Berkat
kerja kerasnya dalam melakukan Gerakan revolusioner untuk melakukan perubahan
sosial dan ekonomi bagi kehidupan rakyat miskin Venezuela sejak tahun 1998, Majalah
Time memasukkan Hugo Chávez dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia
tahun 2005 dan 2006. Dalam daftar "Pahlawan Sejarah" tahun 2006 yang
disusun majalah New Statesman, ia menempati peringkat ke-11.Kemudian pada tahun
2010, majalah tersebut memasukkan Chávez dalam daftar tahunan 50 Tokoh Paling
Berpengaruh di Dunia
Kehidupan Awal
Hugo Chavez Lahir pada tanggal 28
Juli 1954 di Sabaneta di negara bagian Barinas,
Venezuela. Hugo merupakan anak keenam dari pasangan Hugo de los Reyes Chavez
dan Elena Friaz. Hugo Chavez. Keluarga Chávez merupakan
keturunan Amerindian, Afrika-Venezuela, dan Spanyol. Orang tuanya, Hugo de los
Reyes Chávez dan Elena Frías de Chávez, adalah guru kelas pekerja-menengah
bawah yang menetap di desa kecil Los Rastrojos.
Chavez
semasa kecil mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Julián Pino, hobi Chávez selam
sekolah adalah menggambar, melukis, bermain bisbol, dan mempelajari sejarah. Ia
sangat tertarik dengan jenderal federalis abad ke-19 Ezequiel Zamora. Kakek
buyutnya pernah berdinas bersama Zamora. Pada pertengahan 1960-an, keluarganya
mengirim Hugo dan saudara bungsunya Adán untuk tinggal bersama neneknya, Rosa pindah
ke kota Barinas supaya keduanya bisa bersekolah di SMA satu-satunya di negara
bagian pedesaan ini, SMA Daniel O'Leary.
Akademi Militer (1971 -1975)
Setelah
lulusa SMA, pada usia 17 tahun, Chávez masuk Akademi Ilmu Militer Venezuela di
Caracas. Di Akademi, ia menjagi anggota kelas pertama yang mengikuti kurikulum
baru bernama Andrés Bello Plan.
Kurikulum ini dicetuskan oleh sekelompok perwira militer progresif dan
nasionalis yang percaya militer butuh perubahan. Saat menetap di Caracas, ia
malah melihat lebih banyak kemiskinan endemik yang dihadapi kaum pekerja
Venezuela, mirip dengan kemiskinan yang dulu ia rasakan. Ia bersikeras bahwa
pengalaman ini akan menjadikannya lebih semangat mengejar keadilan sosial. Ia
juga mulai terlibat dalam serangkaian aktivitas lokal di luar sekolah militer,
bermain bisbol dan sofbol bersama tim Criollitos de Venezuela, melaju bersama
mereka ke Kejuaraan Bisbol Nasional Venezuela. Hobi lain yang ia jalankan pada
masa itu adalah menulis puisi, cerita, dan drama teater, melukis, dan
mempelajari kehidupan dan pemikiran politik revolusioner Amerika Selatan abad
ke-19 Simón Bolívar serta ide-ide dari revolusioner Marxis Che Guevara
(1928–67) setelah membaca memoarnya, The
Diary of Che Guevara.
