Vietnam adalah sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara atau lebih tepatnya pada kawasan yang dijuluki Indo-China,. Kawasan ini banyak dipengaruhi oleh budaya dari India maupun China. Sejaka zama kuno hingga saat ini kawasan ini terkenal sebagai kawasan yang sering dilanda konflik. Salah satu negara besar yang ada di negara tersebut adalah Vietnam. Vietnam adalah sebuah negara yang memiliki sejarah panjang dalam merebut kemerdekaanya menghadapi kolonial Perancis, Jepang dan terakhir Amerika Serikat yang berusaha menghancurkan Vietnam karena berpaham komunis. Berikut adalah sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Vietnam untuk mendeklarasikan kemerdekaanya pada September 1945
Sejarah Bangsa Vietnam
Dari
tahun 179 Sebelum Masehi sampai dengan tahun 938, Vietnam berada dibawah
kekuasaan raja-raja China. Baru pada tahun 938, dibawah pimpinan Ngo Quyen,
orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang
dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka
mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian
Setelah
itu, Monarki Vietnam berada dibawah Pemerintahan Dinasti Ngo (938 - 969),
Dinasti Dinli (969 - 979), Dinasti Le (980 - 1009), Dinasti Ly (1010 - 1225),
Dinasti Tran (1224 - 1400) Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet
mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan. Tiga kali dengan
pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka,
tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh
Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran
Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach
Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu
Dinasti
Ho (1401 - 1406). Pada periode tahun 1407 - 1427, Vietnam kembali ditakhlukkan
oleh China dibawah Dinasti Ming. Vietnam kembali menjadi negara merdeka dibawah
kuasa Dinasti Le (1428 - 1527). Pada masa ini feudalisme di Vietnam
mencapai titik puncaknya, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh
Tong. Antara abad ke 11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan
dalam proses yang disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan
kerajaan Champa dan banyak kekaisaran Khmer.
Pada
tahun 1527 Dinasti Le jatuh dan diganti oleh Dinasti Mac (1527 - 1592), akan
tetapi, semenjak itu banyak perlawanan anti Dinasti Mac yang menjadikan Negara
Vietnam terpecah belah dan terjadi perang saudara, melaui berbagai perang besar
antara lain Perang Le-Mac (1543 - 1592), Perang Trinh-Nguyen (1627 -1672).
Perang saudara tersebut akhirnya membuat Vietnam terbelah menjadi dua yaitu :
Dang Ngoai (utara) dengan Raja Trinh dan Dang Trong (Selatan) dengan Raja
Nguyen yang mendirikan ibukota di Phu Xuan (sekarang Hue).
Kedatangan Bangsa Eropa
Vietnam
berada di daerah yang disebut sebagai Indo-China. Wilayah ini terletak di Asia
bagian tenggara-timur. Wilayah Indo-China yang sekarang terbagi menjadi tiga
wilayah, yaitu Vietnam, Kamboja, dan Laos. Peradaban Indo-China berasal
dari dua peradaban besar, yaitu India (di Kamboja dan Laos) dan China (di
Vietnam). Nama Indo-China (India-China) menggambarkan pengaruh dari dua bangsa
besar di kawasan ini. Penduduk di Indo-China terdiri atas tiga macam bangsa,
yaitu bangsa Khmer (Kamboja dan Cochin-China, Thai (Siam, Laos dan wilayah
utara) dan Annam (Annam dan Tongkin). Bangsa Annam adalah termasuk bangsa
China.
Vietnam
seluruhnya merupakan kesatuan yang terbentuk dari: Cochin-China, Annam,
Tongkin. Cochin-China adalah pusat kekuasaan Perancis pada masa kolonialisme
Perancis di Indocina sebelum pecahnya Perang dunia II.
