Friday, February 12, 2016

Sejarah Kemerdekaan Vietnam

Vietnam adalah sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara atau lebih tepatnya pada kawasan yang dijuluki Indo-China,. Kawasan ini banyak dipengaruhi oleh budaya dari India maupun China. Sejaka zama kuno hingga saat ini kawasan ini terkenal sebagai kawasan yang sering dilanda konflik. Salah satu negara besar yang ada di negara tersebut adalah Vietnam. Vietnam adalah sebuah negara yang memiliki sejarah panjang dalam merebut kemerdekaanya menghadapi kolonial Perancis, Jepang dan terakhir Amerika Serikat yang berusaha menghancurkan Vietnam karena berpaham komunis. Berikut adalah sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Vietnam untuk mendeklarasikan kemerdekaanya pada September 1945

Sejarah Bangsa Vietnam
Dari tahun 179 Sebelum Masehi sampai dengan tahun 938, Vietnam berada dibawah kekuasaan raja-raja China. Baru pada tahun 938, dibawah pimpinan Ngo Quyen, orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian

Setelah itu, Monarki Vietnam berada dibawah Pemerintahan Dinasti Ngo (938 - 969), Dinasti Dinli (969 - 979), Dinasti Le (980 - 1009), Dinasti Ly (1010 - 1225), Dinasti Tran (1224 - 1400) Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan. Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu
Dinasti Ho (1401 - 1406). Pada periode tahun 1407 - 1427, Vietnam kembali ditakhlukkan oleh China dibawah Dinasti Ming. Vietnam kembali menjadi negara merdeka dibawah kuasa Dinasti Le (1428 - 1527). Pada masa ini feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong. Antara abad ke 11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan dalam proses yang disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan kerajaan Champa dan banyak kekaisaran Khmer.
Pada tahun 1527 Dinasti Le jatuh dan diganti oleh Dinasti Mac (1527 - 1592), akan tetapi, semenjak itu banyak perlawanan anti Dinasti Mac yang menjadikan Negara Vietnam terpecah belah dan terjadi perang saudara, melaui berbagai perang besar antara lain Perang Le-Mac (1543 - 1592), Perang Trinh-Nguyen (1627 -1672). Perang saudara tersebut akhirnya membuat Vietnam terbelah menjadi dua yaitu : Dang Ngoai (utara) dengan Raja Trinh dan Dang Trong (Selatan) dengan Raja Nguyen yang mendirikan ibukota di Phu Xuan (sekarang Hue).

Kedatangan Bangsa Eropa
Vietnam berada di daerah yang disebut sebagai Indo-China. Wilayah ini terletak di Asia bagian tenggara-timur. Wilayah Indo-China yang sekarang terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu Vietnam, Kamboja, dan Laos. Peradaban Indo-China berasal dari dua peradaban besar, yaitu India (di Kamboja dan Laos) dan China (di Vietnam). Nama Indo-China (India-China) menggambarkan pengaruh dari dua bangsa besar di kawasan ini. Penduduk di Indo-China terdiri atas tiga macam bangsa, yaitu bangsa Khmer (Kamboja dan Cochin-China, Thai (Siam, Laos dan wilayah utara) dan Annam (Annam dan Tongkin). Bangsa Annam adalah termasuk bangsa China.
Vietnam seluruhnya merupakan kesatuan yang terbentuk dari: Cochin-China, Annam, Tongkin. Cochin-China adalah pusat kekuasaan Perancis pada masa kolonialisme Perancis di Indocina sebelum pecahnya Perang dunia II.
Sebelum Perancis masuk di Vietnam, sebenarnya Portugis telah menegakkan hubungan dagang teratur dikedua wilayah yaitu Annam dan Tongkin sebelum abad 16 . Tujuan utama Portugis berhubungan dagang dengan Tongking adalah untuk membeli bahan sutera guna dipasarkan ke Jepang. Selain usaha dagang, Portugis juga melakukan penyebaran agama Katholik. Misionaris Katholik Portugis yang mengawali penyebaran agama adalah berkata usaha Alexander Of Rhodes tahun 1625 yang berhasil mengirim misi ke Chochin-China dan Tongking. Namun, usaha penyebaran agama ini selalu mengalami kegagalan, bahkan pada tahun 1630 misi tersebut diusir oleh Trinh Trang. Selain itu juga diadakan pengiriman misi ke Tongking berada dibawah pimpinan Francisco Bussoni. Berkat perlindungan Sai Vuong (Nguyen Phuc Nguyen) (1613-1635, misi dibawah pimpinan Francisco Bussoni tersebut bisa tinggal di Annam hingga tahun 1639).
Berkat Alexander of Rhodes itu pulalah Perancis tertarik untuk mengirimkan misionaris ke Indo-China dengan jalan menyamar atau bertindak sebagai pedagang yang bekerja pada Compagnie Des Indes Orientaux (Perusahaan India Timur). Kemudian pada tahun 1662 mendirikan Societe des Missions Etrangers (Masyarakat Misi Luar Negeri), yang berpusat di Ayut’ia. Dari Ayut’ia inilah dilakukan pengiriman misi ke Kamboja, Annam, dan Tongking. Akan tetapi misionaris Perancis ini selalu mengalami kegagalan, karena beberapa faktor, antara lain:
  1. Adanya penolakan dan perlawanan, pengejaran, penahanan, penyiksaan bahkan pembunuhan dari raja-raja setempat terhadap para misionaris dan pengikut katholik.
  2. Setelah tahun 1682, Gereja Katholik Roma melarang para misionaris melibatkan diri dalam urusan perdagangan.
  3. Terjadinya pertentangan antar aliran misionaris.
  4. Kurangnya tenaga dan sarana sebagai faktor kunci penyebaran Agama Katholik