Tahun
1974, ia terpilih mewakili Venezuela dalam peringatan 150 tahun Pertempuran
Ayacucho di Peru, yaitu konflik ketika letnan Simon Bolívar, Antonio José de
Sucre, mengalahkan pasukan royalis pada Perang Kemerdekaan Peru. Di Peru,
Chávez mendengarkan pidato presiden yang berpaham kiri, Jenderal Juan Velasco
Alvarado (1910–1977). Ia terinspirasi oleh ide-ide Velasco bahwa militer harus
memihak pada kaum pekerja jika kaum penguasa dianggap korup. Chávez membaca
habis buku yang ditulis Velasco, bahkan nyaris hafal beberapa pidatonya. Karena
berteman dengan putra Presiden Panama Omar Torrijos (1929–1981), jenderal
militer berpaham kiri lainnya, Chávez berkunjung ke Panama. Di sana ia bertemu
Torrijos dan terpesona dengan program reformasi lahan yang dirancang agar
menguntungkan para petani. Setelah begitu terpengaruh oleh Torrijos dan
Velasco, ia melihat potensi di kalangan jenderal militer untuk mengambil alih
pemerintahan ketika otoritas sipil dianggap hanya memenuhi kepentingan kaum
elit dan kaya. Berbeda dengan presiden militer seperti Torrijos dan Velasco,
Chávez justru sangat kritis terhadap Augusto Pinochet, jenderal sayap kanan
yang baru saja merebut kekuasaan di Chili dengan bantuan CIA Amerika Serikat. Pada
tahun 1975, Chávez lulus dari akademi militer dengan pangkat Letnan dua serta
dengan gelar di bidang seni dan ilmu militer, dan spesialisasi di bidang
komunikasi. Selain itu juga menjadi satu dari delapan lulusan terbaik di
angkatannya yang berjumlah 75 orang.
Karier Militer
Setelah
lulus, Chaves ditugaskan sebagai perwira komunikasi di satuan kontra pemberontak
di Barinas, Ditengah kesibukanya menghancurkan pasukan pembrontak, Chávez juga
meluangkan waktunya untuk aktif dalam kegiatan lokal dengan masuk dalak dalam tim
bisbol setempat, menulis kolom di surat kabar lokal, mengadakan permainan
bingo, dan menjadi juri kontes kecantikan. Pada suatu waktu terjadi pertempuran
dengan pembrontak, ia menemukan tumpukan literatur Marxis di markas pemberontak.
Kemudian Ia membaca buku-buku tersebut marxis karya Karl Marx, Vladimir Lenin,
dan Mao Zedong. Buku favoritnya adalah The
Times of Ezequiel Zamora yang bercerita tentang jenderal federalis abad
ke-19 yang merupakan tokoh favorit Chávez sejak kecil. Buku-buku tersebut semakin
membentuk idiologinya yang berubah haluan menjadi sosialis serta meyakinkan dirinya,
tentang perlunya mendirikan pemerintahan sayap kiri di Venezuela.
Setelah
menyelesaikanya di Barinas, selanjutnya pada tahun 1977, Chávez bersama
pasukanya dipindahkan ke Anzoátegui untuk menghancurkan pembrontakan Partai
Bendera Merah, sebuah grup pemberontak Marxis-Hoxhais. Dalam menjalankan
tugasnya ia tidak setuju dengan cara-cara kekerasan yang digunakan militer
terhadap para tahanan pembrontak. Setelah ikut Chávez mulai meragukan Angkatan
Darat dan metode penyiksaan mereka. Pada saat yang sama, ia semakin kritis
terhadap korupsi di tubuh militer Angkatan Darat dan pemerintahan sipil. Kekritisanya
terhadap pemerintahan berkuasa yang dianggap korup dan tidak demokratis malah
kian membuatnya bersimpati dengan idiologi Partai Bendera Merah, namun bukan
metode kekerasannya.
Untuk
mewujudkan impianya guna mendirikan pemerintahan sayap kiri di Venezuela,
Chaves memulai langkah awalnya dengan mendirikan gerakan revolusi di dalam
tubuh militer dengan nama Pasukan Pembebasan Rakyat Venezuela (Ejército de Liberación del Pueblo de
Venezuela, atau ELPV) pada tahun
1977.
adalah
sel rahasia di dalam militer yang terdiri dari Chávez sendiri dan sejumlah
rekan tentaranya. Meski mereka tahu bahwa mereka menginginkan jalan tengah
antara kebijakan sayap kanan pemerintah dan posisi sayap kiri Bendera Merah,
mereka tidak punya rencana matang untuk beraksi pada saat itu.
Sambil
berharap mendapatkan aliansi dengan beberapa kelompok sipil kiri di Venezuela,
Chávez bertemu sejumlah tokoh Marxis seperti Alfredo Maneiro (pendiri Radical
Cause) dan Douglas Bravo, walaupun ada perbedaan politik di antara mereka.