Sebelum
Perancis masuk di Vietnam, sebenarnya Portugis telah menegakkan hubungan dagang
teratur dikedua wilayah yaitu Annam dan Tongkin sebelum abad 16 . Tujuan utama
Portugis berhubungan dagang dengan Tongking adalah untuk membeli bahan sutera
guna dipasarkan ke Jepang. Selain usaha dagang, Portugis juga melakukan
penyebaran agama Katholik. Misionaris Katholik Portugis yang mengawali
penyebaran agama adalah berkata usaha Alexander Of Rhodes tahun 1625 yang
berhasil mengirim misi ke Chochin-China dan Tongking. Namun, usaha penyebaran
agama ini selalu mengalami kegagalan, bahkan pada tahun 1630 misi tersebut
diusir oleh Trinh Trang. Selain itu juga diadakan pengiriman misi ke Tongking
berada dibawah pimpinan Francisco Bussoni. Berkat perlindungan Sai Vuong
(Nguyen Phuc Nguyen) (1613-1635, misi dibawah pimpinan Francisco Bussoni
tersebut bisa tinggal di Annam hingga tahun 1639).
Berkat
Alexander of Rhodes itu pulalah Perancis tertarik untuk mengirimkan misionaris
ke Indo-China dengan jalan menyamar atau bertindak sebagai pedagang yang
bekerja pada Compagnie Des Indes Orientaux (Perusahaan India Timur). Kemudian
pada tahun 1662 mendirikan Societe des Missions Etrangers (Masyarakat Misi Luar
Negeri), yang berpusat di Ayut’ia. Dari Ayut’ia inilah dilakukan pengiriman
misi ke Kamboja, Annam, dan Tongking. Akan tetapi misionaris Perancis ini
selalu mengalami kegagalan, karena beberapa faktor, antara lain:
- Adanya penolakan dan perlawanan, pengejaran, penahanan, penyiksaan bahkan pembunuhan dari raja-raja setempat terhadap para misionaris dan pengikut katholik.
- Setelah tahun 1682, Gereja Katholik Roma melarang para misionaris melibatkan diri dalam urusan perdagangan.
- Terjadinya pertentangan antar aliran misionaris.
- Kurangnya tenaga dan sarana sebagai faktor kunci penyebaran Agama Katholik
Awal
Masuknya Imperialisme Perancis di Vietnam
Tujuan
utama Perancis datang pertama
kali ke Vietnam adalah untuk berdagang. Kemudian lama kelamaan Perancis ingin menjadikan Vietnam
menjadi tanah
jajahannya, sebab Vietnam mempunyai banyak potensi hasil bumi dan kekayaan alam
dan bahkan menjadi lumbung padi bagi seluruh kawasan Indo-China, maka berbagai cara ditempuh Perancis untuk mendapatkan Vietnam.
Sejak
zaman kuno hinggga modern, kawasan Indo-china merupakan daerah yang penuh
dengan gejolak, baik berupa perebutan kekuasaan maupun dan perang saudara
maupun melawan imperialisme asing. Di antara bangsa asing atau bangsa barat
yang berhasil menanamkan kekuasaannya di Indo-China khususnya di Vietnam adalah
bangsa Prancis. Ketika di kerajaan Annam, baik Annam Utara di bawah kekuasaan
dinasti Le-Loi maupun Annam Selatan di bawah pemerintahan dinasti Nguyen-Hoang
pada tahun 1773-1802 mulai terjadi kekacauan karena adanya pemberontakan
Tay-Son tahun 1773. Pada tahun 1782 para pemberontak telah berhasil menguasai
Saigon, Hue, Cochin-China dan mengadakan pengejaran serta pembunuhan keluarga
raja Nguyen-Hoang. Di antara keluarga kerajaan yang selamat yaitu Nguyen Phuc-Anh
(Nguyen-Anh), seorang putra mahkota kerajaan yang baru berusia 15 tahun. Pada tahun
1785 berhasil lolos dan melarikan diri ke Ayut’ia. Dalam pelarian ke Ayut’ia
inilah Nguyen-Anh bertemu denagn Pigneau de Bahaine, seorang pendeta yang
sedang mengadakan misi penyebaran Katholik di Ayut’ia. Berkat pendidikan dan
bantuan atau perantaraan Pigneau de Bahaine Nguyen-Anh dapat bekerja sama
dengan Perancis, sehingga terjadi perjanjian antara Nguyen-Anh dengan Perancis.
Isi perjanjian tersebut secara garis besar adalah: Perancis bersedia memberi
bantuan kapal-kapal perang, tentara dan pasukan dengan syarat pulau Condore dan
Teluk Tourane diserahkan kepada Perancis. Dengan bantuan militer Perancis,
Nguyen-Anh berhasil mengalahkan para pemberontak Tay-Son serta menyatukan
kerajaan Annam kembali. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1802 ia berhasil merebut
tahta sebagai penguasa Vietnam di Hue dengan gelar Gia-Long hingga tahun 1820.