Awal Masuknya Imperialisme Perancis di Vietnam
Tujuan utama Perancis datang pertama kali ke Vietnam adalah untuk berdagang. Kemudian lama kelamaan Perancis ingin menjadikan Vietnam menjadi tanah jajahannya, sebab Vietnam mempunyai banyak potensi hasil bumi dan kekayaan alam dan bahkan menjadi lumbung padi bagi seluruh kawasan Indo-China, maka berbagai cara ditempuh Perancis untuk mendapatkan Vietnam.
Sejak zaman kuno hinggga modern, kawasan Indo-china merupakan daerah yang penuh dengan gejolak, baik berupa perebutan kekuasaan maupun dan perang saudara maupun melawan imperialisme asing. Di antara bangsa asing atau bangsa barat yang berhasil menanamkan kekuasaannya di Indo-China khususnya di Vietnam adalah bangsa Prancis. Ketika di kerajaan Annam, baik Annam Utara di bawah kekuasaan dinasti Le-Loi maupun Annam Selatan di bawah pemerintahan dinasti Nguyen-Hoang pada tahun 1773-1802 mulai terjadi kekacauan karena adanya pemberontakan Tay-Son tahun 1773. Pada tahun 1782 para pemberontak telah berhasil menguasai Saigon, Hue, Cochin-China dan mengadakan pengejaran serta pembunuhan keluarga raja Nguyen-Hoang. Di antara keluarga kerajaan yang selamat yaitu Nguyen Phuc-Anh (Nguyen-Anh), seorang putra mahkota kerajaan yang baru berusia 15 tahun. Pada tahun 1785 berhasil lolos dan melarikan diri ke Ayut’ia. Dalam pelarian ke Ayut’ia inilah Nguyen-Anh bertemu denagn Pigneau de Bahaine, seorang pendeta yang sedang mengadakan misi penyebaran Katholik di Ayut’ia. Berkat pendidikan dan bantuan atau perantaraan Pigneau de Bahaine Nguyen-Anh dapat bekerja sama dengan Perancis, sehingga terjadi perjanjian antara Nguyen-Anh dengan Perancis. Isi perjanjian tersebut secara garis besar adalah: Perancis bersedia memberi bantuan kapal-kapal perang, tentara dan pasukan dengan syarat pulau Condore dan Teluk Tourane diserahkan kepada Perancis. Dengan bantuan militer Perancis, Nguyen-Anh berhasil mengalahkan para pemberontak Tay-Son serta menyatukan kerajaan Annam kembali. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1802 ia berhasil merebut tahta sebagai penguasa Vietnam di Hue dengan gelar Gia-Long hingga tahun 1820. Nguyen-Anh inilah yang dikenal sebagai pendiri dinasti Nguyen yang berkuasa di Vietnam sampai tahun 1945 . Sebagai ucapan terima kasih Nguyen memberi perlindungan kepada misi-misi Prancis di Vietnam dan memberi hak-hak istimewa kepada para pedagang Prancis dan menyerahkan pulau Condore dan Teluk Tourane kepada Perancis
Dibawah pemerintahan Nguyen Anh yang bergelar Gia Long (1802-1820) agama Katholik Roma dibiarkan dapat berkembang dengan leluasa. Tetapi akhirnya Gia Long sendiri curiga terhadap mereka dan mulai membatasi gerak-gerik mereka.
Pengganti-pengganti Gia Long, adalah: Minh Mang (1820-1840), Thieu Tri (1840-1847) dan Tu Duc (1847-1883), semuanya adalah anti-Khatolik Roma sehingga berusaha menindas tiap aktivitas penyebaran agama tersebut yang kemudian dijadikan Perancis menyerang Indo-China. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Tu-Duc

