Saturday, February 6, 2016

Tragedi Tiananmen 4 Juni 1989 : Noda Hitam Reformasi China

Tragedi Tiananmen adalah sebuah lembaran hitam dalam masa reformasi ekonomi China dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping sekaligus memberikan pukulan telak pada kepemimpinan Partai Komunis China untuk membentuk sebuah sistem pemerintahan yang bersih dan aspiratif. Peristiwa yang terjadi 26 tahun silam, tak mungkin terhapus dalam sejarah dunia begitu saja meskipun Pemerintah China berusaha keras menghapus memori tentang peristiwa tersebut. Pada 4 Juni 1989, tentara China dengan kekuatan militernya membubarkan paksa demonstrasi yang terjadi di Lapangan Tiananmen yang berubah menjadi pembantaian massal terhadap ribuan massa pro-Demokrasi yang menuntu reformasi besar-besaran dalam pemerintahan China yang dituding penuh korupsi, kolusi dan Nepotisme.

Aksi ini dipicu oleh dengan terbunuhnya Sekretaris Jenderal Partai Komunis Hu Yaobang pada bulan April 1989. Hu yang dikenal memiliki pandangan Liberal dicopot dari jabatanya kemudian tidak lama setelah itu dilaporkan meninggal.

Kematian Hu ini lalu memicu kemarahan dari kelompok intelektual masyarakat China yang menganggap tidak adil perlakuan Partai Komunis bagi Hu serta diperlukanya reformasi besar-besaran dalam politik dan ekonomi China dengan mengadakan demontrasi besar –besaran di Lapangan Tiananmen pada 15 April 1989 . Mereka mengajukan beberapa tuntutan antara lain mendukung pandangan kritis dan reformis Hu Yaobang tentang demokrasi dan kebebasan, mereka juga melancarkan kampanye melawan polusi spiritual dan liberalisasi borjuis yang dinilai salah.Serta juga menuntut pemerintah memublikasikan informasi pendapatan yang diperoleh pejabat negara dan anggota keluarganya.
Pemerintah diminta mengakhiri larangan penerbitan media swasta dan menghentikan sensor media.
Mahasiswa juga menuntut pemerintah menambah anggaran pendidikan dan meningkatkan gaji kaum intelektual, serta mengakhiri larangan demo di Beijing.

Pada pemakaman Hu, sekelompok besar mahasiswa berkumpul di lapangan Tiananmen dan meminta pemerintah China mengabulkan tuntutan mereka. Serta menuntut untuk bertemu Perdana Menteri Li Peng, yang dipandang luas sebagai saingan politik Hu untuk berdialog, namun tuntutan mereka ini gagal, Oleh karena tuntutan mereka gagala lalu Para mahasiswa tersebut mengadakan sebuah mogok di universitas di Beijing.
Pada 26 April, seorang editor Harian Rakyat menuduh mahasiswa merencanakan kekacauan. Pernyataan ini membuat kemarahan para mahasiswa, dan pada 27 April sekitar 50.000 mahasiswa pergi ke jalan-jalan Beijing, tidak menghiraukan perintah bubar yang diumumkan oleh penguasa dan tetap menuntut pemerintah mencabut pernyataan harian tersebut.
Kemudian pada 4 Mei, sekitar 100.000 pelajar dan pekerja berparade di Beijing meminta pemerintah untuk reformasi media bebas dan sebuah dialog formal antara penguasa dan wakil pilihan mahasiswa. Pemerintah menolak dialog tersebut, dan hanya setuju untuk berbicara dengan anggota dari organisasi pelajar yang ditunjuk. Situasi terus memburuk di China lalu pada 13 Mei 1989, mahasiswa menduduki Lapangan Tiananmen sebagai  dan memulai protes lapar sebagai bentuk perlawanan terhadap Pemerintah China. Mereka meminta pemerintah menarik tuduhan yang ditulis di Harian Rakyat dan memulai pembicaraan dengan wakil mahasiswa. Ratusan mahasiswa turut serta dalam protes lapar dan didukung oleh ratusan ribu mahasiswa dan juga penduduk Beijing, yang berakhir selama seminggu.
Meskipun pemerintah mengumumkan Undang-undang Darurat pada 20 Mei, demonstrasi massa terus berlanjut. Setelah para pemimpin Komunis berunding mengadakan pertemuan, maka keluarlah perintah untuk menggunakan kekuatan militer untuk memecahkan krisis tersebut, Pejabat Zhao Ziyang ditendang dari kedudukannya sebagai pemimpin politik karena dianggap gagal dalam mencegah aksi militer. Lalu Partai Komunis memutuskan untuk menghentikan situasi itu sebelum berkembang lebih jauh.
Setelah selama tujuh pekan, ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat menduduki Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989, Pemerintah Tiongkok mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat dari Brigade 27 dan 28 dengan kekuatan 54 Tank untuk mengendalikan situasi keamanan kota Beijing khususnya Lapangan Tiananmen. 

Akhirnya bentrokan bedarah antara militer dan pengunjuk rasa tak dapat terhindarkan yang mengakibatkan tewasnya ribuan orang dari Pihak Demonstran karena Pihak Pemerintah China sampai saat ini tak pernah mengeluarkan hasil resmi data korban hingga sekarang dan juga berusaha menghapus tentang memori peristiwa tersebut dengan mengadakan sensor media ketat dan larangan memperingati peristiwa tersebut
Karena tak ada laporan resmi dari pemerintah China maka beberapa lembaga independen berusaha melansir jumlah korban tewas dari peristiwa tersebut namun hasilnya berbeda-beda: 400-800 (CIA), dan 2.600 (Palang Merah Tiongkok) sementara para mahasiswa pengunjuk rasa mengklaim bahwa lebih dari 7.000 orang yang terbunuh. Setelah kekerasan ini, pemerintah melakukan penangkapan di mana-mana untuk menekan sisa-sisa pendukung gerakan itu. Pemerintah juga membatasi akses pers asing dan mengendalikan liputan atas kejadian-kejadian di pers daratan Tiongkok. Penindasan terhadap protes Lapangan Tiananmen mengundang kecaman yang luas oleh Amerika Serikat dan pemerintah negara-negara Barat lainnya serta juga sekutu dekat mereka Uni Soviet.



Tragedi Tiananmen 4 Juni 1989 : Noda Hitam Reformasi China
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.