Nguyen-Anh inilah yang dikenal sebagai pendiri dinasti Nguyen yang berkuasa di
Vietnam sampai tahun 1945 . Sebagai ucapan terima kasih Nguyen memberi
perlindungan kepada misi-misi Prancis di Vietnam dan memberi hak-hak istimewa
kepada para pedagang Prancis dan menyerahkan pulau Condore dan Teluk Tourane kepada Perancis
Dibawah
pemerintahan Nguyen Anh yang bergelar Gia Long (1802-1820) agama Katholik Roma dibiarkan
dapat berkembang dengan leluasa. Tetapi akhirnya Gia Long sendiri curiga
terhadap mereka dan mulai membatasi gerak-gerik mereka.
Pengganti-pengganti
Gia Long, adalah: Minh Mang (1820-1840), Thieu Tri (1840-1847) dan Tu Duc
(1847-1883), semuanya adalah anti-Khatolik Roma sehingga berusaha menindas tiap
aktivitas penyebaran agama tersebut yang kemudian dijadikan Perancis menyerang
Indo-China. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Tu-Duc
Vietnam dibawah Kolonial Peramcis
Tu
Duc yang memerintah Vietnam dari tahun 1847-1883, Di bawah pemerintahanya, dia
berusaha mendindas kaum Katholik dan mencoba menutup Indo-China bagi bangsa
asing karena takut akan bernasib sama dengan China yang dikalahkan Inggris
dalam Perang Candu sehingga harus kehilangan sebagian wilayahnya. Perancis kemudian
menyerbu Cochin-China pada tahun 1858. Tentara Vietnam dapat dikalahkan, tetapi
Perancis gagal dalam serbuannya ke Hue, ibukota Vietnam. Perang ini berlangsung
selama 4 tahun (1858-1862). Setelah itu Vietnam dipaksa menanda tangani Perjanjian Saigon yang berisi
- Bagian timur Cochin-China menjadi milik Perancis (milik Perancis pertama di Indo-China yang merupakan pijakan dan pangkalan operasi nanti untuk menguasai seluruh Indo-China).
- Pelabuhan-pelabuhan Tourane, Balat, Kuang-An, dibuka untuk Perancis.
- Kebebasan beragama Katholik Roma.
Daerah
Chochin-China adalah daerah penghasil beras bagi seluruh Indo-China. Vietnam
tanpa Chochin-China tidak dapat hidup, karena penduduk Vietnam (terlebih di
Tongkin) sangat padat dan hampir selalu kekurangan pangan. Namun hal ini
berhasil ditutup dengan beras dari Chochin-China yang berkelebihan beras. Karena
itu, siapa yang menggenggam Chochin-China berarti juga menggenggam seluruh
Indo-China. Hal ini Perancis sangat tepat dalam memilih Chochin-China.
Pada
tahun 1873-1874, Prancis dibawah pimpinan Francis Garnier Tongking dan
menduduki Hanoi, namun tindakannya dapat dikalahkan oleh tentara Vietnam.
Dengan segera Perancis menawarkan penyelesaian soal Hanoi ini, namun Tuc Duc
melakukan kesalahan politik dengan menyetujui Perjanjian Saigon tahun 1874 yang
ternyata sangat merugikan pihak yang menang, yaitu Vietnam.
Isi Perjanjian ini memuat:
- Hanoi dikembalikan oleh Perancis kepada Vietnam.
- Vietnam mengakui Cochin-China seluruhnya sebagai seluruhnya sebagai milik Perancis.
- Vietnam berjanji akan menyesuaikan politik luar negerinya dengan dengan politik luar negeri Perancis.
Dengan
ini imperialisme Perancis di Indo-China kembali menguat. Tu Duc terlambat
mengetahui kesalahannya, karena pada waktu itu Perancis di Eropa telah kuat
kembali. Kemudian Tu Duc berusaha menjalin hubungan dengan China untuk menghadapi
Perancis. Hal ini membuat Perancis marah dan menuduh Tu Duc melanggar
perjanjian Saigon 1874. Kemudian meletus lagi perang antara Vietnam dan
Perancis, akhirnya Vietnam kalah. Kemudian terjadilah Perjanjian Hue 1883 yang
menetapkan bahwa Vietnam berada dibawah kekuasaan Perancis yang mengakhiri
kemerdekaan Vietnam. Perancis kemudian menduduki Vietnam sampai masuknya
tentara Jepang.