Vietnam dibawah Kolonial Peramcis 
Tu Duc yang memerintah Vietnam dari tahun 1847-1883, Di bawah pemerintahanya, dia berusaha mendindas kaum Katholik dan mencoba menutup Indo-China bagi bangsa asing karena takut akan bernasib sama dengan China yang dikalahkan Inggris dalam Perang Candu sehingga harus kehilangan sebagian wilayahnya. Perancis kemudian menyerbu Cochin-China pada tahun 1858. Tentara Vietnam dapat dikalahkan, tetapi Perancis gagal dalam serbuannya ke Hue, ibukota Vietnam. Perang ini berlangsung selama 4 tahun (1858-1862). Setelah itu Vietnam dipaksa menanda tangani  Perjanjian Saigon yang berisi 
  • Bagian timur Cochin-China menjadi milik Perancis (milik Perancis pertama di Indo-China yang merupakan pijakan dan pangkalan operasi nanti untuk menguasai seluruh Indo-China).
  • Pelabuhan-pelabuhan Tourane, Balat, Kuang-An, dibuka untuk Perancis.
  • Kebebasan beragama Katholik Roma.

Daerah Chochin-China adalah daerah penghasil beras bagi seluruh Indo-China. Vietnam tanpa Chochin-China tidak dapat hidup, karena penduduk Vietnam (terlebih di Tongkin) sangat padat dan hampir selalu kekurangan pangan. Namun hal ini berhasil ditutup dengan beras dari Chochin-China yang berkelebihan beras. Karena itu, siapa yang menggenggam Chochin-China berarti juga menggenggam seluruh Indo-China. Hal ini Perancis sangat tepat dalam memilih Chochin-China.
Pada tahun 1873-1874, Prancis dibawah pimpinan Francis Garnier Tongking dan menduduki Hanoi, namun tindakannya dapat dikalahkan oleh tentara Vietnam. Dengan segera Perancis menawarkan penyelesaian soal Hanoi ini, namun Tuc Duc melakukan kesalahan politik dengan menyetujui Perjanjian Saigon tahun 1874 yang ternyata sangat merugikan pihak yang menang, yaitu Vietnam.
Isi Perjanjian ini memuat:
  •  Hanoi dikembalikan oleh Perancis kepada Vietnam.
  • Vietnam mengakui Cochin-China seluruhnya sebagai seluruhnya sebagai milik Perancis. 
  • Vietnam berjanji akan menyesuaikan politik luar negerinya dengan dengan politik luar negeri Perancis.