Pada
masa itu, Chávez menikahi seorang wanita kelas pekerja bernama Nancy
Colmenares. Mereka dikaruniai tiga anak: Rosa Virginia ( September 1978),
Maria Gabriela ( Maret 1980) dan Hugo Rafael ( Oktober 1983).
MBR-200
Lima
tahun setelah pembentukan ELPV, Chávez membentuk sel rahasia baru di tubuh
militer bernama Pasukan Revolusi Bolivarian-200 (EBR-200) pada tahun 1982, yang
kemudian berganti nama menjadi Gerakan Revolusi Bolivarian-200 (MBR-200) pada
tahun 1989. Chávez menempatkan
tiga tokoh inspirasinya Ezequiel Zamora
(1817–1860), Simón Bolívar (1783–1830), dan Simón Rodríguez (1769–1854), sebagai
"tiga akar pohon" dari MBR-200. Chávez mejelaskan bahwa "Gerakan
Bolivarian” ini tidak mengusung tujuan politik namun hanya bersifat internal
sebagai upaya untuk diarahkan guna mempelajari sejarah militer Venezuela
sebagai sumber doktrin militer Venezuela yang saat ada. Akan tetapi, ia selalu
berharap Gerakan Bolivarian dapt mendominasi dunia politik.
Pada
tahun 1981, Chávez yang sudah berpangkat kapten ditugaskan mengajar di akademi
militer tempat ia belajar dulu. Ia langsung mendoktrin murid-muridnya dengan
pemikiran "Bolivarian" dan merekrut beberapa orang yang bisa
dijadikan anggota MBR-200, serta menyelenggarakan acara olahraga dan teater
untuk para murid. Ia berhasil merekrut 30 dari 133 kadet. Tahun 1984, ia
bertemu seorang janda Venezuela keturunan Jerman bernama Herma Marksman yang
berprofesi sebagai guru sejarah. Karena banyak kesamaan di antara mereka,
Marksman terlibat dalam gerakan Chávez dan keduanya saling jatuh cinta. Chávez
sempat terlibat dalam perselingkuhan selama beberapa tahun. Figur lain yang
terlibat dengan gerakan ini adalah Francisco Arias Cárdenas, seorang tentara
yang tertarik dengan teologi pembebasan. Posisi Cárdenas dalam kelompok ini
naik dengan cepat, meski memiliki konflik ideologi dengan Chávez. Chávez yakin
mereka harus melancarkan aksi militer langsung untuk menggulingkan pemerintah,
tetapi Cárdenas menganggap tindakan ini terburu-buru.
Berkat
aktivitas doktrinasinya, membuat sejumlah perwira militer senior curiga
terhadap Chávez apalagi setelah mendengar rumor seputar MBR-200. Karena ia
tidak bisa diberhentikan secara hormat tanpa bukti-bukti yang kuat. Maka Chavez
“dibuang” dengan ditugaskan di Elorza, Apure agr tak bisa merekrut anggota baru
lagi. Di sana ia turur berperan aktif dalam kegiatan masyarakat lokal dengan
menjalin komunikasi yang intens degan penduduk lokal yang merupakan suku-suku
pribumi yang belum terjamah, Cuiva dan Yaruro. Walaupun awalnya mendapatkan
penolakan karena pengalaman militer pada masa lalu memperlakukan mereka kurang
baik namun berkat kegigihanya menjalin komunikasi dengan penduduk lokal maka Chaez
dapat diterima dengan baik. Pada tahun 1988, setelah naik pangkat menjadi
mayor, Jenderal Rodríguez Ochoa mulai menyukai Chávez dan mempekerjakannya
sebagai asisten di kantornya di Caracas.
