Tragedi Tiananmen adalah sebuah lembaran hitam dalam
masa reformasi ekonomi China dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping sekaligus
memberikan pukulan telak pada kepemimpinan Partai Komunis China untuk membentuk
sebuah sistem pemerintahan yang bersih dan aspiratif. Peristiwa yang terjadi 26
tahun silam, tak mungkin terhapus dalam sejarah dunia begitu saja meskipun
Pemerintah China berusaha keras menghapus memori tentang peristiwa tersebut.
Pada 4 Juni 1989, tentara China dengan kekuatan militernya membubarkan paksa demonstrasi
yang terjadi di Lapangan Tiananmen yang berubah menjadi pembantaian massal
terhadap ribuan massa pro-Demokrasi yang menuntu reformasi besar-besaran dalam
pemerintahan China yang dituding penuh korupsi, kolusi dan Nepotisme.
Aksi ini dipicu oleh dengan terbunuhnya Sekretaris
Jenderal Partai Komunis Hu Yaobang pada bulan April 1989. Hu yang dikenal
memiliki pandangan Liberal dicopot dari jabatanya kemudian tidak lama setelah
itu dilaporkan meninggal.
Kematian Hu ini lalu memicu kemarahan dari kelompok
intelektual masyarakat China yang menganggap tidak adil perlakuan Partai
Komunis bagi Hu serta diperlukanya reformasi besar-besaran dalam politik dan
ekonomi China dengan mengadakan demontrasi besar –besaran di Lapangan Tiananmen
pada 15 April 1989 . Mereka mengajukan beberapa tuntutan antara lain mendukung
pandangan kritis dan reformis Hu Yaobang tentang demokrasi dan kebebasan, mereka
juga melancarkan kampanye melawan polusi spiritual dan liberalisasi borjuis yang
dinilai salah.Serta juga menuntut pemerintah memublikasikan informasi
pendapatan yang diperoleh pejabat negara dan anggota keluarganya.
Pemerintah
diminta mengakhiri larangan penerbitan media swasta dan menghentikan sensor
media.
Mahasiswa juga menuntut pemerintah menambah anggaran
pendidikan dan meningkatkan gaji kaum intelektual, serta mengakhiri larangan
demo di Beijing.
Pada pemakaman Hu, sekelompok besar mahasiswa
berkumpul di lapangan Tiananmen dan meminta pemerintah China mengabulkan
tuntutan mereka. Serta menuntut untuk bertemu Perdana Menteri Li Peng, yang
dipandang luas sebagai saingan politik Hu untuk berdialog, namun tuntutan
mereka ini gagal, Oleh karena tuntutan mereka gagala lalu Para mahasiswa
tersebut mengadakan sebuah mogok di universitas di Beijing.
Pada 26 April, seorang editor Harian Rakyat menuduh
mahasiswa merencanakan kekacauan. Pernyataan ini membuat kemarahan para
mahasiswa, dan pada 27 April sekitar 50.000 mahasiswa pergi ke jalan-jalan
Beijing, tidak menghiraukan perintah bubar yang diumumkan oleh penguasa dan
tetap menuntut pemerintah mencabut pernyataan harian tersebut.
Kemudian pada 4 Mei, sekitar 100.000 pelajar dan
pekerja berparade di Beijing meminta pemerintah untuk reformasi media bebas dan
sebuah dialog formal antara penguasa dan wakil pilihan mahasiswa. Pemerintah
menolak dialog tersebut, dan hanya setuju untuk berbicara dengan anggota dari
organisasi pelajar yang ditunjuk. Situasi terus memburuk di China lalu pada 13
Mei 1989, mahasiswa menduduki Lapangan Tiananmen sebagai dan memulai protes lapar sebagai bentuk
perlawanan terhadap Pemerintah China. Mereka meminta pemerintah menarik tuduhan
yang ditulis di Harian Rakyat dan memulai pembicaraan dengan wakil mahasiswa.
Ratusan mahasiswa turut serta dalam protes lapar dan didukung oleh ratusan ribu
mahasiswa dan juga penduduk Beijing, yang berakhir selama seminggu.
Meskipun pemerintah mengumumkan Undang-undang
Darurat pada 20 Mei, demonstrasi massa terus berlanjut. Setelah para pemimpin
Komunis berunding mengadakan pertemuan, maka keluarlah perintah untuk
menggunakan kekuatan militer untuk memecahkan krisis tersebut, Pejabat Zhao
Ziyang ditendang dari kedudukannya sebagai pemimpin politik karena dianggap
gagal dalam mencegah aksi militer. Lalu Partai Komunis memutuskan untuk
menghentikan situasi itu sebelum berkembang lebih jauh.
Setelah selama tujuh pekan, ratusan ribu mahasiswa
dan masyarakat menduduki Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989, Pemerintah
Tiongkok mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat dari Brigade 27 dan 28 dengan
kekuatan 54 Tank untuk mengendalikan situasi keamanan kota Beijing khususnya
Lapangan Tiananmen.
Akhirnya bentrokan bedarah antara militer dan pengunjuk
rasa tak dapat terhindarkan yang mengakibatkan tewasnya ribuan orang dari Pihak
Demonstran karena Pihak Pemerintah China sampai saat ini tak pernah
mengeluarkan hasil resmi data korban hingga sekarang dan juga berusaha menghapus
tentang memori peristiwa tersebut dengan mengadakan sensor media ketat dan
larangan memperingati peristiwa tersebut
Karena tak ada laporan resmi dari pemerintah China
maka beberapa lembaga independen berusaha melansir jumlah korban tewas dari
peristiwa tersebut namun hasilnya berbeda-beda: 400-800 (CIA), dan 2.600
(Palang Merah Tiongkok) sementara para mahasiswa pengunjuk rasa mengklaim bahwa
lebih dari 7.000 orang yang terbunuh. Setelah kekerasan ini, pemerintah
melakukan penangkapan di mana-mana untuk menekan sisa-sisa pendukung gerakan
itu. Pemerintah juga membatasi akses pers asing dan mengendalikan liputan atas
kejadian-kejadian di pers daratan Tiongkok. Penindasan terhadap protes Lapangan
Tiananmen mengundang kecaman yang luas oleh Amerika Serikat dan pemerintah
negara-negara Barat lainnya serta juga sekutu dekat mereka Uni Soviet.
Tragedi Tiananmen 4 Juni 1989 : Noda Hitam Reformasi China
4/
5
Oleh
Unknown