Dengan ini imperialisme Perancis di Indo-China kembali menguat. Tu Duc terlambat mengetahui kesalahannya, karena pada waktu itu Perancis di Eropa telah kuat kembali. Kemudian Tu Duc berusaha menjalin hubungan dengan China untuk menghadapi Perancis. Hal ini membuat Perancis marah dan menuduh Tu Duc melanggar perjanjian Saigon 1874. Kemudian meletus lagi perang antara Vietnam dan Perancis, akhirnya Vietnam kalah. Kemudian terjadilah Perjanjian Hue 1883 yang menetapkan bahwa Vietnam berada dibawah kekuasaan Perancis yang mengakhiri kemerdekaan Vietnam. Perancis kemudian menduduki Vietnam sampai masuknya tentara Jepang.
Munculnya Gerakan Perlawanan dan Nasionalisme di Vietnam
Penjajahan dan eksploitasi yang dilakukan Perancis membuat tumbuhnya nasionalisme dan cita-cita membuat negara yang merdeka, apalagi sikap nasionalisme ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan asimilasi yang dilakukan pihak Perancis dalam bidang pendidikan yang meningkatkan nasionalisme dalam golongan terpelajar Vietnam
Sebab-sebab lahirnya kembali nasionalisme di Vietnam adalah;

  1. Penindasan Perancis di Indo-China, baik politik maupun ekonomi.
  2. Timbulnya kaum terpelajar yang telah mempelajari demokrasi tetapi dilarang mempraktekkannya.
  3. Kemenangan Perang Jepang atas Rusia 1905 yang membangkitkan nasionalisme diseluruh Asia.
  4. Revolusi Nasional Tiongkok 1911 memperkuat keinginan untuk merdeka.
  5. Dalam Perang Dunia I, Perancis mengirimkan orang-orang Indo-China ke Eropa sebagai tentara dan pekerja perang. Mereka ini kembali ke Indo-China dengan membawa faham-faham liberialisme.

   Kebijakan politik asimilasi yang dijalankan Perancis di Vietnam melahirkan kaum-kaum intelektual yang memiliki kesadaran nasionalisme tinggi dan bercita-cita mewujudkan Negara Vietnam merdeka  melalui berbagai organisasi perjuangan antara lain sebagai berikut :
  1. Partai Restorasi Anam League (Partai  Politik Pertama)
  2.  Partai Revolusi Pemuda Anam
  3. Partai Nasionalis Indo-China (VNQDD=Viet Nam Quak Dan Dang)
  4. Partai Komunis Indo-China (Doundong Cong San Dang)
  5. Partai Demokrat Indo-China (Viet Nam Dan Chu Dang)
  6. Partai Sosialis Indo China (Viet Nam Xa Hoi Dang),

Gerakan nasionalisme pertama pasca politik asimilasi yang berjuang melawan kolonialisme Perancis  yang pertama dengan mengangkat senjata adalah Liga Restorasi Vietnam (Vietnam Restoration League), yang didirikan dan dipimpin oleh Cuong De pada tahun 1907 karena terinspirasi kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1905 . Namun gerakan ini dapat mudah dipatahkan Perancis.
Gerakan kemerdekaan Vietnam tak bisa dilepaskan dari peran gerakan kaum komunis Vietnam yang berada di bawah kendali Komitern (Komunis Internasional) yang berpusat di Moskow. Dalam Konggres Komintern ke-2 pada tahun 1920, Lenin mencetuskan bahwa kekuatan komunis harus bekerjasama dengan kekuatan non-komunis untuk saling membantugerakan gerakan kemerdekaan. Arahan kebijakan Comitern itulah yang nantinya digunakan pijakan bagi Komunis Vietnam untuk bekerjasama dengan golongan non komunis untuk merebut kemerdekaan Vietnam dari para kolonial.
Pada tanggal 3 Februari 1930 berdiri Partai Komunis Indochina (Communist Party of Indochina) dibawah pimpinan Nguyen Ai Quoc (Ho Chi Minh), yang melakukan perjuangan pembebasan dengan tujuan untuk mencapai : Kemerdekaan Nasional, Demokrasi dan Sosialisme. Melalui pergerakan-pergerakan seperti Pergerakan Nge Tinh Soviet (1930-1931), Pergerakan Demokratik (1936-1939), dan Pergerakan bagi Penyelamatan Nasional selama Perang Dunia Kedua (1939-1945)