Operasi Zamora
Pada
tahun 1989, Carlos Andrés Pérez, calon dari Partai Aksi Demokrasi, terpilih
sebagai Presiden setelah berjanji menentang Konsensus Washington yang diusung
Amerika Serikat dan kebijakan keuangan yang disarankan International Monetary
Fund (IMF). Sayang sekali, setelah menjabat ia malah mengikuti kebijakan
ekonomi IMF dengan memangkas anggaran besar-besaran dan menempatkan orang-orang
kepercayaanya dalam pemerintahan. Kebijakan Pérez menuai kecaman publik. Untuk
menghentikan protes dan penjarahan yang meluas pasca-pemangkasan anggaran,
Pérez menjalankan solusi melalui kekerasan dan pembantaian pengunjuk rasa yang
dikenal sebagai El Caracazo.
Setelah itu pada tahun 1990 Chavez meraih
pangkat letnan kolonel serta gelar master dalam ilmu politik dari Universitas
Simon Bolivar. Kebencianya pada rezim Carloz Andre Perez juga makin menguat
karean peristiwa El Caracazo, korupsi, Nepotisme dan oligarki Venezuela melalui
Pakta
Punto Fijo, serta apa yang ia sebut sebagai "kediktatoran
IMF", Chávez mulai mempersiapkan kudeta militer dengan kode Operasi
Zamora. Awalnya direncanakan untuk bulan Desember, Chávez menunda kudeta
MBR-200 sampai subuh tanggal 4 Februari 1992. Saat itu, lima satuan militer di
bawah komando Chávez bergerak ke pusat kota Caracas untuk menduduki instalasi
militer dan komunikasi penting, termasuk istana kepresidenan Miraflores, kementerian
pertahanan, bandara militer La Carlota, dan Museum Militer. Tujuan utama Chávez
adalah menyergap dan menahan Pérez yang saat itu baru pulang dari perjalanan ke
luar negeri. Meski sudah direncanakan bertahun-tahun, kudeta mengalami
hambatan. Ketika kudeta berlangsung, Chávez didukung oleh kurang dari 10%
pasukan militer Venezuela dan karena terjadi pengkhianatan, kecacatan rencana,
kesalahan, dan persitwa tak terduga, Chávez dan sekelompok kecil pemberontak
bersembunyi di Museum Militer tanpa bermaksud meneruskan perintah ke jaringan
mata-mata dan kolaborator mereka di seluruh Venezuela. Selain itu, sekutu
Chávez gagal menyiarkan rekaman mereka melalui radio nasional. Rencananya
Chávez akan meminta warga sipil ikut memberontak melawan pemerintahan Pérez.
Akhirnya, pasukan Chávez gagal menangkap Pérez yang sudah kabur. Empat belas
tentara tewas dan lima puluh lainnya cedera. Sekitar 80 warga sipil terluka
saat peristiwa ini terjadi.
Menyadari
kudeta tersebut gagal, Chávez menyerahkan diri kepada pihak pemerintah. Namun dengan
syarat diperbolehkan tampil berpidato di televisi nasional. Dalam pidatonya, ia
mengangkat nama pahlawan nasional Simón Bolívar dan isu perlawanan terhadap
pemerintahan yang korup. Pasca kudeta dan pidatonya di televisi membuat nama
Chávez langsung melambung ke seantero Venezuela. Banyak kalangan, termasuk yang
miskin, memandangnya sebagai sosok yang berusaha melawan korupsi dan
kleptokrasi di tubuh pemerintahan.
Chávez
kemudian ditangkap dan dipenjara di stokade militer San Carlos. Sementara itu
pasca penahanan dan pidatonya demonstrasi pro-Chávez pun mulai merebak di luar
San Carlos yang membuat ia ditransfer ke penjara Yare tidak lama kemudian. Sementara
itu, pemerintah mulai membubarkan media yang mendukung Chávez dan kudetanya.
Kemudian pada bulan November 1992 juga sempat terjadi kudeta lain terhadap
pemerintah namun berhasil digagalkan. Pérez sendiri dimakzulkan setahun
kemudian karena penyalahgunaan anggaran untuk aktivitas ilegal.