Munculnya
Gerakan Perlawanan dan Nasionalisme di Vietnam
Penjajahan
dan eksploitasi yang dilakukan Perancis membuat tumbuhnya nasionalisme dan
cita-cita membuat negara yang merdeka, apalagi sikap nasionalisme ini sangat
dipengaruhi oleh kebijakan asimilasi yang dilakukan pihak Perancis dalam bidang
pendidikan yang meningkatkan nasionalisme dalam golongan terpelajar Vietnam
Sebab-sebab
lahirnya kembali nasionalisme di Vietnam adalah;
- Penindasan Perancis di Indo-China, baik politik maupun ekonomi.
- Timbulnya kaum terpelajar yang telah mempelajari demokrasi tetapi dilarang mempraktekkannya.
- Kemenangan Perang Jepang atas Rusia 1905 yang membangkitkan nasionalisme diseluruh Asia.
- Revolusi Nasional Tiongkok 1911 memperkuat keinginan untuk merdeka.
- Dalam Perang Dunia I, Perancis mengirimkan orang-orang Indo-China ke Eropa sebagai tentara dan pekerja perang. Mereka ini kembali ke Indo-China dengan membawa faham-faham liberialisme.
Kebijakan
politik asimilasi yang dijalankan Perancis di Vietnam melahirkan kaum-kaum
intelektual yang memiliki kesadaran nasionalisme tinggi dan bercita-cita
mewujudkan Negara Vietnam merdeka
melalui berbagai organisasi perjuangan antara lain sebagai berikut :
- Partai Restorasi Anam League (Partai Politik Pertama)
- Partai Revolusi Pemuda Anam
- Partai Nasionalis Indo-China (VNQDD=Viet Nam Quak Dan Dang)
- Partai Komunis Indo-China (Doundong Cong San Dang)
- Partai Demokrat Indo-China (Viet Nam Dan Chu Dang)
- Partai Sosialis Indo China (Viet Nam Xa Hoi Dang),
Gerakan
nasionalisme pertama pasca politik asimilasi yang berjuang melawan kolonialisme
Perancis yang pertama dengan mengangkat
senjata adalah Liga Restorasi Vietnam (Vietnam Restoration League), yang didirikan
dan dipimpin oleh Cuong De pada tahun 1907 karena terinspirasi kemenangan
Jepang terhadap Rusia tahun 1905 . Namun gerakan ini dapat mudah dipatahkan
Perancis.
Gerakan
kemerdekaan Vietnam tak bisa dilepaskan dari peran gerakan kaum komunis Vietnam
yang berada di bawah kendali Komitern
(Komunis Internasional) yang berpusat di Moskow. Dalam Konggres Komintern ke-2 pada tahun 1920,
Lenin mencetuskan bahwa kekuatan
komunis harus bekerjasama dengan kekuatan non-komunis untuk saling membantugerakan gerakan kemerdekaan. Arahan kebijakan Comitern
itulah yang nantinya digunakan pijakan bagi Komunis Vietnam untuk bekerjasama
dengan golongan non komunis untuk merebut kemerdekaan Vietnam dari para kolonial.
Pada
tanggal 3 Februari 1930 berdiri Partai Komunis Indochina (Communist Party of
Indochina) dibawah pimpinan Nguyen Ai Quoc (Ho Chi Minh), yang melakukan perjuangan
pembebasan dengan tujuan untuk mencapai : Kemerdekaan Nasional, Demokrasi dan
Sosialisme. Melalui pergerakan-pergerakan seperti Pergerakan Nge Tinh Soviet
(1930-1931), Pergerakan Demokratik (1936-1939), dan Pergerakan bagi
Penyelamatan Nasional selama Perang Dunia Kedua (1939-1945)
Vietnam masa Perang dunia II
Setelah Jepang menghancurkan Pangkalan
angkatan laut Amerika Serikat di Peral Harbour pada 7 Desember 1941, Jepang
melancarkan serangan kilat menguasai negara-negara di sekitar kawasan Asia Pasifik
khususnya Asia Tenggara.
