kuat untuk melanjutkan “revolusi bagi kaum miskin-“nya.
Pada Tahun 2004 Venezuela bersama Kuba membentuk Alba, sebuah aliansi politik negara-negara Amerika Latin, dengan Venezuela dan Kuba sebagai anggota pertama.untuk menggalang kerjasama sosial ekonomi antar negara Amerika Latin untuk membendung kapitalisme dan Liberalisme di kawasan tersebut
Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut. Setelah menguasai Parlemen, kemudian pada Pemilu Presiden yang digelar 3 Desember 2006 Chavez berhasil mempertahankan pemerintahanya dengan memenangkan pemilihan presiden untuk periode enam tahun kedua dengan suara 63 persen. 
Setelah kemenanganya tersebut, Ia lalu melanjutkan sejumlah rencana sosialismenya dengan melakukan sejumlah Nasionalisasi CA Nacional Telefonos de Venezuela, perusahaan telepon terbesar negara itu, dan CA Electridad de Caracas, perusahaan listrik terbesar di Venezuela pada tahun 2007. 
Untuk tetap menjaga Sosialisme di Venezuela tetap berjalan sesuai rencanaya dia berniat menjadi Presiden Venezuela selama ia hidup, karena konstitusi Venezuela hanya membatasi jabatan Presiden hanya dalam 2 Priode maka ia ingin menghapus batasan masa jabatan tersebut. Pada 2 Desember 2007 Venezuela mengadakan referendum amandemen konstitusi yang akan menghilangkan batasan masa jabatan namun dalam referendum tersebut dia kalah. Kemudian dia  menggelar referendum kedua kalinya pada 17 Februari 2009 dengan kemenangan untuk dukungan mengamandemen konstitusi, guna menghilangkan batasan masa jabatan untuk semua pejabat publik.
Pada bulan Juni 2011, untuk pertama kalinya Pemerintah Venezuela menyatakan bahwa Chavez dirawat di Kuba karena menderita kanker setelah para dokter menemukan tumor ganas di daerah pinggulnya
Pada Bulan Juli 2012 Venezuela bersiap menghadapi Pemilu Presiden berikutnya, dan Chavez menyatakan bahwa dia sudah "benar-benar bebas" dari kanker saat kampanye presiden dimulai. Pada 7 Oktober 2012 Chavez memenangi periode enam tahun ketiga dengan perolehan suara 55 persen melawan mantan Gubernur Henrique Capriles Radonski. Selanjutnya untuk mengisi kursi Wakil Presiden, pada 11 Oktober 2012. Dia Menunjuk Menteri Luar Negeri Nicolas Maduro yang merupakan orang kepercayaanya sebagai wakil presiden.
Pemerintah kemudian menyatakan pada 8 Desember 2012 bahwa penyakit kanker Chavez kambuh lagi. Untuk mengobati itu dia terus menjalani berbagai operasi dan perawatan di Kuba. Bahkan untuk pelantikanya sebagai Presiden Venezuela berikutnya pada 10 Januari 2013, Chavez tidak dapat kembali ke Caracas untuk mengikuti upacara pelantikan. Sebagai gantinya sehari sebelumnya, Mahkamah Agung mengatakan upacara itu hanya formalitas dan bahwa Chavez tetap kepala negara.

Kematian dan Spekulasi yang Menyelimutinya
Setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya selama hampir dua tahun pada tanggal 5 Maret 2013 Wakil Presiden Nicolás Maduro yang merupakan tangan kanan Chaves mengumumkan di televisi nasional bahwa Presiden Venezuela ke-53 tersebut telah meninggal dunia di Caracas pada pukul 16:25 waktu setempat (atau Rabu, sekitar pukur 03.00 WIB) di sebuah rumah sakit militer di Caracas pada hari yang tersebut
Namun Wapres Maduro dan para pendukung Chávez mencurigai ada permainan di balik penyakit yang diderita Chávez dan kematiannya dengan berspekulasi bahwa Chaves telah diracun. Pada pidato itu pula, Maduro memaksa pulang atase kedubes Amerika Serikat karena dianggap melakukan "Plot Kejahatan terhadap pemerintah" Venezuela. Chávez sendiri sebelum kematianya mengklaim dirinya sebagai korban upaya pembunuhan oleh Amerika Serikat, karena kebijakanya yang sering berseberangan dengan Negara Adidaya tersebut. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pun meresponya dengan menyebut tuduhan tersebut "mengada-ada" tanpa didasari bukti-bukti yang kuat.
Sesuai konstitusi Venezuela, jika Presiden meninggal maka Wakil Presiden akan menggantikan jabatanya dan Pemilu presiden harus diadakan dalam kurun 30 hari pasca kematian Presiden.

Penghargaan :
Seumur hidupnya, berkat kerja kerasnya dalam membangun kehidupan Sosialis di Venezuela serta peranya dalam organisasi negara-negara berkembang terutama di Amerika Latin, Chávez mendapatkan sejumlah gelar kehormatan dari luarnegeri antara lain ;
  1. Doktor Kehormatan dalam Ilmu Politik – Diberikan oleh Universitas Kyung Hee (Korea Selatan) pada 16 Oktober 1999.
  2. Doktor Kehormatan dalam Yurisprudensi – Diberikan oleh Universidad Autónoma de Santo Domingo (Republik Dominika) pada 9 Maret 2001.
  3. Doktor Kehormatan – Diberikan oleh Universitas Brasília (Brasil) pada 3 April 2001.
  4. Doktor Kehormatan – Diberikan oleh Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri (Federasi Rusia) pada 15 Mei 2001.
  5. Doktor Kehormatan dalam Ilmu Ekonomi – Diberikan oleh Fakultas Ekonomi dan Perdagangan Universitas Beijing (Republik Rakyat Tiongkok) pada 24 Mei 2001.
  6. Penghargaan purnawirawan Order of the Republic of Serbia





Hugo Chávez, Pemimpin Sosialis Venezuela
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.