Pada
tahun 1994, Rafael Caldera dari Partai Konvergensi Nasional terpilih sebagai
presiden. Sesaat setelah menduduki jabatan, ia membebaskan Chávez dan anggota
MBR-200 lainnya sebagai wujud janjinya sebelum pemilu. Namun Caldera melarang
mereka kembali ke militer demi mencegah kudeta selanjutnya. Pasca
pembebasannya, Chávez mengadakan tur 100 hari ke seluruh penjuru Venezuela
untuk mempromosikan revolusi sosial Bolivariannya. Biaya turnya saat itu
didapat dari uang pensiun militernya yang sedikit ditambah sumbangan dari para
pendukungnya.
Selain
tur lokal , Ia juga mengadakan Tur berkeliling Amerika Latin untuk menggalang
dukungan asing atas gerakan Bolivariannya, ia mengunjungi Argentina, Uruguay,
Chili, Lolombia, dan terakhir Kuba. Di Kuba, ia berhasil mendapat dukungan dari
Pemimpin Kuba Fidel Castro. Sepulangnya ke Venezuela, Chávez gagal merebut
perhatian media arus utama atas tujuan-tujuan politiknya. Sebaliknya, ia
mendapatkan simpati dari surat kabar dan media lokal yang kecil. Chávez semakin
kritis terhadap Presiden Caldera yang kebijakan ekonomi neoliberalnya
mengakibatkan inflasi membumbung tinggi. Selain itu Caldera juga menahan sejumlah
pendukung Chávez. Ketidakpuasan terhadap kinerja ekonomi Caldera membuat rakyat
tidak puas terhadap pemerintahanya.
Gerakan
Bolivarian kemudian berbeda pendapat mengenai jalan yang harus mereka tempuh untuk
meraih kekuasaan, apakah harus turut serta dalam pemilu atau dengan kekuatan militer. Chávez adalah pendukung pendapat yang
terakhir. Ia yakin oligarki tidak akan mengizinkannya memenangkan pemilu,. Sementara
Francisco Arias Cárdenas bersikukuh agar mereka ikut serta dalam proses
demokrasi perwakilan. Cárdenas sendiri membuktikan kata-katanya dengan
memenangkan pemilu gubernur negara bagian Zulia pada Desember 1995 setelah
bergabung dengan partai sosialis Tujuan Radikal. Setelah berubah pikiran,
Chávez dan para pendukungnya di gerakan Bolivarian memutuskan untuk mendirikan
partai politiknya sendiri, Gerakan Republik Kelima (MVR – Movimiento Quinta
República) pada Juli 1997 dengan tujuan mendukung pencalonan Chávez pada
pemilihan umum presiden Venezuela 1998
Pada
6 Desember 1998 Chaves: Memenangkan pemilihan pemilihan presiden
Venezuela dengan perolehan suara 56,20%. Kemenangan ini tak lepas dari
jargon-jargon kampanyenya selama kampanye tentang reformasi ekonomi dan sosial
secara besar-besaran yang membuat masyarakat kelas menengah dan ke bawah yang
merupakan mayoritas dari populasi pemilih mengarahkan diukunganya pada Chavez
Kudeta
Oposisi : 48
Jam yang Dramatis
Pada
Bulan April 2002 Kaum Oposisi yang bekerja sama denga militer dengan dukungan
Amerika Serikat menggerakkan massa mengepung Istana Kepresidenan menuntut yang Presiden
Hugo Chavez turun dari jabatanya. Pada pagi hari Jumat waktu setempat tanggal
12 April 2002 militer menahan Chavez dan mengumumkan melalui televisi nasional bahwa
Chavez telah mengundurkan diri dan mengangkat, Pedro Carmona sebagai presiden
sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela, Isaias Rodrigue menyatakan
bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan
menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.
Setelah
rakyat mengetahui keadaan yang sebenarnya bahwa Chavez ditahan oleh militer,
ratusan ribu rakyat Venezuela Pro-Chavez berbondong-bondong mengepung Istana
menuntut Militer mengembalikan Chavez. Selain itu reaksi dari pemerintah
Amerika Latin sepeti Kuba, Argentina, Melsiko, Brazil , Uruguay dan lain-lain
menyatakan tidak mengakui Pemerintahan baru dibawah Carmona.