Ketika
kolonial Inggris dan Perancis di
Asia Pasifik melemah karena lebih berfokus mempertahankan negara induknya di
Eropa menghadapi Jerman, sehingga pertahan mereka di daerah jajahan berkurang. Kesempatan ini dimanfaatkan Jepang untuk menduduki
daerah-daerah jajahan Inggris. Belanda dan Perancis, tak terkecuali Indocina. Kekalahan
Perancis atas Jerman pada Mei 1940, membuat Perancis membuat Pemerintahan
boneka dengan nama Republik Vichy yang bersekutu dengan Jerman. Sehingga
setelah kekalahan tersebut semua daerah jajahan Perancis berada dibawah
kekuasaan pemerintahan Vichy.
Hubungan dekat antara pemerintah Vichy dan Jerman dimanfaatkan oleh Jepang yang
merupakan sekutu Jerman guna menguaai Indo-China. Pada tanggal 22 September 1940 Vichy mengijinkan Jepang
menduduki Tongking, kemudian pada tanggal 29 Juli 1941 tercapai persetujuan
antara Jepang dan
Perancis
yang sangat menguntungkan
pihak Jepang. Dalam perjanjian tersebut Jepang diberi hak jalan dan hak
menggunakan pangkalan-pangkalan Perancis utnuk kepentingan ekonomi dan politik
Jepang di Asia Timur.
Ditengah berkecamuknya Perang Asia Pasifik
yang dikobarkan Jepang. Gerakan
komunis Vietnam kian aktif memantau perkembangan yang terjadi. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang tersebut ( Jepang dan Perancis) kaum komunis menggunakan metode (United National Front),
hal ini dimaksudkan agar dapat memperkuat barisan kaum komunis dengan merangkul
kekuatan dari pihak non komunis. Pada saat terjadi pergantian kekuasaan dari Perancis
kepada Jepang di Indocina pada bulan Mei 1941, kaum komunis mengadakan Konggres
di Chiangsi-provinsi Kwangsi. Dalam Konggres ini kaum komunis mengundang
wakil-wakil dari pemuda dan golongan nasionalis. Hasil dari pertemuan ini pada
Juli 1941 terbentuklah suatu wadah perjuangan bersama sebagai Liga Kemerdekaan
Vietnam yang diberi nama Vietnam Doc Lap Minh atau lebih dikenal dengan nama Vietminh dengan
ketua Ho Chi Minh. Adapun tujuannya adalah ingin mencapai
kemerdekaan Vietnam.
Gerakan
Vietminh yang merupakan organisasi persatuan baik kaum komunis maupun
nasionalis kemudian berubah menjadi organisasi massa yang besar dan berhasil
merekrut banyak massa karena organisasi ini berjuang untuk bersama-sama
mengajak rakyat mewujudkan Vietnam merdeka.
Kemerdekaan
Vietnam
Pada 15 Agustus 1945 Jepang mengalami kekalahan atas tentara
Sekutu
namun tetap harus menjaga status quo. Selain itu gerkan Viet Minh semaikin
kuat dengan
mempropagandakan sebagai gerakan nasionalis sehingga mendapat banyak
dukungan dari rakyat Vietnam. Viet minh kemudian memaksa Raja Boneka buatan
Jepang, Bao Dai
untuk menyerahkan kekuasaan pada
tanggal 25 Agustus 1945. Setelah terjadinya masa Vacuum
of Poweryang terkait
pemerintahan yang berkuasa di Vietnam, Ho Chi Minh pada 2 September 1945 mengumumkan kemerdekaan Vietnam
dengan sebutan Republik
Demokrasi Vietnam yang berpusat di Hanoi.
Akhirnya
setelah perjuangan yang panjang Vietnam dapat memproklamirkan diri sebagai
negara merdeka dan berdaulat. Namun masalah besar kemudian terjadi pasca
kemerdekaan karena Perancis dan Amerika Serikat berniat menghancurkan Vietnam
karena menerapkan idiologi komunis dalam pemerintahanya sehingga mereka
nantinya terlibat perang panjang selama 30 tahun dalam Perang Vietnam yang
sangat mengerikan.
Sejarah Kemerdekaan Vietnam
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
Tulis komentarVietnam adalah bekas jajahan Perancis yang merdeka tahun 1954
Reply