Vietnam masa Perang dunia II
Setelah Jepang menghancurkan Pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Peral Harbour pada 7 Desember 1941, Jepang melancarkan serangan kilat menguasai negara-negara di sekitar kawasan Asia Pasifik khususnya Asia Tenggara.
Ketika kolonial Inggris dan Perancis di Asia Pasifik melemah karena lebih berfokus mempertahankan negara induknya di Eropa menghadapi Jerman, sehingga pertahan mereka di daerah jajahan berkurang. Kesempatan ini dimanfaatkan Jepang untuk menduduki daerah-daerah jajahan Inggris. Belanda dan Perancis, tak terkecuali Indocina. Kekalahan Perancis atas Jerman pada Mei 1940, membuat Perancis membuat Pemerintahan boneka dengan nama Republik Vichy yang bersekutu dengan Jerman. Sehingga setelah kekalahan tersebut semua daerah jajahan Perancis berada dibawah kekuasaan pemerintahan Vichy. Hubungan dekat antara pemerintah Vichy dan Jerman dimanfaatkan oleh Jepang yang merupakan sekutu Jerman guna menguaai Indo-China. Pada tanggal 22 September 1940 Vichy mengijinkan Jepang menduduki Tongking, kemudian pada tanggal 29 Juli 1941 tercapai persetujuan antara Jepang dan Perancis yang sangat menguntungkan pihak Jepang. Dalam perjanjian tersebut Jepang diberi hak jalan dan hak menggunakan pangkalan-pangkalan Perancis utnuk kepentingan ekonomi dan politik Jepang di Asia Timur.
Ditengah berkecamuknya Perang Asia Pasifik yang dikobarkan Jepang. Gerakan komunis Vietnam kian aktif memantau perkembangan yang terjadi. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang tersebut ( Jepang dan Perancis) kaum komunis menggunakan metode (United National Front), hal ini dimaksudkan agar dapat memperkuat barisan kaum komunis dengan merangkul kekuatan dari pihak non komunis. Pada saat terjadi pergantian kekuasaan dari Perancis kepada Jepang di Indocina pada bulan Mei 1941, kaum komunis mengadakan Konggres di Chiangsi-provinsi Kwangsi. Dalam Konggres ini kaum komunis mengundang wakil-wakil dari pemuda dan golongan nasionalis. Hasil dari pertemuan ini pada Juli 1941 terbentuklah suatu wadah perjuangan bersama sebagai Liga Kemerdekaan Vietnam yang diberi nama Vietnam Doc Lap Minh atau lebih dikenal dengan nama Vietminh dengan ketua Ho Chi MinhAdapun tujuannya adalah ingin mencapai kemerdekaan Vietnam.
Gerakan Vietminh yang merupakan organisasi persatuan baik kaum komunis maupun nasionalis kemudian berubah menjadi organisasi massa yang besar dan berhasil merekrut banyak massa karena organisasi ini berjuang untuk bersama-sama mengajak rakyat mewujudkan Vietnam merdeka.

Kemerdekaan Vietnam
Pada 15 Agustus 1945 Jepang mengalami kekalahan atas tentara Sekutu namun tetap harus menjaga status quo. Selain itu gerkan Viet Minh semaikin kuat dengan mempropagandakan sebagai gerakan nasionalis sehingga mendapat banyak dukungan dari rakyat Vietnam. Viet minh kemudian memaksa Raja Boneka buatan Jepang, Bao Dai untuk menyerahkan kekuasaan pada tanggal 25 Agustus 1945. Setelah terjadinya masa Vacuum of Poweryang terkait pemerintahan yang berkuasa di Vietnam, Ho Chi Minh pada 2 September 1945 mengumumkan kemerdekaan Vietnam dengan sebutan Republik Demokrasi Vietnam yang berpusat di Hanoi.
Akhirnya setelah perjuangan yang panjang Vietnam dapat memproklamirkan diri sebagai negara merdeka dan berdaulat. Namun masalah besar kemudian terjadi pasca kemerdekaan karena Perancis dan Amerika Serikat berniat menghancurkan Vietnam karena menerapkan idiologi komunis dalam pemerintahanya sehingga mereka nantinya terlibat perang panjang selama 30 tahun dalam Perang Vietnam yang sangat mengerikan.



Sejarah Kemerdekaan Vietnam
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
July 24, 2018 at 12:30 PM

Vietnam adalah bekas jajahan Perancis yang merdeka tahun 1954

Reply