Setelah
melihat kenyataan itu, serta terjadinya perpecahan dalam tubuh miiter karena sebagian
besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez, akhirnya pada 14
April 2002 Hugo Chavez dibebaskan setelah sempat ditahan di Pulau La Orchila kemudian
diterbangkan kembali ke Caracas dengan menggunakan helikopter. Kembalinya
Chaves ke Caracas dielu-elukan oleh ratusan ribu pendukungnya. Dengan
mengepalkan tangan ke atas, Chavez memasuki Istana Kepresidenan Miraflores yang
berhasil direbut kembali oleh pendukungnya. Sementara, Jaksa Agung menegaskan
bahwa para menteri di bawah pemerintahan interim ditahan dan sejumlah petinggi
militer juga diadili dengan tuduhan pembangkangan militer, termasuk pimpinan
interim mereka yang seorang ekonom bernama Pedro Carmona. Sementara itu Chavez
menyatakan tidak akan menahan pihak –pihak yang terlibat dalam kudeta dan
menyatakan perlunya diadakan rekonsiliasi nasional.
Pada
bulan Desember 2002 Pihak Oposisi
melakukan ulah lagi denga melakukan pemogokan umum selama dua bulan untuk
menuntut Chavez turun. Aksi mogok itu melumpuhkan produksi minyak negara itu.
Lebih dari 18.000 pekerja sektor perminyakan negara itu diberhentikan.
Pada 8 Agustus 2004 Pemerintah atas desakan Oposisi
menggelar referendum untuk menggulingkan Hugo Chaves, tetapi
hasilnya rakyat masih mendukung Chavez dengan perolehan 58 persen suara.
Kemenangan tersebut membuat legitimasi pemerintahanya makin kuat untuk
melanjutkan “revolusi bagi kaum miskin-“nya.
Pada Tahun 2004 Venezuela bersama Kuba membentuk Alba,
sebuah aliansi politik negara-negara Amerika Latin, dengan Venezuela dan Kuba
sebagai anggota pertama.untuk menggalang kerjasama sosial ekonomi antar negara
Amerika Latin untuk membendung kapitalisme dan Liberalisme di kawasan tersebut
Pada
pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu
bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.
Setelah menguasai Parlemen, kemudian pada Pemilu Presiden yang digelar 3 Desember 2006 Chavez berhasil
mempertahankan pemerintahanya dengan memenangkan pemilihan presiden
untuk periode enam tahun kedua dengan suara 63 persen.
Setelah kemenanganya tersebut, Ia lalu melanjutkan
sejumlah rencana sosialismenya dengan melakukan sejumlah Nasionalisasi
CA Nacional Telefonos de Venezuela, perusahaan telepon terbesar negara itu, dan
CA Electridad de Caracas, perusahaan listrik terbesar di Venezuela pada tahun
2007.
Untuk tetap menjaga Sosialisme di Venezuela tetap
berjalan sesuai rencanaya dia berniat menjadi Presiden Venezuela selama ia
hidup, karena konstitusi Venezuela hanya membatasi jabatan Presiden hanya dalam
2 Priode maka ia ingin menghapus batasan masa jabatan tersebut. Pada 2 Desember
2007 Venezuela mengadakan referendum amandemen konstitusi
yang akan menghilangkan batasan masa jabatan namun dalam referendum tersebut
dia kalah. Kemudian dia menggelar
referendum kedua kalinya pada 17
Februari 2009 dengan kemenangan untuk dukungan mengamandemen konstitusi,
guna menghilangkan batasan masa jabatan untuk semua pejabat publik.
Pada bulan Juni 2011, untuk pertama kalinya
Pemerintah Venezuela menyatakan bahwa Chavez dirawat di Kuba karena menderita
kanker setelah para dokter menemukan tumor ganas di daerah pinggulnya
Pada Bulan Juli 2012 Venezuela bersiap menghadapi
Pemilu Presiden berikutnya, dan Chavez menyatakan bahwa dia
sudah "benar-benar bebas" dari kanker saat kampanye presiden dimulai.
Pada 7 Oktober 2012 Chavez memenangi
periode enam tahun ketiga dengan perolehan suara 55 persen melawan mantan
Gubernur Henrique Capriles Radonski. Selanjutnya
untuk mengisi kursi Wakil Presiden, pada 11 Oktober 2012. Dia Menunjuk
Menteri Luar Negeri Nicolas Maduro yang merupakan orang kepercayaanya sebagai
wakil presiden.
Pemerintah kemudian menyatakan pada 8 Desember 2012
bahwa penyakit kanker Chavez kambuh lagi. Untuk mengobati itu dia terus
menjalani berbagai operasi dan perawatan di Kuba. Bahkan untuk pelantikanya
sebagai Presiden Venezuela berikutnya pada 10 Januari 2013, Chavez tidak dapat kembali ke Caracas untuk
mengikuti upacara pelantikan. Sebagai gantinya sehari sebelumnya, Mahkamah
Agung mengatakan upacara itu hanya formalitas dan bahwa Chavez tetap kepala
negara.
Kematian
dan Spekulasi yang Menyelimutinya
Setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya
selama hampir dua tahun pada tanggal 5 Maret 2013 Wakil Presiden Nicolás Maduro
yang merupakan tangan kanan Chaves mengumumkan di televisi nasional bahwa Presiden
Venezuela ke-53 tersebut telah meninggal dunia di Caracas pada pukul 16:25
waktu setempat (atau Rabu, sekitar pukur 03.00 WIB) di sebuah rumah sakit
militer di Caracas pada hari yang tersebut
Namun Wapres Maduro dan para pendukung Chávez
mencurigai ada permainan di balik penyakit yang diderita Chávez dan kematiannya
dengan berspekulasi bahwa Chaves telah diracun. Pada pidato itu pula, Maduro
memaksa pulang atase kedubes Amerika Serikat karena dianggap melakukan "Plot
Kejahatan terhadap pemerintah" Venezuela. Chávez sendiri sebelum kematianya
mengklaim dirinya sebagai korban upaya pembunuhan oleh Amerika Serikat, karena
kebijakanya yang sering berseberangan dengan Negara Adidaya tersebut.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pun meresponya dengan menyebut tuduhan
tersebut "mengada-ada" tanpa didasari bukti-bukti yang kuat.
Sesuai konstitusi Venezuela, jika Presiden meninggal
maka Wakil Presiden akan menggantikan jabatanya dan Pemilu presiden harus
diadakan dalam kurun 30 hari pasca kematian Presiden.
Penghargaan
:
Seumur
hidupnya, berkat kerja kerasnya dalam membangun kehidupan Sosialis di Venezuela
serta peranya dalam organisasi negara-negara berkembang terutama di Amerika
Latin, Chávez mendapatkan sejumlah gelar kehormatan dari luarnegeri antara lain
;
- Doktor
Kehormatan dalam Ilmu Politik – Diberikan oleh Universitas Kyung Hee
(Korea Selatan) pada 16 Oktober 1999.
- Doktor
Kehormatan dalam Yurisprudensi – Diberikan oleh Universidad Autónoma de
Santo Domingo (Republik Dominika) pada 9 Maret 2001.
- Doktor
Kehormatan – Diberikan oleh Universitas Brasília (Brasil) pada 3 April
2001.
- Doktor
Kehormatan – Diberikan oleh Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri
(Federasi Rusia) pada 15 Mei 2001.
- Doktor
Kehormatan dalam Ilmu Ekonomi – Diberikan oleh Fakultas Ekonomi dan
Perdagangan Universitas Beijing (Republik Rakyat Tiongkok) pada 24 Mei
2001.
- Penghargaan
purnawirawan Order of the Republic of Serbia
Hugo Chávez, Pemimpin Sosialis Venezuela
4/
5
Oleh
Unknown